Pemilu sudah terlewat. Quick maupun real count beberapa lembaga sudah berlomba menyajikan hasil penghitungan suara. Bagi semua orang, mungkin ada banyak hal yang tersisa dari pesta rakyat kali ini. Tidak tekecuali aku yang bahkan tidak melihat bagaimana sempitnya bilik pencobolosan dengan surat suara yang demikian lebar. Inilah beberapa cuplikan percakapan temen-temen kosku yang baru saja pulang untuk memberikan hak suaranya.
Teman I: Dari rumah aku sudah niat mau pilih yang mana. Aku didoktrin ma seorang familiku untuk memilih salah seorang calon legilslatif. Yauda aku nurut aja. Namun sampai di bilik suara, mataku tiba-tiba kabur melihat bejibunnya nama dan wajah mereka. Aku sama sekali lupa dengan orang dan nama yang ingin aku pilih.. Blas. Dan aku tak mau berlama-lama di dalam. Gengsi lah, masa anak muda lama banget di dalam. Nyaingi orang yang uda rabun aja...Yauda, aku pilih aja yang wajahnya cakep..
Teman I: Dari rumah aku sudah niat mau pilih yang mana. Aku didoktrin ma seorang familiku untuk memilih salah seorang calon legilslatif. Yauda aku nurut aja. Namun sampai di bilik suara, mataku tiba-tiba kabur melihat bejibunnya nama dan wajah mereka. Aku sama sekali lupa dengan orang dan nama yang ingin aku pilih.. Blas. Dan aku tak mau berlama-lama di dalam. Gengsi lah, masa anak muda lama banget di dalam. Nyaingi orang yang uda rabun aja...Yauda, aku pilih aja yang wajahnya cakep..
Teman II: Tetanggaku yang uda lansia bertanya pada seorang petugas di tempat pemungutan suara. Mana yang harus dia pilih. Petugas itu agaknya tidak bisa menyembunyikan lelahnya dan akhirnya uring-uringan pada seorang tua tadi. Ia pun kemudian berkata, “Pilih yang brewokan aja, Pak..Biar mantep”, ucapnya ketus.
Teman III: Biliknya terlalu kecil untuk surat suara selebar itu..Banyak kali pula, empat kertas yang harus dibuka...Trus asal kamu tau, ukurannya gueeeeeeeeeeeeeeede banget
Teman I Masih inget khan, ketua KPU pernah nyuruh masyarakat untuk ngerpek nama c lon yang akan dipilih..? Bener lho, ternyata....ribet pooool..Andai kamu juga dapet kesempatan milih, dak mungkin dak bingung poko`e
Teman III: Aku wis dak mikir panjang. Pilih yang ayu aja...uda cukup meyakinkan... Dibanding harus shalat istikharah di dalam tow? Yang ada hanya aku malu-maluin..
Percakapan di kamar sederhana itu pun terus berlanjut dengan topik koalisi dan semacamnya..Yang mungkin tidak perlu dipublikasikan secara luas di media ini...Aku mendengarkan serunya percakapan itu sambil asyik dengan rasa pedas di lidahku yang memeras percikan air mata dari sudut mataku. Sesekali aku menimpali. Sebelum keluar dari forum kecil itu, aku sempat berpikir...Alangkah beruntungnya caleg yang dianugerahi wajah yang menarik dan menyedot simpati banyak orang; termasuk orang yang belum pernah mengenal dan membacanya.
Aku pun lalu teringat dengan dua suasana yang pernah aku alami saat dua familiku (dalam even dan setting yang berbeda) nyalon kepala desa. Dua hal yang berbeda; kekalahan dan kemenangan. Ajaibnya, dua momen itu sama-sama dihiasi dengan air mata dan isak sedan. Saat itu aku masih kecil dan belum mau terlalu berpikir atas kebingunganku.. Aku mendengar selentingan bahwa dua familiki itu sama-sama menanggung beban hutang yang demikian melimpah..Untuk membeli kemenangan maupun kekalahan mereka.
Kalo untuk menjadi lurah saja begitu, bagaimana getirnya perjuangan yang harus dilewati calon legislatif pemilu kali ini ya? Aku ngeri membayangkan jumlah nominal yang terlalu melambung tinggi...Ngeri membayangkan perang dan monolog batin mereka yang bimbang dan ketir, ditarik dua kutub yang saling berketegangan; bimbang dan yakin, optimisme dan pesimisme..
But overall, aku masih yakin ada keinginan tulus untuk menyumbangkan keringat mereka demi kepentingan bersama. Namun, semoga janji dan niat suci yang s4 terutarakan di beberapa kampanye itu tidak berubah (menjadi ksatria baja hitam) saat apa yang dituju uda bisa digenggam. Dan untuk yang belum beruntung (presenter dari Hongkong nech, gayanya...), semoga masih bisa survive and enlighted..Tentunya juga, semoga prediksi RSJ meleset sepenuhnya...
I SUPPORT YOUR RISING..karena, seperti katanya Confucious, THE GREATEST GLORY IS NOT IN NEVER FALLING, BUT IN RISING EVERYTIME WE FALL. Tapi aku jadi inget kata-kata Adel, “Emang, Kak, teorinya, kita harus belajar dari kesalahan dan kegagalan..Tapi kenapa materi pelajarannya terlalu banyak. Sedangkan outcomenya dak muncul-muncul. Moso aku harus belajar terus?”