RSS

Rabu, 20 Januari 2010

Nightmare Saturday (Episode 2)

Acara selanjutnya, basuh tangan abis makan di pantai. Beh, sebenere malesi banget karena ombak juga keroso lumayan pasang. Tapi coba aja dibayangin kalo abis makan ndak basuh atau kalo kami bersepuluh sama-sama basuh pake air mineral yang baru dibeli. Bisa bener-bener berabe itu namanya…Air mineral bakal habis dan kami tidak akan punya amunisi untuk melanjutkan malam..Selain di pantai, rasanya tidak ada tempat laen yang representatif…Semuanya serba gelap, barat-timur-selatan-utara-kanan-kiri-atas-bawah pekat. Hitam pwol. Tak ada suara-suara yang menandakan ada peradaban lain di malam itu. Jadi pas ada rombongan yang mau mendekati pantai, aku melu aja. Ternyata sulit juga ngepasin langkah dengan laju ombak yang hanya menjilat pasir pantai lalu kembali bersatu dengan laut. Aku berkali-kali mencoba, tapi ombaknya keburu balek ke laut karena aku masih takut-takut untuk mendekat dan menyambutnya. Kucoba sekali lagi, yes, berhasil…aku bener-bener bisa nyentuhin tanganku ke aer asin itu..Tapi, ombaknya malah melampaui tempatku berpijak. Buhhhhhhhhhhh…Tak pelak bagian bawah celanaku basah kuyup, dan kaus kakiku juga bernasib sama..

Hm…uda gitu, kami ngumpul untuk bincang-bincang santai, serius, tapi berbobot..Sukarep yang mulai lalu menyilakan ketua korp, Havidz Institue untuk memberikan sambutan. Di awal Sukarep uda bilang kalo havidz dak usah lama-lama…Eh ternyata hafidz ni ngomongnya lamaaaaaa banget, meski dak gitu keroso karena yang diomongin ngademin ati dan retorikanya juga layak mendapat two thumbs. Havidz kayak memflashback perjalanan kami selama beberapa tahun ini..Dari awal kenal di PKD, korp, jadi anak bungsu, jadi anak rayon, dan jadi anak LKM. Banyak cerita ternyata, aku jadi ngerasa korp ini bener-bener sebagai keluarga dan saudaraku…Meski terkadang nyebelinnya minta ampun, tapi baik dan tulusnya temen-temenku, kompaknya juga, sangat banget gila-gilaan..Dari urusan bantingan, logistik, pinjem-pinjem duit, care kalo ada yang sakit dan butuh bantuan, hingga soliditas dalam ranah organ.

Aku mendengarkan tuturan-tuturan Havidz sambil sesekali menggelar layar di otakku. Mengenang momen-momen itu, tersenyum sendiri dan kadang cemberut sendiri. Tapi kantuk bener-bener menguasaiku. Heran juga, malam belum begitu larut dan akupun tadi sempet BBC (Bobo bobo ciang)lumayan lama, tetep aja akan takluk pada serangan kantuk.Payah. Aku merengsek mencari pundak yang bisa aku andalkan. Karena hanya ada satu cewe selain aku di forum itu, maka aku dak punya pilihan lain selain meminjam pundaknya Bunda. Tapi lama2 kasian juga.. Aku berinisatif mengandalkan tasku yang empuk (karena isinya cuma selimut) sebagai tempatku bersandar…Sulit awalnya untuk memejamkan mata dan konsentrasi dengan lelapku…Tapi dak tau kapan, aku merasakan volum suara di sekelilingku semakin kecil…dan…

Aku dibangunin untuk berpindah tempat. Kirain akan berpindah ke sebuah penginapan atau minimal di tempat yang tidak beratap langit, e ternyata kami hanya pindah beberapa meter. Tetep dengan keadaan semula. Di bawah langit, diselimuti angin, beralaskan pasir, dan dengan slide bintang yang malam itu bertabur indaaaaaaaaaaaaah banget di langit yang pekat. Aku sama sekali dak angkat suara, ga tertarik untuk ngomong dan lebih memilih mencari tempat yang enak untk bisa tidur. Aku bersykur aku membawa perlengkapan tidur yang cukup representatif..; selimut pink pemberian Elton. Bener-bener menyelamatkan aku malam itu setelah kaus kakiku kebasahan pas maen ma ombak. Perbincangan terus berlanjut. Aku sadar dengan apa yang diperbincangkan dan otakku pun kemudian berpikir banyak hal, mengingat banyak kejadian, merangkai pertanyaan-pertanyaan, dan membayangkan keadaan-keadaan. Aku juga baru tau banyak tentang sejarah intern yang belum banyak aku ketahui. Aku sempat mendengar namaku beberapa kali disebut. Kayaknya Chule yang mulai. Tapi aku masih mau menjadi silent woman, saat itu aku sudah berbaring dan api pun sudah tidak menyala. Biarlah apa karep mereka, pikirku.

Aku sempat sms Imam yang waktu itu banyak banget ngomong (selain havdiz, sukarep, chule, dan sauki), menyakan kapan semuanya akan berakhir (oalah…), imam bilang SAMPAI SELESAI dengan bahasa Madura. Aku tambah uring-uringan dan mencari posisi yang enak. Dak tau kapan, saat aku bener-bener lelap dan tidak nyambung dengan apa yang dibicarakan, dengan opini yang disampaikan temen-temenku itu, perbincangan bener-bener disudahi, dan kami semua akan berangkat tidur. Aku sudah mengeluarkan selimutku dan mengkondisikan diri. Di sebelahku Bunda sedang melamun dan berulang kali mengatakan NO ENDING WITH I…Aku memintanya mendekat..Namun dia dah keburu tidur duluan. Di samping kanan agak jauh, tergolek Hayat yang masih terjaga. Aku nego untuk pinjem hpnya tapi sinyal 3 pas itu sedang tidak bersahabat, jadi aku dak bisa fb-an. Aku utek-utek hpku membalas beberapa sms hingga aku merasa bener-bener terkepung oleh ngantuk dan lelahku..Aku sudahi percakapan dengan beberapa nomor yang sedari tadi sms-an ma aku dan mulai menyambut pagi..Tapi ada yang bermasalah di kakiku, kakiku gatal minta ampun dan itu sangat menganggu proses tidurku. Hayat juga mengeluhkan hal yang sama, namun kami tidak tahu, apakah yang salah dengan kaki kami berdua…

Kemudian..Aku tidak mengingat apapun, tidurku bisa dibilang lelap meski aku kadang terjaga membenarkan letak selimutku dan sesekali memastikan bahwa lima motor masih ada di sekeliling kami, Ada Hafidz dan Imam yang belum tidur, barangkali mereka sedang piket untuk tidak tidur. Tadi sayup-sayup aku denger, bahwa Hafidz membuat pembagian jadwal jaga…Kayaknya namaku tidak disebut. Entah, apakah dia lupa ataukah memang sengaja tidak memasukkanku dalam piket untuk terjaga. Suara havidz melengking-pekik di telingaku meminta kami untuk segera bangun…Aku masih berat membuka mata, tapi aku kebutu sadar bahwa matahari uda mulai menyembul dan orang-orang juga pada menyemut di sekitar kami..Malu kalo masih terkapar di atas pasir sepagi itu…Aku bergegas mengemasi sukmaku yang tercecer di mana-mana, dan segera terkejut mendapati hapeku tak ada di saku celana yang sedari kemarin menemaniku. Aku kelabakan bukan main namun segera tersadar bahwa ia tengah tergolek dan hampir tertimbun pasir. Aku buru-buru membersihkannya dengan meniup-niup kecil agar pasirnya ilang.

Aku bangun dan bergegas mencari kamar mandi…Sejak sampai di sini, aku sama sekali belum menyentuh air tawar…Aku membangunkan dan mengajak beberapa orang tapi mereka emoh. Akhirnya Afif mau, dia terlihat kecapean sejak kemarin. Nasib dan jalan hidupnya hampir sama kayak aku…Sudah akan teler pas acara inti baru dimulai. Kami berdua bergerilya mencari celah mendapatkan air tawar…Ada beberapa lokal kamar mandi di belakang kami tidur, tapi kamar mandinya terkunci. Setelah diutek2 dak karuan, akhirnya kamar mandi itu terbuka…Namun ternyata ga ada gayungnya. Aku masih harus mencari bala bantuan ke area temen2 untuk membuat gayung boongan namun bisa difungsikan. Setelah semua beres, aku bisa BAK dan sikat gigi, ada lagi yang menjadi masalah. Orang yang andhi’ rabesen terhadap lima lokal itu telah datang dan itu artinya kami harus mengeluarkan sejumlah kocek karena telah menggunakan air yang ada di area kekuasan bapak itu.

Mau dak mau kami bayar dan karena bapak itu masih belum punya sisa untuk uang kami yang sepuluh ribuan, aku masih harus kembali bergerilya mencari bala bantuan berupa tiga lembar uang ribuan. Alhamdulillah ada, milik Chule. Aku segera membayar kepada bapak itu. Dan…rasanya perjalanan belumlah akan lengkap jika tak bercengkerama dengan pantai..laut…ombak..buih..biru…dan semuanya yang sering bikin aku jadi melankolis banget. Tapi karena kondisi tidak memungkinkan aku untuk sendiri dan menggelar riuh-ramai monolog batinku, aku akhirya gabung ma Bunda dan Hayat ajah untuk maen-maen di pantai. Kami cuma narsis-narsisan bentar dan kemudian segera balek ke arena untuk siap-siap pulang. Lagi-lagi havidz adalah orang yang paling banyak berperan dalam rangka ngeringkesi perlatan-peralatan yang dipakai semalem. Yang lain, termasuk aku, lebih sibuk dengan kesibukan masing-masing yang sebenere dak gitu penting.

Paling banyak ya bersihin helm, manasin motor, dan bersihin motor yang uda keserang pasir yang dihantarkan angin. Aku cuma pastiin bahwa barang-barangku ga ada yang tertinggal dan semuanya uda masuk tas. Hape, charger, handuk kecil, selimut, tas ajaib, dan dompet. Aku sempet nae darah saat Chule make handukku untk ngelap motornya. Grrrrrrr…Dia langsung sok sweet meminta maafku dengan gaya yang dak serius sama sekali. Aku juga mulai uring-uringan karena Buyus yang semalem make helmku malah dak mau tanggungjawab membersihkan helm itu dan malah sibuk mempimpongnya pada Chule. Tapi ya, aku diem ajah, karena waktu itu kami uda bener-bener akan meninggalkan pantai penuh kenangan itu..Lebaaaaaaaaaaaaayyy…….

Perjalanan pulang yang cukup mengasyikkan karena udara pagi dan sinar matahari tampak ramah banget pagi itu…Enak diirup dan dirasain. Perjalnan terasa sangat banget menyenangkan, apalagi dibanding keadaan semalem yang amat banget nakutin…Roda-roda terus menggelinding dalam ritual kebutan ringan dan saling salip itu..Alhamdulillah dak perlu ada tempat yang dijadikan tempat pemberhentian karena satu atau beberapa hal. Ya ban bocor, ada yang ketinggalan di belakang, dan lain sebagainya. Bener-bener pagi yang menakjubkan..Dan seperti biasa, aku lebih sibuk menikmati jalan dibanding mengajak bicara Chule di depanku. Sesekali aku membuka hape dan membalas sms beberpa temen. Aku masih setengah ragu seperempat yakin untuk berangkat ke Magelang..Karena aku merasa tepar taraf tinggi saat itu…

Mulai masuki Bantul, aku ngantuk bukan main mpe terangguk berkali-kali. Chulee tidak merasakan itu dan dia masih asyik dengan drivingnya. Puncaknya aku hampir kehilangan keseimbangan dari motor dan kaki kiriku sukses menyentuk knalpot…Duh..Bukan main panasnya. Dari itu Chulee sadar bahwa orang di belakangnya tengah menuju teler. Dia mulai ngajah aku bicara meski aku nanggapi sesingkat mungkin. Chulee pake jurus lain. Dia meliuk-liukkan motornya agar aku segera tersadar dan tidak jadi tidur…dan jurus ini cukup ampuh, aku bisa bertahan hingga di SPBU Jogjokaryan, kami mengisi bensin…Sampai juga akhirnya di area yang aku afal luar kepala. Jadi kami bisa bebsa nentuin mau make rute yang mana…Dak lama dan dak butuh perjuangan berarti, aku sampai juga di kos. Setelah menyerahkan SIM dan STNK yang semalem dititip di dompetku dan menolak ajakan Chule untuk mampir ke rayon terlebih dahulu, aku bener-bener bisa mengistirahkan lelahku di kasur yang semalem tak bertuan itu…

TEPAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRR….Biasanya aku dak bisa langsung terlelap abis perjalanan jauh, eh dak tau napa yang ini aku bisa langsung sukses terbawa arus mimpi. Nyenyak banget pula tidurku, mungkin karena aku duduk lama banget di motor dan semalem tidur dalam posisi yang sangat tidak representatif, aku bisa tidur sepulas itu dalam waktu yang singkat..Hm….

Aku mungkin dak akan banyak nulis epilog tulisan ini dari perbincangan-perbincangan yang sempet muncul…Karena mungkin sifatnya agak rahasia gitu…Dan sekadar inovasi ajah, aku akan tulis kata kuncinya saja
• PMS (Partai Mehonk Sejahtera)
• Golden Age 2001 dan 2007 (?)
• Political respon
• Spreading the power
• Uniting and modifiying the each value…
• Klaedosop Metamorfosis. Dan
• GADJAH MADA; KEMARIN, HARI INI, ESOK, DAN SLAMANYA

Selasa, 19 Januari 2010

Nighmare Saturday...(episode I)

Sebelumnya aku dak nyangka kalo weekend kali ini akan aku lalui dengan beberapa trip yang cukup mengasyikkan. Ga ada rencana sama sekali, aku baru dikabari hari Sabtu tentang adanya dua acara makrab ma anak korp dan anak kelas. Awalnya aku berpikir kalo weekend kali ini tidak akan banyak berbeda dengan weekend-weekend sebelumnya. Paling banter aku akan ke SunMor, tiduran di kos sepanjang hari sekaligus kencan sama biibii yang super duper luar biasa ngertiin aku, meski kadang dia ngeyel juga. Jadi saat mau berangkat menghadiri dua makrab tu, aku dak punya persiapan sama sekali…Bawa aja seadanya. Bawa diri jangan lupa, juga hati. Hehehehe.

Oya, tentang Trisik..Aku baru pertama kali denger nama pantai itu pas Syauqi mengkonfirmasi waktu dan tempat makrab ke aku lewat sebuah sms. Hm? Trisik Kulon Progo? Aku uda tertarik abis-abisan, minimal makrab ma anak korp bukan hanya ke Paris dan ke Depok lah…Males bin bosen. Jadi sore itu, bersepuluh dengan lima motor, kami menyusuri jalanan Jogja merengsek ke arah barat…Di jalan aku ngeroso banyaak banget halangan dan rintangan. Yang pertama, kami kekurangan stock helm.. Muter-muter ke mana-mana (ke kos Matroni hingga ke mesjidnya Hafidz dan kosnya Buyus), akhirnya helm berhasil dipinjam dari Gowok. Entah dari mana. Sukarep yang ngurus. Wis, masih bersembilan, kami berangkat. Sampai di Japar entah KM keberapa, kami ketemu Afif yang malam itu juga akan ikut makrab.

Masih di Bantul, kami kudu nogkrong agak lama di pinggir jalan karena bannya Havidz bocor. Kasian banget sebenere, hafidz menghandle urusan itu semua sendirian. Kami lebih sibuk makan-makan dan bincang-bincang santai di sisi jalan yang lain. Hhh…Di mana solidaritas dan soliditas kalo uda kayak gene? (Wah..wah..wahhh..). Nelongso banget waktu itu, aku hanya bisa menelan ludah saat temen-temen pada makan rambutan. Untungnya kemudian aku dapet rejeki satu gorengan yang sudah kedinginan…Afif yang beli dan dibagikan ke anggota rombongan, seadanya. Cukup enak untuk ngganjal perut. Setelah konfirmasi ke Imam via sms, hafidz kemudian datang dengan wajah yang sangaaaaaaaaat banget tampak kelelahan…

Kami berangkat lagi. Baru masuk KulonProgo, hujan mengguyur…Kami berteduh di sebuah tempat yang sebenernya kurang representatif. Pas itu buyus bilang, kalo perjalanan kami tidak diridhoi oleh Tuhan. Aku tidak membenarkan, meski tidak berani menyalahkan. Dak lama akhirnya hujan itu reda juga. Kami bahagia karena bisa segera meneruskan perjalanan. Oya lupa, tadi kami (wabilkhusus aku dan Chule) sempet ngisi bensin di SPBU Semaki. Jalan cukup lama, tiba-tiba ada isyarat untuk kembali berhenti. Bannya hafidz bocor lagi. Kami berhenti, meski hafidz uda minta kami berangkat duluan. Ya kasian lah…Kalo ditinggal sendirian..

Penantian kedua cukup melelahkan dan time consuming. Aku mulai kesemutan dan dak enak ngapa-ngapain. Untung hayat mau berbaik hati meminjamkan hpnya untuk fb-an. Sukarep juga mau joinan headset dengerin lagu dari hapeny. Aku dikit terhibur juga, meski pikiranku uda mulai terkacaukan dengan pertanyaan, “Besok ikut ndak ya, ke Magelang?” aku mikir macem2, mulai dari budget, kesehatan, transportasi, kamera, dll dll. Tapi akhirnya, aku enjoy juga menikmati jalan..Saat motor Jupiter yang kunaiki uda mulai merengsek menuju tempat2 yang dak pernah kukunjungi sebelumnya. Di atas motor aku lebih banyak diam dan sibuk bermonolog, hanya sesekali bersenandung dan Chule di depanku ikut menyambung..Tapi itu dak berlangsung lama…

Kami uda mulai masuk area Pantai Trisik..Medannya sich ga seterjal ke waterfall, tapi sepinya bikin bulu kuduk merinding. Aku sibuk menenangkan hati dengan suasana yang amat banget nakutin itu. Berkali-kali aku instruksi Chule agar ambil posisi jangan di paling depan atau di paling belakang…Dibilang hutan sich ndak juga, karena sebenere masih dekat dengan jalan raya…Tapi kalo dak dibilang hutan juga dak enak…Di kanan kiri sawah dengan pohon setinggi pohon jagung dan dak ada penerangan dari rumah warga..Hanya lampu lima motor yang jalannya pun terseok-seok (karena aspalnya dak gitu enak) dengan lampu-lampu merkuri yang belum merata distribusinya. Tapi ya terlepas dari rasa takut itu, ada enjoynya juga dikit-dikit. Aku bersykur pas itu malem Minggu. Kalo malem Jumat, uda dak bisa bayangin gimana takutnya aku.

Kami pun sampai di pantai yang konon katanya bernama Trisik. Gile, ne pantai belum sama sekali terjamah manusia agaknya. Sejauh yang kami lihat, tak ada hal-hal yang nunjukin bahwa pantai ini sering dikunjungi orang. Cuma ada satu warung yang kemudian kami jadikan tempet markir motor dan duduk mengistirahkan lelah. Selain itu tak ada, hanya gelap, karena pas itu lagi ga purnama dan bulan agaknya sukses terkalahkan oleh awan. Aku mulai gelisah sebab anginnya pun terlalu amat kencang. Kami hanya beberapa meter di sebelah pantai. Aku kebanyakan diem dan melakukan apapun yang bisa tenangkanku. Untung sinyal masih enak, jadi aku masih bisa sms-an dengan beberapa orang untuk meredam ketegangan itu…Hm….

Aku dak bisa gambarin gimana nyampur aduknya perasaanku, tapi intine aku ngerasa bahwa malam Minggu ini dak akan semenyenangkan yang aku bayangkan. Kami kemudian berunding dan memutuskan bahwa kami akan menuju mercusuar demi mencari penerangan. Aku manut aja sebab aku sama sekali dak tau medan. Kalo acara makrab kayak gene gak ada surveynya sich, jadi..untung-untungan juga berangkatnya. Belakangan aku baru tau kalo di antara kami bersepuluh, belum ada yang pernah menjejakkan kaki ke pantai ini. Oalah…Kami kembali menyusuri gelap yang kerasa semakin pekat dengan kesunyian..Menuju arah barat..(Kalo dak salah)…

Lumayan ada beberapa lampu dari rumah penduduk, tapi tetep aja pemandangannya nakutin. Mercusuar yang kami tuju dak tampak-tampak, kami pun menyadari bahwa kami berada dalam satu di antara dua keadaan; yang pertama, mercusuar itu tak pernah ada (emang siapa yang awalnya bilang kalo pantai ini punya mercusuar ya??? Hf…), yang kedua, kami uda kesasar. Get lost!! Rumah penduduk yang kami lewati tampak sepi dan hanya diterangi dengan listrik seadanya…Aku bahkan dak liat ada satupun toko di lima-enam rumah yang kami lewati. Malam merangkak larut, aku masih ngerasa macam-macam, yang lebih dominan adalah takut..Terutama saat Sukarep memutuskan untuk bertanya pada orla saat kami tiba di sisi jalan yang masyaAllah gelap banget.

Sebenere hal itu merupakan satu2nya hal yang bisa kami lakukan dalam keadaan super membingungkan itu..Tapi…aku ngerasa takut karena membayangkan bahwa rumah yang disamperi Sukarep adalah rumah hantu atau apalah namanya, semisal house of wax ato cerita2 laen yang sering aku liat di filem2 barat. Aku mulai membayangkan di antara bersepuluh, siapa yang akan menjadi korban dan siapa yang akan selamat. Aku juga khawatir, takut aku pulang ke Jogja dan ke Madura dengan namanya thok. Hehehe…terlalu lebay memang, tapi itulah yang bener2 kurasakan. Tapi mujurnya emang, karena aku masih bisa berdamai dengan ketakutanku sambil smsan ma beberapa nomor di hpku. Sukarep datang dan dia mengatakan bahwa jalan yang kami tapaki adalah jalan menuju Glagah, nama pantai laen. Kami bisa menyusuri jalan itu lurrrrrrrrrrrrrrrrruuuuuuus..lalu katanya akan nyampe di Glagah.

Ok, rombongan berangkat lagi..aku dak tau apa yang dirasakan temen-temen, tapi aku sendiri mulai membangun optimisme sedikit demi sedikit…Tapi lama2, kami ngerasa jengah juga..Jalannya berbatu, gelap, dan sepi. Masih ada berapa puluh kilometer lagi yang harus dilalui sedangkan bensin di motor masing-masing sudah mulai mengkahawatirkan? Gak keroso aku nangis saking paniknya dan saking dak tau harus berbuat apa-apa. Satu tetes air mata sich..Tapi cukup bikin aku bertanya pada diri sendiri, “kenapa mpe segitunya, Ta?” Aku tetep berkeyakinan bahwa akan datang sebuah cahaya yang menerangi perjalanan kami malam itu…

Dak lama, gayung pun bersambut. Dari sebuah arah (kalo dak dari timur, berarti dari utara), ada sebuah cahaya yang tampak jelas meski jalannya lama banget. Kami mulai menaruh harapan, meski masih lebih dominan cemasnya. Takut lebih tepatnya, masalahnya tu cahaya kayak merangkak menghampiri kami. Moga aja tu bener-bener lampu sepeda motor dan bukan malah lampu kereta api hantu. Huh, hantu lagi yanga ada di pikiranku. Sebelumnya temen2 juga sempet nakut-nakutin aku, mungkin karena aku terlalu lebay juga pake acara takut-takutan hantu di keadaan segenting itu. Ternyata lampu motor, Alhamdulillah banget..Apalagi pas dua orang yang mengendarai motor itu berbaik hati mengantarkan kami ke jalan raya. Entah tujuan mereka sama ato ndak, aku dak gitu ngurus. Yang jelas, pas ada pertigaan, kami langsung nganan dan kemudian…meski aga lama dan aga jauh, kami kembali bertemu dengan suasana jalan raya yang tampak sedikir riuh…

Sesudah berterimakasih pada dua orang tersebut, kami kemudian melanjutkan perjalanan dengan ritme yang uda biasa..dengan speed tinggi, salip-salipan, ngisi bensin, bayar retribusi, dan segera menemukan tempat yang enak untuk menyelenggarakan acara makrab. Glagah nama pantainya. Ne pertama kalinya juga aku ke pantai ini, meski kalo denger nama Glagah uda dari dulu banget. Hm…Lumayan berperadaban sich…Apalagi dibanding pantai Trisik. Kami mulai membangun peradaban dengan mengandalkan bekal yang sedari tadi dibawa dari kos masing-masing. Nasi, lauk, serta jagung dan ketela yang akan dibakar. Hafidz sibuk mencari kayu atau apapun yang bisa bikin api akan terus nyala..Yang laen sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tak lama kami bantingan untuk beli aer dan konsumsi malam itu…Aku yang ngurus dan menganton 70ribuan. Membengkak banget setelah salah seorang pejabat mengeluarkan uang 50ribuan dari dompetnya dengan malu-malu.

Aku kembali membelah malam dengan Sukarep…bertujuan mencari kuah untuk dimakan ma nasi, aer, serta beberapa cemilan untuk menghabiskan malam. Dengan speed setinggi itu, Sukarep kayaknya dak sama sekali faham betapa aku takut berada di tengah pohon dan tumbuhan yang juga ndak jelas gimana rimbun dan menakutkannya. Kami akhirnya pulang kembali ke pantai dengan mengantongi berbagai barang belanjaan..Rencana belia air mineral gelasan dak bisa karena uda banyak toko yang nutup, kami akhirnya beli empat botol besar air mineral d tempat beli mie ayam. (Mie ayamnya juga beli empat), abis gitu beli cemilan yang masyaAllah harganya mahaaaaaaaaaaaaaaaal banget. Tapi maklum dah, dak popo…Tu toko juga lumayan menyelematkan kami karena masih buka di jam selarut itu…

Di warung tempat kami beli mie ayam, Sukarep sibuk telepon orangtuanya. Aku mengamati nada bicara dan bahasa yang digunakanny. Di antara ana korp, Sukarep merupakan salah satu temen yang dak bisa ngomong Bahasa Madura, sehingga komunikasiku dengan dia harus pake Bahasa nasional. Hehehe. Sukarep bercerita tentang petualangannya dengan motor ke beberapa tempat. Ia juga jelasin tempat2 wisata yang ada di daerahnya ma aku. Hm…Lumayan lama nunggu di warung itu…Tapi akhirnya selese juga dan kami segera pulang setelah beli cemilan di sebuah toko abis ngiri. Di pintu retribusi, Sukarep hanya mengeluarkan sedikit jurus agar kami tidak perlu kembali membayar uang retribusi. Tadi kami bersepuluh juga dibayarin entah ma siapa di pintu masuk ini…

Sampe lokasi, acara bakar-bakaran ternyata uda selese. Aku mengais sisa-sisa jagung bakar dengan sisa kekuatanku. Uda dari tadi aku kelaparan, tapi kali ini perutku agaknya mau berkompomi dan dak terlalu banyak ngomel, soale aku juga ga gitu ngegubris dan sibuk menghalau rasa takut..Kami kemudian candle light dinner dengan sebuah sinter yang dijadikan pusat cahaya. Aku emam sepiring berdua ma Bunda Mehong..Kami dak bisa ngabisin karena porsinya yang banyak dan menu yang kurang enak di lidah…sayang juga, ga ada cabenya. Komplit. Tapi, yang namanya orang lapar, apapun –asal halal—pasti dihajar. Hm…

Minggu, 17 Januari 2010

Seberapa Facebookerkah? (storieZ abOut fb)

Facebook? Siapa yang ndak tau facebook hare gene? He…tetep aja pasti ada yang dak tau..facebook tu semacam program online jejaring sosial sesuai dengan maskotnya, “help you connect with people”. Konon karena manusia adalah mahluk sosial yag dak bisa hidup sendirian, maka segala sesuatu yang berkenaan dengan koneksi with other people akan menjadi komoditi yang menggiurkan. Banyak kenalan khan jadi banyak jaringan, banyak teman jadi banyak rejeki, meski kadang banyak kawan malah nambah masalah baru. Hehehe. Ya begetolah. Selalu ada dualisme yang saling tarik menarik dalam hampir setiap persoalan, meski tidak semua hal yang memiliki dualisme itu bisa diselesaikan dengan teori postivistik. Loh, koq nyampe sini?

Gni dech, biar dak digresi, jadi facebook tu adalah sebuah situs yang diuncurkan tahun 2006, kabarnya…Namun demamnya buat aku pribadi baru keroso pas tahun 2009 kemaren. Aku dak tau jelasnya kapan. Tapi aku masih inget siapa yang mengenalkanku dengan facebook. Orang tu namanya Irfan, tapi aku biasa memanggilnya dengan Lora Irfan. Salah satu temen dunia maya sich, sebab aku dak pernah kopi darat ma dia. Ra Irfan waktu itu kenalan viaemail ma aku (setelah sebelumnya sama-sama aktif di Hi5) dan nanya, apa aku uda punya fesbuk. Iseng aku coba daftar, dan ternyata aplikasinya dak sulit-sulit amat. OTODIDAK ajah aku bisa, meski banyak fitur yang dak bisa aku jangkau dengan keterbatasan ilmuku saat itu..

Jadi sebelumnya, aku uda sempet punya friendster dan hi5. Kalo yang friendster, mungkin aku bikinnya alasan gengsi aja. Misale temen nanya alamat fsku dan aku masih oneng dan tak punya jawaban, khan malu-maluin banget tuch. Jadi aku paksain juga buat meski aku dak pernah ngupdate dan kemudian dak punya minat sama sekali untuk menelusuri aplikasi dan fitur-fitur fs. Dak tau juga napa, mungkin saat itu aku lagi ga mud untk mencoba hal-hal baru atau alasan males aja. Yang jelas, aku dak tau keberlangsungan nasib fsku. Nah, kalo yang hi5, aku juga kurang tau sapa yang ngajak aku. Aku hanya inget kalo alamat email patenku masuk dalam list alumni pondok yang selalu dapet update berita di pondokku. Dari itu kayaknya ada orang pondok yang ngajak aku gabung di hi5. Ok, aku gabung ajah…dan sempet aktif meski ga sedemam fb.

Awal punya fb, aku keren-kerenan, karena tmen2ku banyak yang masih oneng dan bahkan dak tau apa itu fb. Aku jadi rajin ke warnet perpus untuk ngutek2 fbku. Perlahan aku menyimpulkan teori-teori aplikasi yang kubuat dan kugunakan sendiri. Lucu ajah kalo inget. Kemudian, anak kostku yang jurusan informatika juga punya, aku kemudian ngajak temen2 lain untuk ngikut, dan akhirnya aku sekarang uda punya banyaaaaaaaaak banget temen di fb. Sayang, aku hanya kenal segelintir dari tujuh ratusan temenku itu…

Lambat laun, aku mulai berusaha mendapatkan fitur pribadi yang bisa aku tampilkan dalam fbku…hasilnya adalah beberapa prinsip yang sebenernya ga ada alasan laen keculai karena aku ingin tampil beda..Beberapa prinsip itu adalah..
• Ga akan ngubah foto profil. Bukan karena itu adalah foto tercantik yang aku punya atau karena posisina yang hanya keliatan mata ma idung kalo dikecilin, tapi karena aku suka konsistensi. Di fb kasih yang ini, di hi5 dan di blog sama. Hehehe. Lebay.
• Meng-confirm semua orang yang nge-add. Kasian ajah, masa mahluk sosial tega meng-ignore tawaran teman.
• Tidak nge-add orang yang ndak dikenal, kecuali karena dia adalah temennya teman, dan paling sering adalah pacarnya temen atau pacarnya saudara. Kalo selebriti, aku emang nge-add duluan lah. Ga tau napa, kalo nge-add orang bahkan ma orang yang telah kenal tapi dak gitu akrab dan gak ingin akrab, aku biasanya ngerasa gengsi gitu. hehehe
• Menerima ajakan kuis atau grup apapun biar kolomku dak penuh-penuh amat, sedangkan aku paling dak bisa untuk meng-ignore. Kasian yang nawari uda buang-buang sejumlah KB-nya untuk mengajakku.
• Nge-add suggestion friend asal dak butuh perjuangan lama alias dak banyak proses yang harus aku jalani..

So far, aku enak-enak aja ngejalani aturan yang aku buat sendiri itu. Kalo masalah komen dan status, aku sesuain dengan suasana hati ajah, adaptatif, namun tetap harus menjadi diri sendiri. Ga pake sok-sokan apalah gitu.

Facebook-an kemudian tambah bikin nyaman karena aku uda dapet ilmu macem-macem dari temen. Ilmu ngetag, ilmu share note, ilmu uplad foto, dll. Aku memang suka nyobain hal-hal baru sich, biasanya dengan alasan tantangan dan agar mengetahui apa yang sudah diketahui banyak orang dan gak terlalu oon gitu. He. Apalagi yang ikutan malah tambah rame. Temen2 kelas, anak-anak kos, saudara-teman di Madura, temen-temen pondok dulu, dll..sayang aku masih dak punya satu akses pun ke temen Pare. Hmmm…

Demamku ke facebook juga fluktuatif sich, kadang aku gandrung banget tapi kadang males banget. Tapi kebanyakan semangatanya kalo uda fb-an. Apalagi gratisan. Hehe. Yang jelas aku kadang buka fb hanya ingin tau ada apa aja di homeku. Sebab aku kadang mikir bahwa setiap orang yang kita kenal tu pasti ngasih pelajaran, apapun itu. Jadi dengan membaca info, status-status, komen2, catatan-catatan, aku juga bisa tau banyak hal. Tahu bahasa-bahasa baru yang kemudian aku telusuri, mencoba nebak karakter seseorang dan mencocokkannya dengan apa yang aku ketahui tentang drinya (khsus bagi yang kenal), dan tentunya mengetahui apakah kbar terbaru hari ini atau detik ini. Lagi-lagi aku paling anti dibilang ketinggalan jaman, meski aku juga luar biasa males baca koran atau sekadar nonton tipi.

Belakangan aku ngeroso fb juga bikin bosen. Saat aku, yang mengaku mahluk sosial harus chat ga penting dengan orang yang ga aku kenal, harus menanggapi komentar dari orang yang dak aku kenal, dan satu lagi..karena ada banyak nomor baru yang masuk ke hpku karena aku dak tau bahwa nomor hp yang kutaruh dalam form pendaftaran itu invisible. Aku akhirnya sempet nonaktifin SIMku dan mengganti nomor hp yang aku taruh di info jadi xxx terakhirnya. Kalo yang ngubungi serius mau kenalan dan bagi pengalaman sich gpp, yang banyak malah cuma iseng-iseng mau ngabisin gratisan dan maunya bikin orang lain bingung. He, jadi ngomel.

Tapi kalopun uda bosen, aku biasanya balek lagi ke fb. Belakangan aku juga nyadar bahwa fb dpat merepresentasikan sisi lain dalam kehidupan seseorang. Jadi misalane aku kenal dengan seseorang yang kayaknya seriuuuuuuuuuuuuus banget jalanin hidup, e ternyata dia juga luar biasa humoris, gitu. Jadi aku merasa banyak belajar lah, dari tulisan-tulisan yang aku baca. Yang paling penting juga adalah karena aku bisa tetep in touch dengan temen-temenku yang berjauh-jauhan dan uda lama ga kontak-kontakan. Nambah temen baru sich masih sedikit, bukan karena aku selektif ato neko2, tapi lebih karena aku selalu berpikir pragmatis dan sok individualis dalam masalah ne. Tapi ya itu, aku mud-mudan. Kadang enak dapet kenalan baru dan kadang ngga.

Banyak cerita lah, dari fb on page. Yang paling unforgatable barangkali adalah saat aku ultah kemaren. Eh ternyata banyak yang ngasih ucapan selamat di fb. Kerosone laen emang, soale selama ini ucapan selamat ultah biasane via lisan ato hp. Jadi ne the first moment. Tapi sebenere aku ingin nulis catatn ini lebih karena aku ingin menulis tentang fb ofpage. Dan perlu ditegaskan kembali, aku berbicara dalam konteks model of, bukan model for. Heheh. Ini hasil kuliahnya Pak Soehadha (semoga aku bisa lulus MK ini, apapun nilainya)..

Mmmm, aku ingin bilang bahwa kehadiran fb sebagai sebuah komoditi juga kemudian memunculkan produksi komoditas residu. Contoh paling konkret, banyak temenku yang kemudian fb-an pake phone. Bahkan ada yang khusus beli hpe baru untuk keperluan fb. Otomatis, budget untuk pulsa meningkat dwonk. Buku-buku yang juga memuat tulisan dan cara-cara aplikasi fb juga semakin menjamur bersama perusahaan telepon seluler maupun SIMcard yang gencar-gencaran mempromosikan produk yang mensupport fb. Dan aku? Alhamdulillah, aku cuma terlibat dalam proses peningkatan intensitas ol by paid untuk keperluan ol.

Nah, sebuah cerita kemudian brgulir dari sini. Sebagai anak yang uda kuliah, aku Alhamdulillah dapat banyak fasilitas free untuk fb-an. Banyak tempat, di PKSI dan syariah pake biibii, di warner perpus, di ircor, di godam, dan yang terbaru adalah di labfak. Banyak kenangan yang tercatat di situ, saat aku tengah menjelajah dunia maya dengan antrian, dengan tempat duduk yang terbatas, dengan waktu yang sangat limit, dan dengan koneksi yang kadang minta ampun lama plus udara malam dengan dengungan nyamuk. Tapi ya itulah, by paid ajah kadang ada dak enaknya, masa yang free dak mau sama sekali menderita? Heheh…Aku dak tau paling sering nongkrong di mana. Antara di PKSI dan warnet perpus. Tapi sekarnag yang palig sering adalah di lab fak, soale aku kenal operatore sehingga kalo dia mau keluar, aku bisa jadi operator baru, dadakan, dan tanpa SK. Komplit ILEGAL.

Di PKSI merupakan tempat yang paling representatif untuk kencan ma biibii. Kalu mujur, aku bisa duduk manis dengan posisi yang enak plus deket ma tempet colokin charger. Aku bisa mpe seharian di situ kalo lagi free. Namun kedaan tidak berlangsung lama. Menurut keterangan beberapa orang, pada suatu hari, saat aku tengah tidak berada di TKP, ada razia nonformal dari pihak rektorat terhadap mahasiswa yang tengah ngeceng pake laptop di PKSI. Razia nonformal tersebut kemudian mengetengahkan fenomen bahwa SEMBILAN PULUH SEMBILAN PERSEN MAHASISWA UIN YANG TENGAH OL LAGI FB-AN!! Barangkali karena beberapa alasan yang tidak aku tahu namun bisa dipertanggungjawabkan dan sangat bisa aku perkirakan, pihak PKSI dan atau rektorat kemudian mengadakan follow up setelah razia nonformal yang sok kayak sidaknya Ayin itu. Hehehe. Dan akibatnya, sejak beberapa bulan yang lalu (ga tau pasnya), fb hanya bisa dioperasikan setelah jam 13.00

Ada bahagia dan dan senengnya juga. Nyampur aduklah jadi satu. Bahagia karena aku bisa terhindar dari demam fb yang begitu hebat (sebab saat itu aku uda tejangkiti virusnya), dan dak senengnya karena aku ngebayangin aku bakal sulit dapat kesempatan fb-an karena jadwal kuliahku juga ga supporting. Tapi betatapun dualisme itu ada, toh akhirnya tidak berpengaruh sama sekali. THE LAW IS RATIFIED LEGALLY. Meski konsekuensinya, setelah jam satu, jaringan bisa jalan kayak siput yang lagi menggotong bangkai lumba-lumba. Lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget. Bikin BETE dan akhirnya aku keseringan emoh bawa biibii ke kampus. Mending dia istirahat di kos setelah aku ajak begadang sedang aku tertidur pulas. Kasian emang, sama biibii. Love you, biibii…

Tapi aku juga ternyata masih safed by the condition. Di semester ini, aku ambil MK PPM yang mengharuskan mahasiswa dan dosen mengadakan tatap muka di lab fakulitas. Dan jadwalnya pun representatif. Jam 12.30, dosennya datang telat, jadi nyampe lab, aku sudah bisa fb-an setelah nunggu barang lima hingga sepuluh menit. Begitulah, rutinitas setiap Rabu siang itu berjalan sangat menyenangkan…meski aku juga kadang ga dapet kursi yang enak dan dak bisa leluasa fb-an karena satu komputer untuk dua orang. Yang paling disayangkan adalah karena aku kemudian dak fokus ma kuliah yang disampaikan. Tak ayal ketika ujian, aku oon sendirian.

Paling tidak sepekan sekali, aku sudah bisa dipastikan akan mengupdate fbku. Lagian dosen mata kuliah ini nyantai banget…terlalu nyantai bahkan. Jadi, dak ada tuch, ceritanya dia marah karena kami pada sibuk browsing dan fbing pas kuliah beliau. Di antara temen2ku bahkan ada yang keseringan mojok liat bf-bf gitu pas kuliah ini. Tapi koq teteeeep aja calmdown. Kami malah tambah penak di keadaan itu. Hehehe. Namun seiring dengan berjalannya waktu, ah lebay, jadi karena aku uda mengakhiri kembara semester lima ne, bisa dipastikan aktivitas yang sangat menyenangkan itu akan berakhir juga. Ga akan ada ceritanya aku yang semangat banget jalan berangkat ngampus di siang bolong dengan terik maksimal hanya demi dapet t4 yang representatif, kenangan chatting ma temen sekelas yang juga ada dalam satu ruangan, chat ma temen2 fb, chat ma temen ym (seingatku cuma pernah ma cacak), promosi blogku dengan gaya yang pwoooooooool lebay, dan kenangan-kenangan lain

Sebab keadaannya sudah berbeda. Dan lagi-lagi aku merasa safed by the condition. Kemaren pas tanggal 12 Jan, satu hari sebelum semua ujianku kelar, aku s4 nongkrong agak lama di labfak. Dak tau kalo sebenere aku harus beruji, sebab aku nyangka ne take home ansich. Ternyata masih ada pretending-pretendingnya. Hfh..Tak pelak aku telat ma soulamteku, unyil dan ayu. Tapi aku bahagia juga karena lumanya leluasa fb-an sebelum tu..pas itu mas Agus lagi mau keluar, jadi aku sok jadi penggantinya dia di meja dan kursi panas itu. Aku keburu banget ngerjain soal mpe ga konsen dengan yang aku tulis. Kasian fbku masih terbuka di sana belum tak sign out, takut ada tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Aku sengaja dak sign out karena aku pikir, aku ke lantai satu cuma akan nyetor tugas dan neken. Ternyata malah lebih dari itu. Hf. Untung ada potlot pinjeman Alwi dan pulpen pinjaman Unyil. Lha tas ma jaketku masih tak tinggal di lantai 2. Payah emang.

Dengan penuh perjuangan dan dalam keadaan ngos-ngosan, aku sampai di lantai 2. Untung banget dompetku s4 tak bawa sebelum aku meluncur ke bawah. Dan hm…ternyata fbku uda da yang nutup dan buka milik dia sendiri. Aku dak tau siapa, sebab pas aku datang, kursi itu sudah kosong, aku cepet sign out fb orang itu dan coba buka fbku. Namun, tahukah kamu, apa yang kemudian terjadi? Aku dak bisa buka fbku lagi. Aku dak faham, tapi ternyata di situ terpampang jelas bahwa FB dan YOYTUBE baru online jam 15.00. dan waktu itu masih belum genap jam 2. Hffffff….Benerkah?

Terlepas dari tendensi pribadi yang menolak habis-habisan keputusan sepihak itu, (sepihakkah? Hehe..perasaan tu emang wewenang rektorat dech…), sebenere keputusan ne sangat beralasan. Apologinya gini, fb khan cuma jejaring sosial dan youtube tu situs entertainment, jadi kayaknya penggunaan dua situs ini emang harus diminimalisasi, biar mahasiswa dak kebablasan terus lupa ma tugas akademiknya karena terlalu asyik dengan dunia hiburan. Dunia hiburan ya emang diperlukan, tapi kalo mpe ngambil porsi hal lain yang lebih penting, gimana dwonk? Ok dech kalo, gitu, aku dukung keputusan rektorat dan atau PKSI atas keputusan itu…Hhuhuhu..Meski, 

Dan epilog tulisan ini adalah bahwa…Setiap keputusan, tindakan, bahkan gerak hati yang kita lakukan dan kita rasa, pasti punya alasan tersendiri…Jadi dak usah terlalu diherani. Sebab orla bisa aja punya pola pikir yang berbeda dengan kita. Gitu..Wah, gatau lah ne tulisan nyambung apa nda…

Sabtu, 09 Januari 2010

Refleksi (Abis ngerjain tugas IRH)

Barangkali bener, semester lima adalah fase di mana banyak mahasiswa mengalami kesulitan yang cukup berat. Aku pribadi ternyata juga ngerasa gitu… Awalnya, aku dak bisa ikut kuliah-kuliah pertama saat masih terbaring karena typhus. Akibatnya banyak dan beruntun. Aku ketinggalan pelajaran, ketinggalan informasi, ketinggalan keterampilan, UTS jeblok, dak semangat UAS, dan lain-lain. Kedua, mungkin yang juga dak kalah berat, aku harus merelakan sebuah babak kehidupanku pergi, justeru di saat aku enak-enaknya njalani babak itu. Terlepas dari egois ndaknya aku, yang jelas aku merasa aku masih sangat amat membutuhkannya saat babak itu pergi-pergi…Ia serasa pergi pada waktu yang tepat; pada waktu aku sangat membutuhkannya. Hm..ok, stop talking about it. Aku dak mau memperperih pedih lukaku.

Salah satu hambatan yang aku temui dalam semester ini adalah minimnya keterampilanku dalam praktik-praktik yang seharusnya aku expert-in. Jadi jurusan yang aku pilih di strata satu ini mengharuskan aku untuk menguasai sederet keterampilan yang bagiku cukup bikin ribet dan dahi berkerut. Kalo aku bisa selamat dari program SPSS dan seperangkat tetek bengek statistik dengan angka-angka yang menyeramkan, ternyata aku bahkan memiliki tantangan yang tak kalah hebat. Aku harus bisa mengoperasikan bebeapa software Al-Qur’an maupun hadist demi kelancaran kuliahku. Apa itu? Banyak, ada mausuah, maktabah syamilah, alfiyah, dll yang aku dak tau. Ada juga webite yang hanya bisa diakses melalui internet, baru mau ngasih tau,

Masalah terbesarnya, aku suka hal yang simpel. Aku dak suka hal yang ribet dan bikin repot, terutama dalam hal yang dak aku banget. Nah, dalam hal ini, penelitian takhrij hadist buat aku masih terasa begitu melelahkan. Apalagi aku merasa sudah ketinggalan jauh ma temen2ku yang di pc maupun di laptopnya uda ada software yang dibutuhkan mahasiswa TH. Aku baru punya mausuah di biibii pas mau UTS kemarin. H-1 bahkan, berkat kebaikan Ndud, Humam, Iwan, Unyil, dan…Ksatria. He. Alhamdulillah sekarang aku uda lumayan bisa ngoperasiin software tu meski –sekali lagi aku masih oon—karena aku dak bisa ngetik arab…Bukan laptopku yang ndak bisa, tapi akunya yang oon. Untung ada penyelamat..Ada screen keyboard di biibii. Dak tega rasanya aku membiarkan biibii yang uda kecil tut-tutsnya tambah dipersempit dengan tempelan huruf-huruf arab. Jadi ya, bisa dibayangkan, pas mau ngetik Arab, aku harus menjadi mahluk super oon di biibii. Hehehe. Ya itu yang bikin aku malah tambah ingin menjauhi software-software yang sebenarnya adalah senjata pamungkasku.

Tapi mau dak mau, aku memang harus bergumul dengan beberapa software yang sebenarnya super canggih itu. Dan aku emang harus punya maktabah syamilah dan alfiyah, entah kapan. Karena itu demi kelncaran studiku dan demi menjaga krediibilitasku sebagai mahasiswa TH. Hohoho…Meskipun aku lebih tertartik ke wacana tafsir, tapi aku memang dak bisa dilepaskan dari yang namanya takhrij, rijalul hadist, dan lain-lain. Contohnya kemaren, pas ngerjain hadist sosial, ternyata aku berhasil menemukan ahdist yang diminta oleh silabi. Itu artinya, aku sudah punya satu pengalaman keberhasilan menggunakan software mausuah dengan pertolongan Allah saja. Hehe, tanpa pertolongan orla tentunya.

Dan kabar terbaru terjadi beberapa hari terakhir ini…Aku dan temen2 kelas dapet tugas UAS yang lumayan bikin kselek meski tetep enak makan, khususnya buat aku pribadi. Jadi tu, selama semester lima kami sekelas dak pernah dapet arahan praktik langsung tentang bagaimaa cara menyelesaikan soal itu. Bahkan kami dak pernah sama sekali ke lab. Rencanane mau ke lab pas kuliah terakhir, tapi apalah daya keadaan waktu itu tidak berhsahabt. Jadi ya, aku diem aja, membayangkan langkah-langkahnya aja aku dak bisa..Apalagi harus segera melangkah. Jadi tu tugas kerasa amat berat buat aku, juga mungkin bagi temen-temen. Meskipun toh mereka adalah orang-orang briliant yang di pc nya uda da beberapa software yang bisa diandalkan, tapi aku bisa jamin mereka semua belum memiliki pengalaman sama sekali dalam praktik yang diminta oleh pak dosen.

Jadi kalo kemudian aku gaptek masalah beginian, itu juga disebabkan karena aku doyan fb-an di lab fakultas pas MK PPM, hari Rabu siang. Msuk dari jam setengah satu pe jam setengah dua..Sedang jam satu, fb uda bisa diakses di semua UIN. Jadi walapun aku dak gitu demam fb, tapi kalo uda disuguhi online gratis, aku kewalahan untuk menolaknya. Hehehe. Lebay. Kalo dak fb-an, aku posting blog atau bahkan ym-an. Berkali-kali aku ketangkep basah ama pak dosen, tapi Egp. Fb-an mah bukan cuma aku. Tapi ya itu, sekeras mungkin aku berusaha untuk membagi dua konsentrasiku, aku tetap aja lebih dominan ke fb-ku dibanding software alfiyah—misalnya—yang saat itu lagi dibedah dak abis-abisan. Aku lupa cerita kalo pas awal-awal semester lima, kelas PPM bedah cara-cara operasi maktabah syamilah. Aku dak ikut dan otomatis aku dak tau, sebab temen2 juga dak punya catatan. Jadi komplit dech, aku dak punya aplikasinya di biibii, dan aku dak tau langkah-langkahnya.

Ok, jadi tentang cerita tugas UAS yang sama sekali asing itu, ternyata ia cukup sukses membuat aku dak nyenyak tidur…Palagi pas denger temen2 mencertakan bagaimana getir perjuangan mereka menyelesaikan tugas itu..Aku dak konsen blajar, tiba-tiba males mau ngapa2in dan malah lebih suka membayangkan, bagaimana terjalnya bukit yang harus aku daki. Aku dak maksimal belajar karena dikuasai oleh pikiran itu…Lebay banget emang, tapi itulah kenyataannya. Jadi, aku dak mau terlalu rugi karena diperbudak oleh pikiranku sendiri…Jumat sore abis bangun tidur, aku langsung tancap gas ke tempat Umi di Kotabaru. Agaknya akan lebih enak ngerjain di tempat umi. Tempatnya lebih representatif dibanding lab perpus, dan aku bisa manfaatin umi yang sudah berpengalaman banyak dalam aplikasi maktabah syamilah. Hmm…

Sampai di tempat umi, aku uda kendor duluan…saat umi bercerita banyak hal tentang getir yang ditelannya saat menyelesaikan tugas ini..Umi juga minta aku untuk menyediakan stok kesabaran yang akan menyelematkan aku dari kebosanan, kelelahan, dan keputusasaan…Dan proses pun dimulai..Umi msih bimbing aku seratus persen, sebab aku dak tau harus klik mana lalu yang mana, dan bagaimana. Lama-lama aku juga dak tega ngeliat umi telaten banget bantuin aku..Lalu aku mencoba untk mengambil alih peran umi..Itung2 biar aku tidak bergantung terus kepada orang lain..(Le, jad ngilu tow?)

Ada lima jalan yang bisa aku tempuh untuk menyelesaian tugas itu, sebab hadist yang dibebankan padaku memiliki lima perawi..Aku sudah mencoba perawi pertama (yang paling jauh dari Nabi), tapi hasilnya nihil. Aku masih sabar waktu itu..meski sudah ngedumel sendiri dalam hati (saat itu aku juga membayangkan bahwa babak itu masih tersaji di depan mata, untung aku keburu sadar lalu segera berbalik arah). Aku mencoba jalan kedua, tetap nihil. Aku tak boleh berhenti di titik itu, sebab pencarian ini belum ada apa-apanya, pikirku. Aku sibuk pos-ngapose diri sendiri sebelum akhirnya aku bersorak gembira, sebab satu jalan sudah tampak jelas di depanku. Dari jalan itulah aku mulai mencari dan terseok dalam kebingunganku. Satu persatu hubungan antar lima orang itu mulai jelas, meski aku dak harus seselektif Bukhari yang menyaratkan pertemuan, tidak hanya mu’asharah. Lagian aku dak terlalu ambil pusing dengan yang begituan, sebab uda ada keterangan jelas dan legal bahwa ada hubungan guru-murid antarbeberapa orang tersebut.

Belakangan, referensi sejarah umi yang cukup bisa diandalkan akhirnya juga menyelematkanku. Setelah aku tau bahwa Abdullah adalah putra Umar bin Khaththab, yang dalam perawi terdekat dengan rasulullah yang dalam hadist itu dibahasakan dengan IBNU UMAR. Setelah itu, kata umi, aku sudah menyelesaikan tugasku itu. Aku gembira bukan kepalang meski tidak sampai bersorak….Aku mulai kerja sekitar jam 4an, 2 jam sesudahnya tugas itu sudah kelar. Alhamdulillah banget…Allah ternyata baik banget ma hambanya yang dak karuan kayak aku ne. Berdasarkan keseriusanku yang sangat minim dalam pelajaran ini, sebenarnya sah-sah saja jika aku mendapatkan kesulitan yang cukup tremendous. Alhamdulillah once more, Allah ngasih aku kemudahan…Sesudah aku menyelesaikan tugasku, umi malah kembali kepikiran ke tugasnya yang kata dia masih ada yang perlu ditindaklanjuti. Padahal tugas tu uda terprint dengan apik. Hm..Umi..Umi…Perfeksionis banget emang orang ini…

Refleksi yang aku dapetin dari kejadian sore itu sebenarnya sederhana aja…Intine, manusia yang berguna bagi manusia lain itu keren banget. Hidupnya berarti dan namanya akan abadi. Orang yang kumaksud itu banyak, di antaranya adalah umi yang sudah berperan besar dalam proses teknin penyelesaian tugasku. Support dan kesediaannya meluangkan waktu untukku, Terimakasih, Umi…Juga orang-orang terkasih yang secara dak langsung juga membantuku…dengan doa yang tak henti. Ayah, umi, ksatria (will it be still), dll dsb. Aku pokoe luar biasa bersyukr waktu itu..Mpe aku sok lebay gitu sama Muna. Hehehe. Dan yang terkhusus, sebenernya refleksiku ini tertuju pada orang yang sudah berperan dalam menyajikan software maktabah syamilah di hadapanku dan hadapan semua akdemisi abad ini. Oalah..

Keren banget aku pikir, entah mereka tim ato bagaimana, yang jelas mereka bravo banget uda ngasih jalan kemudahan bagi penelitian-penelitian hadist ke depan. Ketekunan mereka mungkin belum sepadan dengan ketekunan ulama klasik yang sampe harus berkelana ke mana-mana, misalnya aja dalam disiplin rijalul hadist. Tapi komposer software ini juga dak kalah keren, meski porsinya beda…Sebab ahli TI ini upayanya lebih ke arah mensistemasi khazanah-khazanah yang masih tercecer, dan kemungkinan besar akan sulit terakses jika tidak ada sistemasi dan pengemasan yang demikian. Apalagi untuk kajian hadist misalnya, referensi-referensi utama dalam kajian hadist dalam bentuk hard copy khan emang uda terbatas dan sulit diakses. Jadi, mereka ne hebatnya karena melakukan upaya konkret dalam melestarikan dan memelihara khazanah-khazanah yang tak ada bandingannya ini…

Juga kepada pengarang kitab-kitab yang ada di maktabah syamilah. Versi terbaru aja ada 14 GB. Ada berapa kitab gitu…yang jelas, ketangguhan mereka uda banyaaaaaaaaaaak banget ngasi manfaat ke generasi penerusnya. Selain –kalo mau su’udzzan—alasan popularitas, untuk apalagi mereka mati-matian memperjuangkan cita-cita untuk menulis sebuah kitab? Kalo bukan untuk menjaga kesucian hadist nabi? Kalo bukan agar muslimin dak sembarangan make hadist Nabi? Beh..yang jelas so sweet banget pokoe..Aku dak bisa bayangkan bagaimana capenya mereka menjalani semua proses itu…Eh, malah aku yang uda enak-enakan tinggal akses di depan komputer, di fakultas bahkan sudah ada labnya, teteeeeeeeeeeeep aja males-malesan dak mau sadar diri dan menyadara keberadaanku.

Hfffffffffffff…sampai di sini mungkin aku merasa guilty ya…Sekaligus, aku juga ingin bertanya pada diriku sendiri, dunia bisa mengenang aku dari apa? Sebenere dak usah terllau muluk-muluk sich, aku lebih enjoy melakukan apa yang bisa aku lakukan saat ini dengan keadaan dan keterbatasanku. Tapi aku masih sangat was-was, khawatir, ato apalah namanya, jika aku tak bias meninggalkan apapun yang bisa berguna bagi siapapun yang masih hidup setelah aku mati nanti. Ya, semoga saja kewas-wasan ini cukup memotivasiku..

Sebab, kalo orang lain bisa, masa aku nda?

Jumat, 08 Januari 2010

Membeku dalam Lemari Waktu (karena dak segera diposting)

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)


A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
Kilatan cahaya putih yang membutakan
Menyemburat di langit-langit Gaza malam ini
Orang-orang lari kalang kabut mencari perlindungan
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau telah meninggal
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
Kilatan cahaya putih itu datan bersama teng-teng dan pesawat
Dengan wujudnya yang menyala-nyala dan siap membinasakan apapun
Tak ada yang tersisa
Selain suara melengking di tengah kabut asap yang pengap
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Kami tidak akan menyerah
Tanpa perlawanan apapun malam ini
Kamu bisa membakar masjid, sekolah, dan rumah kami
Namun kamu tidak akan pernah bisa memadamkan semangat kami
Tak akan ada penyerahan apapun
Tanpa perlawanan malam ini
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
Malam hingga malam,
Wanita dan para anak-anak
Dibunuh dan dibantai terus menerus
Sedang mereka yang disebut pemimpin negara
Lebih sibuk berdebat tentang siapakah yang benar dan siapakah yang salah
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
Namun begitu, suara lemah mereka memang hanya akan sia-sia
Sebab bom-bom tetap mengucur serupahujan air keras
Lewat air mata, darah, dan rasa sakit itu,
Lengikingan suara-suara masih kerap terdengar di ruang berasap yang pengap
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Kami tidak akan menyerah
Tanpa perlawanan apapun malam ini
Kamu bisa membakar masjid, sekolah, dan rumah kami
Namun kamu tidak akan pernah bisa memadamkan semangat kami
Tak akan ada penyerahan apapun
Tanpa perlawanan malam ini

Written while listening AIR MATAnya Dewa

Berdamai dengan Hati; Membiasakan Hal-Hal Baru dalam Hidup

Aku memang tidak akan melahirkan tulisan apapun dari ruang hampa sejarah. Apapun itu. Aku menulis tugas kuliah karena deadline sudah dekat, aku menulis surat kepada seseorang karena aku ingin membayangkan bagaimana ekspresinya saat membaca tulisanku dan bagaimana kemudian dia membalas suraku. Aku menulis apapun yang aku inginkan kerap hanya karena ingin mendokumentasikan waktu yang tidak akan pernah kembali. Aku menulis karena aku ingin berteriak tapi suaraku parau, aku ingin memekik tapi tak ada yang mau dengarkanku, dan aku menulis karena aku ingin luapkan apapun yang ada di pikiran, otak, hati, dan perasaanku. Dan kali ini, aku menulis, memang terinspirasi oleh sebuah kejadian..yang membawakanku beberapa keadaan..

Aku adalah tipe orang yang tidak terlalu suka perubahan. Meskipun sadar bahwa perubahan adalah keniscayaan yang disediakan waktu, sebisa mungkin aku mencoba mengurangi perubahan-perubahan tersebut. Contoh paling konkret, aku dak suka pindah kos, bagaimanapun keadaan kos yang aku diami. Aku sulit beradaptasi, dengan orang baru, dengan lingkungan baru, dengan dinding-dinding kamar dan langit-langit ruangan yang baru, cat baru, dan segala suasana yang baru. Aku lebih suka berdiam di tempatku berpijak…dengan melakukan apapun yang bisa membuat aku kerasan di dalamnya. Sehingga, aku harus menunggu sebuah alasan yang maha kuat untuk kemudian memutuskan bahwa aku akan berubah dan berpindah dari tempatku semula, menunju tempat lain yang barangkali lebih baik (konversi dwonk, kalo gitu…)

Keadaan ini cukup mendominasi semua babak dalam kehidupanku, sekalipun jiwa advonturisku masih kental. Aku memang suka hal-hal baru, namun aku hanya gemar mencarinya sebagai sebuah wawasan ajah. Aku tidak terlalu suka berdiam dalam tempat dan keadaan baru. Aku lebih suka kemapanan kalo gitu..Meski aku juga adalah orang yang mood-moodan dan cenderung cepet bosan. Hm…Jadi LB penulisan tulisan ini adalah karena aku merasa tengah sulit berdamai dengan keadaan…Keadaan yang sama sekali baru dan tidak aku harapkan. Salah satu alasanku menulis terkadang adalah karena aku ingin diriku memverbalisasi apa yang aku tulis, aku ingin diriku melakukan apa yang aku tulis, aku ingin bersikap tegas setelah aku menyelesaikan sebuah tulisan tentang ketegasan. Aku butuh konfirmasi dari luar, meskipun itu bersumber dari diriku sendiri. Barangkali, setelah menyelesaikan tulisan ini, aku bisa lebih cooling down dan tidak sekacau saat tulisan ini belum aku mulai.

Memang sulit, menghadapi keadaan dan situasi yang sama sekali berbeda dengan keadaan kita kemarin…Dua keadaan yang dipisahkan oleh jarak waktu yang tidak sama sekali lama dan dengan sebab yang belum sepenuhnya kumengerti. Aku masih belum faham mengapa aku sudah harus memijakkan kaki di babak ini, sedangkan aku masih ingin melakukan banyak hal pada babak kehidupan sebelumnya…Babak kehidupan yang secara tak kusadari ternyata cukup membuat aku kecanduan.

Sialnya, babak yang sudah terlewat itu –bisa dikatakan—mendominasi 24 jam dalam sehariku. Hampir semua waktu yang aku lewatkan bersinggungan dengan salah satu ritual dalam babak lama itu…sehingga, aku merasa kewalahan untuk merelakan bahwa babak itu sudah berlalu dan kini digantikan dengan babak baru. Sulit, sama sekali tidak semudah yang kubayangkan. Barangkali aktor dalam babak itu memang berpengaruh besar buat aku, atau justeru karena aku terlanjur menganggapnya sebagai setiap detik dalam dua pulu empat jam sehariku, meski aku tidak sama sekali menyadarinya sebelum babak itu benar-benar pergi?

Aku mati-matian menceramahi diri bahwa pergantian babak dalam kehidupan seseorang adalah sebuah keniscayaan, dan akupun sangat sering mengalami hal yang demikian. Lalu mengapa baru sekarang aku merasakan luka yang teramat perih? Mengapa baru pada momen ini aku merasa benar-benar telah kehilangan babak itu seutuhnya? Apakah sang aktor terlalu berpengaruh, atau aku yang terlalu lemah dan bergantung pada kehadirannya? Jika jawabannya yang pertama, aku bisa dengan mudah mengatasinya…Sebab aktor itu sudah dibawa pergi oleh babak yang menyajikan dirinya di hadapnku, namun jika jawabannya adalah opsi yang kedua, ini baru gawat. Ada seseorang yang menguasaiku selain aku sendiri, ada jiwa yang menghegemoni pikirku dan itu bukan jiwaku..

So, what should I do? Apakah harus tetap dengan keterdiamanku dan membiarkan semua keadaan itu merenggut apa yang seharusnya masih harus di sisiku? Dalam kasus ini, aku agaknya lebih banyak diam, untuk mengalah. Aku sadari kesalahan yang sudah kuperbuat, meski tidak sepenuhnya faham mengapa kesalahan demikian bisa membawakanku mimpi buruk sekelam ini…Aku belum ingin mereka-reka kejujuran yang disembunyikan keadaan..Aku belumlah mau mengumpulkan serakan-serakan hatiku yang kerasa uda kececer di mana-mana, untuk kemudian tau apa yang sebenarnya terjadi. Atau aku harus membiarkannya menjadi misteri yang menggumpal dan menyumbat laju kehidupanku?

Aku tidak tahu bagaimana, masih belum bisa memastikan hal seabstrak perasaan..Yang meski terkatakan oleh perbuatan, akan tetapi tidak hal-hal konkret tidak bisa sepenuhnya mewakili apa yang ingin terkatakan oleh hati. Yang jelas, aku sudah mulai sebuah proses untuk terbiasa dengan babak baru ini, aku sudah menyusun tekad untuk mengihlaskan babak lalu itu pergi dan cukup menyimpannya dalam laci terdalam hatiku..; Untuk suatu saat aku buka..

Sampai di sini aku mungkin berpikir bahwa aku memang menginginkan babak itu kembali, namun aku tidak suka berharap terlalu banyak. Sebab kalaupun harapan itu akan terjawab, bahagianya tidak setara dengan perih yang akan terasa manakala harapan itu hanya mendiami alam angan-angan. Bagaimana aku tidak berpikir demikian, ia hadir di sampingku dengan wujud dan peran yang berbeda. Ia ada di dekatku namun tak mengenalku, ia ada di hadapanku namun tidak mengingatku…Tapi biarlah, kupasrahkan saja pada waktu..Aku akan melakukan apapun yang bisa kulakukan sekarang. Aku boleh terpuruk dan mengalami kekacauan hebat dalam masa transisi itu, namun bukan AKU namanya jika aku larut dan semakin menceburkan diri dalam kekalutan itu…

Kembali ingin kutanyakan, seberapa berartikah sang aktor dalam hidupku, hingga ia sukses meninggalkan luka yang bahkan tidak terbayangkan bagaimana perihnya? Tak ada yang istimewa dalam dirinya, selain karena ia telah berhasil melakukan shifting paradigm besar-besaran dalam arus pikirku, dalam waktu yang tidak sebentar. Itu saja. Dia berarti bagiku, itu betul. Aku menyayanginya, itu sama sekali tidak salah. Aku tidak memungkirinya. Namun jika karena dia aku harus terlempar dalam stagnansi hidup sementara waktu tidak mau menungguku bangkit, itu masalah besar. Dan itu tidak boleh terjadi, seberapa berartinya dia dalam hidupku, seberapa aku sayang sama dia, AKU TETAP HARUS BANGKIT TANPA BERPEGANG PADA SIAPAPUN!! Sebab selain diri sendiri, tidak ada teman yang akan setia menemani dan mendukung kita.

Banyak hal yang sebenarnya aku sesalkan dalam masa-masa transisi ini..Namun kutau sesal itu akan berubah menjadi alasanku untuk bersyukur, sebab Tuhan pernah mengirimkannya padaku, meski ia harus kembali terenggut oleh keadaan. Dia adalah salah satu orang luar biasa dengan sikapnya yang terkesan tidak sama sekali instimewa. (Uh, STOP!! Stop talking about him!!) Terlebih aku yakin, suatu saat, aku akan berterimakasih habis-habisan pada Tuhan karena telah memberi pelajaran (dalam ujian) yang cukup berat. Dan aku harus lulus dalam ujian ini. (Barangkali tidak seperti UASku yang terpaksa harus berantakan mengikuti ritme otakku…Hm..)

Pada akhirnya, aku memang harus berdamai dengan hati..Meredam keinginan-keinginan gilaku untuk menyempurnakan egoismeku dengan meminta keadaan kembalikan babak itu, untuk membujuk waktu agar mau memflashback momen0-momen yang tidak akan kembali lagi itu. Dan untuk benar-benar berdamai, aku harus bisa melakukan banyak hal. Meredam marahku saat ia hadir di sini namun tidak untukku lagi, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa agar hatikupun menduga bahwa aku baik-baik saja, dan…membakar secarik kertas yang menuliskan peta menuju rumahnya. Semuanya memang kulakukan dengan penuh kesadaran setelah mati-matian menyatukan sukmaku yang tercecer di mana-mana. Syukurlah, kini aku merasa beban itu tidak lagi sebusuk dulu..Meski ia masih terasa berat. Barangkali aku hanya butuh sedikit proses lagi untuk kemudian terbiasa dan menikmati momen-momen dalam babak baru ini.

Dan yang pasti, ia tidak pernah benar-benar pergi..Sebab ia sudah mendiami hati, kenangan, doa, dan terkadang mimpiku. Biarlah aku menyapanya dengan bahasa rindu. Barangkali hal demikian akan lebih aman dan menentramkan…Buat aku dan buat dia. Sayang memang, aku tak sempat membekalinya pesan agar suatu saat ia mau kembali bertandang ke hadapku dengan perannya yang dulu dan mengabarkanku jika suatu saat harapannya (yang kemudian juga menjadi harapanku) sudah terjawab oleh Tuhan. Tapi biarlah, aku yakin dia masihlah bijak seperti kemarin, dan faham betapa dia berarti buat aku.

Last but not least, untuk sang aktor..Be fine there…Aku akan kangenin kamu dan momen-momen itu..Maafin aku ya..(Meski aku hakkul yakin kau tak akan membaca oretan ini…)

Mendung hatiku, pojok kamar gelap.

Selasa, 05 Januari 2010

Suatu senja dengan Adikku…(BIRO CURHAT)

Suatu senja dengan Adikku…(BIRO CURHAT)

Aku yang memulai, menghubunginya ke nomor ayah..
Aku : Ton, q kpincut wind of changex ScorPion. Keren gile. Eh, kmenQ dFb ud dbc nd? (14.53)
Dy : Wind of change? Kayknya masih blum denger tuh! Biar t’ download nant ketika online. Comment yg mna? Soale q kmrn online, n bxk kmentar u. d antranya ngmentarin foto yang dshare oleh Leea (14.50)
Aku : Perasaan kamu pernah tar-gitaran pake lagu itu dech, Ton..Mso nda tw? Q kasiy komen baru pz kmrn b4 mghrb q ol. Ywd dbc ajh ntr. Doain q mga bisa beli kamera dgital. Ingin bgd. He (15.08)
Dy : G’ pernah. Kata bapak, kalo lagu wind of change itu adalah lagu scorpoion yang baru, termasuk dalam album U and I. Ga gitu bagus katanya! Mungkin slah judul kalee dari lagu yang dimaksud. Pasti q doain. Pi kpn yg mo pulang? Oya, u adalah termasuk temenQ dFb yang diizinin untuk buka album fotoQ yang berjudul “Wonder Woman”. Cek j nanti! Di situ da foto umi dan…Cpa lagi ya? Em…..(15.19)
Aku : Ne lagunya enak kq. Iya..Emang itu yang aq kmentarin kmrin. Q jadi kesedek jga krena fotoQ d masuk dList wOnder wOmanm. Huw. Y, InsyA jk da duit, bz UAS q pulang. Kangen kaldunya Mak Su (15.39)
Dy : Kalo kamu uda liat, da foto cp di situ uselaen foto umi? Yo wiss..Ntar FB kamu juga akan diunggah dalam list asalkan kamu bisa jwb pertxaanQ d atas. Em..Kapan UASx? (15.33)
Aku : Kabr baru paan? Q dk tw 5p orang di foto t. UASq selese tgl13bsok. Ki aq mumet blajar (15.44)
Dy : New newsnya, Afan buka warnet sendiri di sebelah timur salonnya H. Buter. Fasilitasnya lebih lengkap, dan webcamnya. Masak g’ tahu sch ma foto itu? Pi sempet lihat dengan jelas khan? Da kabar yang laennya masih…(15.53)
Aku : Duh..Itu mah sudah kuno kalee. Afan dewe yang ngmOg m q, Truz britanya palgi dwonK?Ttg fto t, q bener2 dk tw..5p tow? (16.10)
Dy : Berita lainnya, Mak Soe lagi pensiun utk smentara waktu dlam menjual kaldu dan soto. Lagi sibuk ngelayanin orang ASAJARAH. Termasuk ba Map n pm fahmi kmren juga asajarah. Mengenai foto, in your feeling, is she beautiful? Sure, there’s still another information 
Aku : Mf baru abiz ngetik. Refrezh otak. Beautiful ndknya, blum bisa pastiin. Picture is often deceive. Tapi so far so good. What iz other information you wanna tell? Baksonya Endang? Hehe (17.15)
Dy : Nothing the deceivement in that picture. I know that u’ve known about her, coz I can read your mind, although in a long distance, I hope u don’t lie. Once more, I can read your mind
Aku : Don’t act like a mentalist!! I swear I dn’t know. Or..Do I 4get her? I tell u the truth (17.30)
Dy : The real mentalist is…Ok, I’ll directly tell u about her. She’s my princess. U don’t need 2 know about her name. I’m sure, in the future, u’ll know by yourself (17.26)
Aku : U have promised me to tell bout her. I sholud know her!! (17.38)
Dy : The feeling condition will bcome not interseting if I tell u directly. 1 thing that u have to know, our parents have known about my love relation with her. And they take it easy with it. Ummi respond it as the prper thing 4 me as the adolescence. And either was bapak. What about you? The biggest problem is, she has a finance, but she don’t love him. She lv me (17.37)
Sampai di sini aku tertawa ngakak…Namun banyak hal yang harus aku lakukan selain memencet tombol-tombol hpQ. Maka, buru-buru aku sudahi..
Aku :Ton, uda duyu ya,,Q mau beralih kDiktat2 kulQ. Hp dan laptop tak istirahkan duyu. I juzt want u get ir best in life. Whatever it is, I support u. Sambung kapan2 ya..Mizz Yu…(18.09)

Semester Lima…

Semester lima itu uda bisa dibilang semester tuakah? Nda juga…Tapi dibilang semester bawah juga ndak tepat. Dibilang semester tengah aja kali ye..Ideale, buat mahasiswa akademis, semester lima uda bisa dibilang semester tinggi, karena bayangan proposal, seminar, skripsi, munaqasyah, dan wisuda sudah ada di depan mata. Tapi bagi mahasiswa aktivis (utamanya di ekstra), mungkin semester ini baru dianggap semester awal. Sebagian dari mereka khan bahkan ada yang bikin grup di fb yang bertajuk Calon mahasiswa semester empat belas…Jadi masih belum sampe separuh perjalanan kali yeee…

Untuk aku sendiri, mm….semester lima uda agak tua ya…walaupun aku bukan akademisi ansich yang kerjanya baca buku, tapi kalo disamain dengan masa-masa SMP dan SMA, berarti Ujian Nasional uda hampir gitu. Jadi sudah menjelang senja istilane. Harus banyak yang aku lakukan dan persiapkan. Tapi sekarang? Ritme kuliah biasa-biasa aja rasanya. Apalagi di jurusanku, ritme kuliah didominasi oleh beberapa rentetan berikut; pembagian tugas-bikin makalah-presentasi-dialog (baca:pembantaian)-revisi-ujian. Nek ndak gitu ya ke lab lipetin dahi cari hadist sambil curi-curi waktu FBan, dengerin ceramah dosen, dan nerjemahin literatur Inggris dan Arab..Yang baru tiap semester mungkin cuma dosen, temen antarangkatan, dan MK. Selain itu, semuanya biasa-biasa ajah.

Tapi aku ngerasa cukup asing dengan predikat sebagi mahasiswa semester lima ne. Alasan kronologisnya mungkin karena pas awal semester lima, aku lum bisa masuk kuliah seperti biasa pas typhus menyerangku. Jadi pas aku balek kampus waktu itu, aku langsung dihadapkn pada lembar jawaban ujian yang memintaku menulis, aku semester berapa sekarang..Kontan aku nulis semester IV waktu itu..Bahkan beberapa kali aku harus cari penghapus untuk ngilangin angka I sebelum V. Hmm..

Banyak orang yang bilang kalo masa-masa kejenuhan yang cukup membosankan dalam proses perkuliahan strata 1 ada di semester V. temen-temenku bahkan banyak yang secara langsung ngomong demikian, meski banyakan yang cuma mengungkapkan dengan bahasa tubuh alias dak sering masuk. Aku sich juga gitu, tapi absenku uda patah banget…dua bulanan setengah aku dak kul. Jika aku masih berani bolos, keselamatan UASku terancam..jadi emang tak paksa-paksaian untuk terus masuk kuliah apa dan bagaimanapun keadaannya. Ya, semacam upaya berdamai dengan keadaan dan kebosanan…lagian pas sakit, aku sempet janji ma diri sendiri, kalo suatu saat Tuhan ngasih aku kesembuhan, aku akan rajin masuk kuliah dan dak hobi bolos lagi. Cukup terealisasi sich..Meski dalam satu dua kesempatan, aku dak bisa untk dak bolos. Hehehe….

Jujur aja, aku ngerasa cukup tua sudah sekarang. Selain karena momennya baru pergantian tahun, aku merasakan demikian saat aku tau kalo aku uda punya dua generasi di bawahku…Anak Pahlawan dan anak Pembebasan. Mereka angkatan 2008 ma 2009…Hm, sedangkan aku uda jadul, angkatan 2007. Tapi angkatanku ini keren gile, karena masuk UIN hanya sembilan ratus ribu. Mulai angkatan 2008, adik-adik harus merogoh kocek mpe bilangan dua jeti kalo mau masuk UIN. Serem gile. Mm..Jadi kesannya aku uda kayak senior yang punya banyak junior. Uda jadi anak rayon, anak BEM, uda mau KKN, uda harus punya bayangan skripsi..Duh..Kalo diitung semua, bisa budeg kepalaku..

Jadi di hpku, selain ada list anak PW, kini juga uda anak PB. Aku semakin tersadarkan oleh keadaan bahwa aku uda lama menyandang gelar mahasiswa. Seharusnya dak ada jatah waktu terlalu lama untuk santai-santai dan melakukan hal yang ga jelas..Hm..Aku kadang terlalu idealis juga jika ngomong masalah senioritas. Ya harus jaim lah, ya harus nyambung ma apa yang diomongin, ya harus ngayomi lah, ya harus ngasih contoh yang bae lah..Dll. Sebenere dak perlu seidealis itu, cuma khan…rating-rating dalam senioritas junirotas tu emang dibuat untuk memfasilitasi take and give antargenerasi khan? Jadi hubungannya komplementif dan saling mengisi…Gitu ya, mungkin…

Akibatnya, saat uda diskusi, aku, mau dak mau harus angkat suara meski aku tergolong orang yang pendiam di diskusi-diskusi ekstra kampus. Apapun yang ada di otakku, tak ungkapin ajah..Minimal biar aku dak terkesan over oon gitu ma tema yang tengah dibicarakan. Masa semester lima masih oon masalah yang uda dibedah abis-abisan ma anak semester tiga, misalnya? Duh…

Hal yang juga jadi catatan di semester ini, aku ngerasa tambah enak dan solid dengan anak-anak GM. Temen2 GM buat aku tulus dan bae hati plus tidak sombong. Aku ngerasain iklim persaudaraan yang ansich ma mereka. Mungkin karena faktor etnik juga, jadi pola pikir dan kebiasaannya cenderung sama. Keroso banget, mereka adalah bagian terpenting dalam hidupku. Yang menolong saat aku lagi butuh bantuan, yang mencerahkan saat aku sedang dalam kegelapan, dan memaksaku ketawa ngakak saat aku sebenere tengah menangis. Duh..Tambah sayang emang aku ma mereka…Drastis mungkin perubahan ne. Tapi itulah keadaannya..Entah napa tiba-tiba aku merasa darah PM11q baru beranjak panas di momen-momen ini..Bukan apa-apa, sebab orang-orang yang di sebelahku juga menunjukkan cinta yang luar biasa tulus…

Di kelas, semester ini dak gitu banyak perubahan. Ritmenya tetep begitu. Aktivitasku di kampus ya tetep aja, dak gitu banyak perubahan. Hobinya muter-muter kampus perpus, ngobrol, dan surat-suratan dalam kelas. Bedanya di akhir kembara semester ini, kelasku tengah terkena sindrom classbook. Terus juga, yang bikin beda di semester ini adalah karena aku hanya memiliki dua soulmate yang akan selalu sekelas ma aku dalam tiap MK. Dak kayak pas semeseter2 awal, aku punya soulmate yang cukup banyak..jadi anak cewe maupun anak cowo. Semester ini aku hanya soulmate-an ma unyil dan ayu. Itupun ayu jarang-jarang masuk karena dia lagi menjalani masa-masa transisi. Oalah..

Dan tentang hidupku secara umum, aku merasa bahwa momen ini lebih intens menyuruhku untuk menjadi manusia yang cinta kebersihan dan tidak suka menunda pekerjaan yang bisa kukerjakan saat ini. Dak ada yang memotivasiku sama sekali, sebab dorongan-dorongan itu sudah sejak lama dikumandangkan oleh banyak orang..Teman bahkan orang tuaku. Ga tau, ngenanya ke hatiku baru sekarang…faktor kedewasaan kali ye…Hahaha, ndak juga, mungkin karena belakangan aku baru mau mood meras otak jika tempat aku berpijak sudah comfortable..

Hm…berati aku tinggal nunggu momen kapan aku bisa cinta kerapian dan keindahan ya..Utamanya dalam masalah penampilan. Hehehe. Jadi dak ada lagi tuch, temen-temen yang akan bilang kayak gini…

“Yank, kamu cantik lho..Sebenere, kalo aja mau sedikit care ma penampilan”, kata Mila (dalam hati aku bilang, lha dak care ajah aku uda cantik kata ayahku…)
“Ita itu dak tau jilbaban”, kata Mada (komentQ: Mada dilawan!!)
“Aku dak suka kamu pake jilbab ini”, kata Ayu (Sapa elluw?)
“Eh, Ta..Kamu lebih cantik pake jilbab yang kayak gitu…”, kata Mba Elly..
Lagi-lagi kata Mada dan Mila,“Cowomu tu dak pernah nyuruh kamu ngubah penampilan ya?” (Lalu kujawab dengan sesengak mungkin…Lha sapa dia, mau ngubah-ngatur aku?)
Temen-temen pondok yang uda lama dak bareng aku, “Kamu koq tetep kaya gitu sich, penampilannya..Dak ada perubahan sama sekali dengan dulu..”
Dan yang terakhir, Ksatria biasanya bilang..
“I dislike”

Tapi yo mbuhlah, aku juga dak tau dan dak ingin terlalu mikirin itu..Tar juga saatnya tiba, meski aku masih suka weddi sendiri ngebayangin ntar pake kostum wisuda..Hi,,,gimana jadinya…

Tapi yang juga baru di semester ini, aku lebih kerasan di kamarQ sendiri. Sejak semester satu dulu, aku kayaknya adalah salah seorang yang nomaden di kos sendiri..Seja pagi, aku uda ninggalin kamar untuk jogging dan cari angin pagi Jogja. Bahkan kos beberapa temanku juga selalu aku gilir..Hehehe…sampe mabit bahkan. Tapi gak tau napa, sekarang aku tiba-tiba sayang banget sama kamarku. Mungkin karena propertinya uda lumayan ada, aku jadi enak ngapa-ngapain di situ…bercengkerama dengan Biibii, ngutek-ngutek 6600 yang aku pinjem dan entah kapan akan aku balikin, ato obob..Sepulas mungkin hingga dering hp, malaikat, atau Muna menggedor-gedor kesadaranku..

Konsekuensi logisnya, aku jadi sok seniman dan sok jadi ahli interior dengan menempel apapun yang bisa aku tempel di dinding kamarku. Tulisan-tulisan dak jelas, materi kuliah ataupun lirik lagu yang ingin aku kuasai, foto-foto siapapun, dan catatan-catatan penting. Main goalnya, aku ingin bikin kamarku AKU BANGET!!

Well, semester lima akan segera menemui senjanya. Semoga memberikan banyak pelajaran dan bekal untuk hidupku ke depan. Setidaknya, semester ini harus menjadi momen yang meruntuhkan teori bahwa semester II adalah the highezt achievement I ever got. Amien…..

Sabtu, 02 Januari 2010

Legenda Sandal Eiger

Sejak aku di Yogya sekembalinya dari Madura karena sakit beberapa waktu yang lalu, aku kepincut ma sebuah sandal yang tengah nganggur seolah tanpa tuan di depan kamare Tinktink. Awalnya aku kurang gitu responsif ma sandal ne, walaupun sandalku yang uda copot belum memiliki generasi penerus alias aku belum beli yang baru. Tapi lama-lama setelah tak coba pake, aku ngerasa comfort make sandal yang sangat kegedean untuk ukuran kakiku yang meski dak mungil, tapi lumayan kecil. Mmm…meski berat juga bawanya sandal tu.

Belakangan aku tau bahwa pemilik sandal itu adalah Muna, temen kamarku. Tambah enak pikirku, jadi aku bisa lebih berlama-lama make sandal itu, karena waktu tu muna lagi pulang kampung.Eh, tapi ternyata setelah muna dateng, dia keliatan ga gitu nafsu make sandal ne. Dak tau kenapa. Dibiarin dan ditelantarin begitu aja..Jadi aku enak-enakan ajah make sandal tuch..

Perkembangan selanjutnya, pas masak-masak abis shalat ied kemarin, aku baru tau dari Mimin kalo tu sandal item metalik ternyata milik Yuda, yang dihibahkan ke Muna. Jadi ceritanya, Yuda memiliki sandal itu juga lewat kejadian yang ga tersangka dan ga terduga. Malam itu, beberapa waktu yang lalu, Yuda ikutan Mimin ke salah satu acara organ di Paris, waktu itu di Joglo. Bisa dibayangin kalo acara tu akan berlangsung mpe larut malem..pagi bahkan. Jadi, pas mau pulang dan turun dari Joglo, Yuda sudah tidak mendapati sandal yang ia bawa dari kos..Katanya uda tak cari ke mana-mana, tapi sandal tu mungkin uda kebawa ma kaki yang tidak bertanggungjawab atau tidak berkesadaran (karena lagi ngantuk) menuju entah ke arah mana.

Yuda heboh bukan kepalang. Selain karena ia terancam akan nyeker, tu sandal ternyata bukan milik dia...Tapi milik temen sekos yang entah siapa. Sebenere kalo di kosku ndak masalah...Kalo untuk sandal, satu untuk semua kayaknya. Jadi dak pake istilah ghashab..Soale semua penghuni apartemen sadar akan teori kompelememtif, tolong menolong, dan saling menyayangi antarsesama penghuni real estate. Hahaha. Tapi di balik semua kesialan, pasti ada sebuah kemujuran. Dan teori itu berlaku bagi Yuda tengah malam menjelang pagi itu…Jadi menurut cerita Mimin, di tengah kebingungan itu, Yuda berinisiatif mengambil sandal apapun yang masih ada dan belum dipake sama orla. Dan..Yuda pun tidak jadi nyeker karena dia pulang dengan sebuah sandal item yang nempel di kakinya yang tampak kelelahan..

Sandal yang entah milik siapa itulah yang kemudian setia menemaniku pergi, bahkan hingga nyampek ke Semarang dan Kebumen kemaren. Ok, kembali lagi ke legenda sandal itu, setelah ditelusuri sedatangnya dari Paris, sandl tu ternyata milik Mbak Ani..Untungnya mba satu ini orangnya bae dan kompromistis. Jadi walaupun sandal tu baru aja keluar dari toko dan diilangin Yuda, Bak Ani tetep calmdown...dan senyum2 ajah saat Yuda bilang –dengan perasaan bersalah yang amat besar—akan beliin sandal baru sebagai ganti..Aku inget saat itu Yuda heboh banget nanyain harga sandal-sandal..Huhu…

Setelah sandal tu akhirnya diganti, Yuda bisa bernafas lega. Seperti aku yang keasyikan make sandal item tu..Soale selaen bahannya ok, ne sandal juga bisa tak bawa ke mana-mana, selaen ke kampus tentu. Bisa dibawa jalan pas weekend plus ke kamar mandi. Fleksibel banget menurut aku...Hm..Ok dech, meski agak kebesaran juga. Tapi so far so good..Palagi warnanya item..Cocok ma seleraku dan bisa bikin kaku coklat tuaku keliatan lebih muda...Hehehe. Maksudnya kulitku yang item (meski dak metalik) bisa keliatan tambah putih DIKIT.

Nach...pas ikut acara di Paris kemarin, aku jalan2 di pantai ma temen2, salah satunya bareng Alwi yang juga temen kelasku. Dia ngomong kalo sandal ynag aku pake tu masuk brand yang TOP..Katanya awet, karena bahannya bagus. Dia ngomong kaya gitu bukan tanpa alasan..Alwi bilang ma aku kalo sandal Eiger yang dia kenakan saat ini adalah sandal yang dia beli pas Aliyah dulu, kelas II. Berrti sudah bertahun-tahun dwonk.. Wah..Aku jadi tambah nyaman make sandal tu ke mana-mana. Setidaknya sandal yang aku kenakan uda masuk katagori dak malu-maluin...Wah..hedonis materialistis ini namanya...

Cerita pun berlanjut, kemaren, sandal tu dipinjem temenku. Waktu itu kami lagi ngomong ngalor ngidul ndak jelas sambil makan hingga sampe ke tema sandal. Aku ceritain perihal sandal itu dan sejrahnya. Eh, dia malah berinisisatif untuk pinjem, katanya ingin nyobain. Jadi dech, kami tukeran pake sandal…Dia pake sandalku, dan aku pake sandalnya..Newera biru muda. Sama-sama sandal jepit tepi keren. Hehe…Dia kemudian pake sanda tu semalem pas kongkow ma temen2nya, di salah satu warung kopi daerah Gaten. Mato katanya, (aku mana tau tempet ngopi di Jogja..).. Hm..Ternyata pada momen itu, sandal yang dak tau punya sapa itu harus terbawa oleh kaki yang entah milik siapa. Temenku itu pulang dengan membawa sandal laen..Sama warna item..Untungnya merknya juga EIG..ER...dan tentunya sandal tu bukan sandal yang biasa aku pake..Motifnya beda dan tambah gede..Cuma kejadian ini beda dengan kasus Yuda. Temenku itu dak nyadar kalo dia bawa sandal yang salah..Sebab katanya lumayan remang-remang dan dia cuma inget kalo sandal yang ia bawa tu warnanya item…Oalah…

Kecewa sich ada..Tapi mending lach, dia bawa sandal dengan merk yang sama..Bayangin kalo misalnya dia malah bale dengan bawa sandal Swallow yang warna item. Bisa mati gaya aku..Heheh...Tapi ya itu, karena barang baru, jadinya kerasa belum gitu enak..apalagi semakin gede.. Dia sibuk minta maaf ma aku..Katanya dia dak sengaja pol dan tar malem bakal ke Mato lagi. Aku nanggapin biasa aja..Kasian juga melihat dia heboh setengah mati. Lucunya lagi, dia baru sadar kalo sandal itu bukan milik Aku baru saat aku negur dia pas kami berdua dak sengaja ketemu. Waktu itu aku perhatiin dia dari atas sampe bawah karena lagi ganteng abis mandi (hehehe)…Kami ketawa-ketawa tapi kemudian tawaku terhenti…
“Bung, sandal baru nech??”ucapku
Dia terkejut dan segera melepas sandal itu..”Khan ini milikmu?”
“Milikku ndak kayak gini!!!”selaku
“Kamu serius, Ta?”
Dan seterusnya…hingga ia bercerita dengan sedikit terbata-bata dan penuh penyesalan…

Wah, kalo kata orang fiqh, sudah berapa lama kakiku ini mendarat di atas barang syubhat? Hu..Hu.. Uda sandal pertama yang dak tau miliki siapa harus kupake ke mana-mana, sekarang malah tambah sandal kedua lagi..Hm…Masih nunggu momen apa nech, untuk beli sandal yang bener-bener milik pribadi? Kemarin aku cari di Mirota, ga ada Eiger. Aku mau tau harganya ajah padahal..Sayang banget sandal Eiger versi Paris itu dak sempet aku jepret sebelum ia tergantikan oleh Eiger versi Mato…