RSS

Selasa, 28 April 2009

More about Hari Kartini

Yang tersisa dari Hari Kartini tahun ini…

Aku sudah banyak kenal dengan sosok –sosok titisan Kartini, hingga saat ini. Bunda Hani, Mom Fadhilah, dan satu lagi..yang hari itu kutemui, bu Inayah. Dia dosen reading textQ, sebelumnya jadi pengampu MK orientalisme. Satu kata pertama untuk menggambarkan bu Inayah adalah; ENERGIK..

Ya, bu Inayah memang Kartini. Bukan hanya karena beliau aktif di PSW, namun sejarah yang ditorehkannya hingga saat ini cukup bisa buktiin bahwa tidak ada lagi alasan untuk meremehkan kaum wanita..(Jadi inget neng Achoe..)

Tidak seperti biasanya, pagi itu, aku harus wake and get up early karena ada kuliah jam setengah delapan. Krisis air di kos cukup bikin aku ketar-ketir. Dak punya muka rasanya untuk telat..Pasalnya aku yang suruh announce ke temen2 kelas kalo hari ini ada kuliah pagi. Masa announcernya telat? Oh, no..I still got a miracle hari itu..Ting2 yang ngantri kamar mandi sebelum aku dak jadi masuk KM karena dosen MK paginya berhalangan hadi..(Mungkin karena jaga ujian juga..) Jadi aku bisa melompat dan segera berangkt ngampuz jam 07.45 (dari dulu mpe soksok besok, aku adalah orang paling simpel dan paling instant saat harus berangkat ngampuz, palagi kalo uda TELAT..)

Otw ke kampuz, aku liat seorang anak seusia Adel tengah malu-malu menampakkan wajah imutnya di depan cermin..Ia didandani seorang kartini kecil, dengan sanggul dan kebaya, plus juga makeup yang –menurutku- cukup minor. Agaknya ia akan berangkat ke sebuah perayaan hari Kartini, mungkin karnaval ato apa..Aku juga lupa. Hm, aku jadi ingat masa kecilku, saat itu, aku diantar ke Ganding untuk ikutan pawai karnaval..Aku juga didandani seperti anak itu, bahkan mungkin umurku waktu itu tidak jauh berbeda dengan umurnya saat ini…Keluargaku sempat mengabadikan dokuentasi sore itu…Aku masih menyimpan foto itu…Aku kecil yang kelelahan namun berusaha tetap tersenyum di depan kamera..

Oh, God…sudah berapa lamakah aku memijakkan kaki di bumi-Mu? What did I do? What did I find? Sekarang, kau lihat, beberapa tahun dari sore itu, aku adalah seorang wanita dewasa (dari segi umur) dengan kompleksitas masalah, mimpi, tantangan, masa lalu, dan semua warna yang telah kaulukis dalam kanvas hidupku..Seorang wanita yang berpenampilan berbeda dengan semua aksesorisku sore itu, berpikiran berbeda dengan pertanyaanku sore itu, dan…semuanya..semuanya…semua sudah bener2 berubah..Selain cinta kasih dari Engkau dan orang-orang yang mencintaiku..Trimakasih, God..untuk semua yang tak pernah bisa kubahasakan..

Ok, bac to laptop…

Tapi nyampe kampuz, temen2 masih keluyuran di luar. It means, kalopun bu Inayah datang, kuliah belum dimulai. Dan bener jga, dak lama setelah aku nyampe kampus, kuliah kemudian mulai…

Dan aku mendapatkan kejadian seperti biasa… An amazed lecturer yang punya pengalaman menarik abroad dan kompeten…dengan segudang cerita, dengan ribuan senyum, dengan sikapnya yang down to earth, akrab, wah..aku merasa sangat beruntung pernah kenal dan dekat dengannya..

Lebih bersyukurnya lagi jika aku bisa sedikiiiiiiiiiit ja menyamai effort dan big willnya, untuk terus belaar dan belajar. Juga…untuk bisa STUDY ABROAD..Impian terbesarku saat ini. Well, mungkin juga sejak mengenalnya, diam-diam aku mulai menyusun replika mimpiku untuk bisa study abroad. Dan hingga saat ini, impian itu tak pernah berhenti menggebu, meski mungkin usahakau masih tersendat-sendat. Hari itu bu Inayah kembali membacakan mantra-mantra mujarabnya yang membuat aku melayang, seperti sudah menginjakkan kaki ke abroad.

Filosofi hidup yang begitu jelas tergambar dari semua sikap dan perilakunya sederhana saja… if I think I can, I can..Aku uda dari dulu menghafalnya, namun cukupkah sekadar motto? Prinsip? Filosofi hidup? Hm, bu Inayah juga dak hanya bisa memberikan rentetan motivasi yang meski berulang-ulang namun tidak membosankan, tapi beliau juga ikut andil dalam usaha dan insentif-insentif yang cukup membantu. Seperti software TOEFL, bahkan akses-akses berita yang berkaitan dengan TOEFL..tes di Pusba, di UGM, dll dll..


Dan yang paling aku ingat… TIDAK AKAN ADA RUGINYA KALIAN BELAJAR BAHASA INGGRIS…Yap, bener…Tidak akan ada ruginya, mempelajari apapun..Apalagi subjek yang emang disukai..Ujung-ujungnya, bu Inayah mengatakan bahwa beliau akan sangat apresiatif dan siap membantu jika temen2 mau bentuk sebuah English club, wadah yang akan menaungi temen2 yang punya big will untuk improve Englsih, atau..study abroad…(ya, aku tiba-tiba kangen pada kekompakan kami saat semester II, MK Bhasa Inggris yang dipegang Pak Yusron)..

Kesimpulannya cukup sederhana… KELOMPOK BELAJAR BISA LARI DUA HINGGA TIGA PULUH KALI CEPAT DARI CAPAIAN BELAJAR INDIVIDU.

Waktu uda over. Bu Inayah harus menutup kuliah, namun hingga pagi ini, kata-kata beliau terus mengetuk-ngetuk pintu kesadaranku…Memaksaku sadar bahwa tidak sedikit hal yang harus aku gali dan gali lebih dalam lagi, seperti banyaknya waktu yang telah aku sia-siakan demi alasan santai dan hal-ha dak penting lain..

Sementara ini, meski speaking adalah hal yang paling kusukai dan ingin bener2 aku kuasai, aku cukup merasa beruntung masih memiliki tuntutan mingguan dari bu Inayah atau kadang Pak Sahiron..Tuntutan yang memaksaku bergumul dengan teks-teks Bahasa Inggris dan bergulat dengan kamus..Juga, proyek-proyek yang masih terbengkalai…So maybe, for this step, aku harus terlebih dahulu memantapan kompetensiku di bidang ini..Vocabulary and translation…

Aku juga bisa menjadi Kartini, yang akan bisa buktiin bahwa dogma lama tidak lagi acceptable dan sudah expired…Dan teori untuk menjadi itu sudah banyak..Tinggal praktiknya saja…

Oya, hari Kartini taun ini juga menyisakan sebuah lompatan-lompatan adrenalin yang cukup menegangkan dan bikin aku scared…FULLY..Aku kembal driving…I was riding yesterday..Kembali membuka pelajaran-pelajaran usang yang sempat beberapa waktu kutinggalkan…Dan rasanya begitu amazing..Senja yang menegangkan, namun menyenangkan…Sesudah itu, aku menghandle financil problem, mengunjungi beberapa tempat, dari ATM hingga kesasar dan mendarat di kos setelah hampir lowbatt..

Dan sejak semalem (setelah aku dapat hadiah ice cream hari Kartini dari ksatria), aku kembali berkutat dengan teks-teks Inggris yang membuatku berkerut dan bertarung dengan kamus dan kemalasanku. Menjelang sore nanti, aku akan dapet kuliahnya Pa Sahiron. Dosen yang satu ini juga dak kalah ok. Jebolan Jerman..Meski tidak segetol bu Inayah, beliau ok juga kalo ngasih motivasi…Bisa bikin otak dan pikiran melayang ke mana-mana, ke jalan-jalan kota Jerman, ke McGill university..oalah….Dan semua ucapan yang bikin melayang itu tidak hanya cukup untuk dikenang dan diingat…BANYAK HAL LAIN YANG LEBIH KONSTRUKTIF…

Ya, tulisan ni sempat tertunda akibat kesalahan teknis yang sangat disayangka harus menimpaku.Setelah aku utek-utek dikit, ternyata uda bisa..Alhamdulilah, jadi ready to be posted..

Senin, 27 April 2009

Soory 4 coming late...

Uda lama aku dak posting di blog. Bukan karena terlalu sibuk fb-an ato lupa daratan karena proses under pressure ini...Tapi ada beberapa alasan teknis yang menghalangiku untuk posting something saat blogging...(Nach loch, malah ING-ING semua...asal dak nympai illegal logging aja kali yeeeeeeee...)

Sebenernya kemarin aku uda nyiapin postingan pas hari Kartini gitu..Tapi pas aku mau posting, halaman bloggernya dak mau dipaste-in. Padahal file yang ingin aku posting sudah tak taruh di flashdisc. Dan waktu itu aku online pake laptop..Dak mau-mau untuk dipaste. Aku jadi bingung sendiri dan akhirnya mutusin untuk SILENT sejenak..Barangkali laptopku yang gimana ato bloggernya yang gimana...

Tapi karena hal itulah, aku jadi dak rajin lagi blogging. Sehari online berkali-kali cuma buka fb, email, cari buat tugas, dll dll...Jadi blogku uda untouchable sejak beberapa hari yang lalu..Eh sekarang, aku ol di tempat biasa (AV room perpus), bisa tuch, dipaste..So, what`s wrong? Ok, tar malem aku coba lagi...Namun aku pesimis, sebab aku tidak punya waktu banyak..Aku masih berada under pressure proyek besar dengan income minimal itu,,,

Hm..i fell happy today. Setidaknya barusan, aku uda selese presentasi tafsir ahkam, berkuranglah satu beban dalam hidup...(he,he, iklan banget nech..). Tinggal satu makalah yang harus aku tulis...Tapi masih ada dua presentasi yang menungguku,,,How, how, bagaimana dengan revisi makalah? UAS? SP? Taun ajaran baru? Tetep ato pindah kos? Ah..Yang paling urgen saat ini adalah...BAGAIMANA DENGAN PROYEKKU? DEADLINE SUDAH DALAM HITUNGAN JARI...Ho,..ho...ho...

Senin, 20 April 2009

How could I memorize?

Aku seringkali adalah seorang yang memiliki daya lupa sangat tinggi...Sangat tinggi..Bahkan hampir mencapai derajat kepikunan ya? (Ya..semoga saja tidak begitu)..Namun sifat kurang baik itu hanya berlaku pada peristiwa penaruhan suatu barang...Karena tak jarang, aku selalu merasa waktu sangatlah sempit dan karena itu, aku menemukan alasan untuk tidak meletakkan sebuah barang pada tempat yang semestinya. Yang paling sering ya, sepatu, jilbab, buku, bahkan hp..
Tapi dalam hal-hal yang berbau password, biasanya, tanpa minum suplemen apapun, aku tidak mudah lupa..Meski, aku punya beberapa email, blog, facebook, portal akademik, dll dll. Aku tidak menyeragamkan password, namun entah mengapa aku cukup sulit untuk pikun dalam urusan ini...
And now, untuk sebuah keperluan yang mungkin sifatnya jangka panjang..aku harus mengakrabi empat digit angka yang cukup sulit, namun..semuanya bisa menjadi mudah jika aku mau mengutak-atik. Ok, let`s go...
7: Digit terakhir tanggal lahirku..
4: Bulan disahkannya password itu (April punya)
3: Jumlah sodara (plus aku tentunya)
9: Digit terakhir tahun kelahiranku
Yap, semoga, hal yang tak mudah bener2 bisa berubah jadi indah...
S E M A N G A T!!!!!!!!!

Minggu, 19 April 2009

Dissappointed...

Hhh...So tired, hari ini aku hanya ngeceng-ngeceng ke kampuz karena dak ada satupun dosen yang masuk kuliah...Hm, padahal, perjuanganku semalem agaknya cukup mengerikan..Ya, aku ngebut menulis makalah Tafsir Ahkam dalam waktu tidak kurang dari enam jam..
Aku sudah menepis semua godaan nonton, ngobrol, dan kongkow bareng temen koz demi menyelesaikan tugas makalah itu. Memang, menumpuk dan memiliki bahan referensi yang terlalu banyak terkadang malah membingungkan...Ada banyakl catatan dalam hard maupun soft copy yang akan kumasukkan dalam makalah. Yang ada aku kelimpungan..Beberapa catatan tersebut malah ada yang hilang dan aku tak tau menaruhnya di mana...
Aku perjuangan abis ceritanya, hari ne, selepas jam dua belas, aku masih terjaga. Menduakan pikiran antara nonton dahsyatnya Award dan menyelesaikan masalah..Aku berusaha sekuat tenaga mengusir rasa kantukku namun aku akhirnya tumbang...Untungnya aku masih sempat mematikan laptop, mematikan tv, dan mencabut charger..Dan malampun sukses menggelar monolog sunyinya..Bersama mimpiku yang beterbangan....Bunda sudah terlebih dahulu meninggalkan aku...Dalam lelap bayinya yang tenang..
Oops, waktu onlineku habis..
Yang jelas, ending dari perjuanganku masih akan dipending beberapa hari ke depan. Sebab pekan ini, hampir semua dosenku tengah berpartisipasi aktif dalam UN SMA yang serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia...So, beliau dak bisa masuk dan aku harus menangguhkan jadwal presentasiku...Semoga tidak malah mengendorkan semangatku untuk terus bertanya dan memperbaiki diri..
to be continued.
Jam empat, alarm membangunkanku..Namun matak

A Y A H

Ayah...betapa aku merindukannya saat ini. Sangat..Mungkin memang sudah banyak waktu dan jarak yang memisahkan kami..Tapi aku yakin bahwa rindu ini melampaui segalanya...

Aku memang tak pernah memanggilnya ayah keculai saat aku masih SD dulu. Aku lupa kelas berapa...Tapi waktu itu masih kelas-kelas awal..Aku iri dengan temenku yang memanggil orang tua lelakinya dengan sebutan AYAH. Waktu itu aku sempat mengubah panggilan BAPAK kepadana dengan meniru panggilan temanku itu. Namun itu tak berlangsung lama...Sebab lidahku memang tidak biasa mengucapkan kata itu dan aku pun merasa kurang nyaman dengan panggilan yang tidak biasa dan hanya bertendensi IRI sama teman..Akhirnya, panggilan BAPAK itu aku tetapkan hingga hari ini...

Namun aku kerap memanggilnya ayah dalam bahasa penaku, dalam bahasa igau dan kubangan sepiku. Ya, cerita tentangnya seperti sumber mata air yang tidak akan pernah habis meski paceklik bertandang. Muncul dan terus begitu..
Banyak hal yang telah aku dapat darinya, segalanya bahkan..Semua yang tak pernah aku bayangkan, bahwa ayahku,,,dengan segala keterbatasannya sukses menjadi lelaki paling hebat dalam hidupku..Lelaki yang mengajariku bagaimana langit bisa terlihat biru dan bagaimana laut bisa sangat meneduhkan, namun juga mengerikan...
Ya, sangat banyak cerita tentangnya yang tak kan bisa kuwakilkan dengan ungakapan dan bahasa apapun...Namun kemarin, ada hal yang sedikit mengusikku dan memaksaku kembali membuka sekotak ingatan tentang segalanya..segala dalam ayahku..

Melalui pesan singkat, ayah memohon keikhlasanku untuk mendoakannya..Selalu dan sampai kapanpun...Aku cukup terkejut membaca pesan singkat itu, sebab ayah tak biasa melakukan yang demikian..Di setiap smsnya, beliau memang terbiasa mengingatkanku untuk selalu menjaga diri dan PDKT pada Allah. Namun ada hal yang tidak biasa aku baca siang itu...

Aku terhenyak dan mencoba diam...Merenungi apa yang barusaja ayah katakan dalam pesan singkat itu..Aku keburu membalasnya..."Iya, Pak..Sebelum dan sesudah Bapak bilang, ik uda dan akan selalu doain bapak, Tq for everything"..Aku bernafas sejenak setelah membalasnya...

Aku merasa sangat beruntung memiliki ayah sepertinya..Namun aku khawatir, jangan-jangan dia adalah ayah yang paling menderita sebab memiliki anak SULUNG seperti aku. Aku kembali mengingat dan menghitung apa saja yang pernah dia berikan kepadaku, hal yang tak dapat dihitung sebenarnya, namun ingin kujabarkan sedikit saja dalam tulisan ini..Darah yang mengalir dalam tubuhku, kasih sayangnya yang tak pernah surut, keringatnya yang telah membesarkanku hingga saat ini, pengertiannya atas segala gejolak dan kekurangnku, atas segala keinginan dan cita-citaku, atas semua kebingungan, kebimbangan, dan kegelisahan yang kualami..Senyumnya yang menawarkan isakku...Dekapnya yang menggulitakan tangisku...Ah, semua, semuanya...semua hal yang terbaik yang pernah dia berikan padaku...

Namun pertanyaannya, ADAKAH HAL YANG PERNAH KUBERIKAN PADANYA?
Selain beban? Selain kekecewaan? Selain hal-hal yang kurang menyenangkan? Tuntutan yang tiada henti? Keinginanku? Sikapku?

Ah, Ayah..Sampai di sini..rasanya aku tak bisa melanjutkan jemariku..
Engkau adalah ayah terbaik dan terhebat yang pernah aku temui...
Lelaki yang telah memberikan segala hal terbaik
Dan aku tau, Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untukmu,
Ayah, aku kangen...
Sangat.
Aku akan segera pulang untukmu..

Presentasi TODAY...

PENGANTAR WACANA
POLIGAMI; SOLUSI (ATAU) PROBLEMATIKA

Dalam bahasa keseharian, poligami adalah suatu istilah untuk menggambarkan keadaan di mana seorang lelaki memiliki lebih dari satu orang isteri. Padahal dalam ilmu sosial, poligami ini senyatanya bermakna umum, yakni adanya lebih dari seorang pasangan dalam sebuah ikatan pernikahan. Poligami ini kemudian dibagi menjadi dua, yakni poliandri dan poligini. Poliandri adalah istilah yang menggambarkan seorang isteri yang memiliki lebih dari satu suami, sedangkan poligini adalah istilah untuk merepresentasikan keadaan di mana seorang suami memiliki lebih dari seorang isteri. [1]

Akan tetapi realitasnya, istilah untuk menggambarkan lelaki yang memiliki isteri lebih dari satu lebih lumrah disebut poligami. Istilah ini juga digunakan sebagai lawan kata dari monogami yang berarti hanya ada dua manusia yang menjalani sebuah pernikahan.

Di Indonesia sendiri, isu poligami mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif. Pada zaman orde lama, masyarakat kita telah melihat fenomena poligami yang dipraktikkan oleh presiden Soekarno, meski dengan istilah selir. Sedangkan pada masa orde baru, wacana poligami mulai bergerak ke wilayah legal yurisprudensial. Hal ini misalnya dibuktikan dengan dilahirkannya pasal yang memuat permasalahan pernikahan yang salah satu pasalnya menyebutkan syarat-syarat poligami. Syarat-syarat poligami tersebut ada yang berlaku umum kepada seluruh warga dan ada yang berlaku khusus pada pegawai negeri.

Selanjutnya, tumbangnya orde baru yang membidani lahirnya euforia multidimensi di Indonesia juga menyimpan catatan yang penting dalam klaedoskop isu poligami ini. Sebuah sumber menyebutkan bahwa setelah tumbangnya orde baru, euforia dalam wacana poligami ini juga muncul. Salah satunya adalah adanya penyematan gelar “polygamy award” kepada Puspowardoyo, pemilik rumah makan Ayam Bakar Wong Solo pada Agustus 2003. [2]

Dalam diskursus Islam sendiri, poligami secara khusus dan isu perempuan secara umum merupakan salah satu bidikan utama orientalis dalam beberapa wacananya. Beberapa di antara orientalis menduga poligami adalah tradisi genuine Islam yang kemudian diwarisi oleh dunia luas. Tersebarnya praktik poligami ini, dalam hemat mereka merupakan salah satu tanda terbesar dibukanya gerbang subordinasi dan domestifikasi peran wanita.

Terlepas dari beberapa data lapangan dan wacana di atas, penjelasan yang cukup memadai tentang poligami sebenarnya sudah termaktub dalam Al-Qur`an. Jumhur mufassirin berpendapat bahwa ada dua ayat dalam surat An-Nisa` yang secara langsung mangatur rambu-rambu poligami dalam Islam. Yang pertama adalah ayat ketiga dan yang kedua adalah surat an-Nisa` ayat 129.
Lalu sebenarnya, benarkah poligami adalah sebuah alternatif permasalahan sosial –seperti yang digagasa beberapa pemikir- ataukah justru praktik yang memunculkan permasalahan baru yang lebih rumit dan berkepanjangan? Mengapa kemudian banyak fakta yang menunjukkan bahwa praktik poligami justru menyuburkan kekacauan, perpecahan, dan perseteruan dalam ranah keluarga bahkan mengantarkan pada gerbang perceraian?

BAB II
EKSPLORASI

I. HISTORISITAS POLIGAMI; DULU, KINI, DAN NANTI
Banyak orientalis maupun cendekiawan muslim sendiri yang menduga bahwa poligami merupakan budaya genuine Islam yang kemudian dianut oleh masyarakat secara luas. [3] Pendapat ini, dalam pandangan sebagian orang dianggap sebagai salah satu upaya untuk mendiskrediktkan Islam. Senyatanya, catatan sejarah yang cukup valid dan bisa dipertanggungjawabkan cukup membuktikan bahwa budaya poligami ini senyatanya sudah ada dan berlaku sebelum kehadiran Islam. Contoh sederhananya adalah beberapa hadist Nabi yang menyuruh sahabat menceraikan isteri yang dimilikinya sehingga ia memiliki maksimal jumlah isteri empat orang.

Hal ini cukup mengindikasikan bahwa sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab sudah memiliki akar budaya dan tradisi poligami. Islam kemudian merespon fenomena ini dengan konsep taghyir, yakni menetapkan tradisi yang berlaku namun dengan menyepuh nilai-nilai substansial di dalamnya. Poligami tetap dilegalkan oleh Islam, namun diperketat dengan beberapa rambu-rambu baru yang terkait erat dengan kuantitas isteri dan kualitas keadilan dalam praktik poligami.

Jauh-jauh sebelumnya, praktik poligami ini ternyata sudah dilakukan oleh beberapa Nabi sebelum Muhammad, semisal Nabi Daud yang memiliki ratusan isteri dan Nabi Sulaiman yang diceritakan memiliki tujuh ratus isteri. [4] Bahkan, Berbagai mitos dan legenda Hindu menceritakan tentang beratus-ratus isteri dari para Dewa seperti halnya Dewa Krishna[5] Dengan demikian, pendapat yang menyimpulkan bahwa poligami dilahirkan pertama kali oleh Islam sangatlah tidak beralasan.
Dewasa ini, negara-negara di dunia memiliki aturan dan ketentuan yang berbeda terkait masalah poligami. Agama Katolik secara tegas menolak poligami. Sehingga bisa dipastikan, negara yang memakai Katolik sebagai dasar negaranya tidak akan melegalkan poligami. Sedangkan Turki adalah contoh negara yang juga tidak melegalkan poligami. Namun, alih-alih untuk memperbaiki kehidupan berkeluarga, peraturan ini justru menyuburkan adanya perselingkuhan atau bahkan pernikahan di bawah tangan. Bahkan, sebuah catatan menyebutkan bahwa lebih dari setengah jumlah semua pernikahan dan perceraian yang terjadi di Turki dilaksanakan tanpa administrasi yang sah. [6]

Indonesia sebagai negara yang berasaskan Pancasila mengambil sikap yang cukup moderat dalam permasalahan ini. Dan agaknya, meski UU Indonesia tidak berbajukan syariat Islam, banyak elemen-elemen di dalamnya yang bernafaskan Islam, semisal dalam masalah poligami. Dalam hal ini, UU no. 1 tahun 1974 mengatur beberapa hal terkait perkawinan. Sedangkan alasan diperbolehkannya poligami yang tercantum dalam pasal ini ada tiga, yakni istri tidak bisa menjalankan kewajiban, memiliki cacat badan, atau tidak dapat melahirkan keturunan.[7]

Tidak hanya berhenti sampai di situ. Poligami legal dalam UU Indonesia haruslah memenuhi beberapa kelengkapan administrasi berikut, seperti adanya persetujuan resmi dari istri tua, adanya kepastian suami bisa menafkahi semua istri yang menjadi tanggungannya, dan adanya jaminan bahwa si suami akan bersikap adil.[8] Bahkan, ada pasal yang secara khusus membahas poligami pegawai negeri, yakni PP no. 10 tahun 1983.

Dalam masyarakat sendiri, anggapan yang luas berkembang adalah asumsi yang memposisikan pelaku poligami sebagai orang yang ‘kurang baik’. Stigma ini misalnya tercermin saat seorang dai kondang pada November 2006 seketika menurun reputasinya setelah ia melakukan poligami. Tak dapat dipungkiri, hal ini disebabkan oleh praktik poligami yang baru saja dilakukannya dan seketika menjadi santapan hangat insan media.

Memang ironis. Pernikahan legal secara agama dan negara mendapat kecaman dan sanksi sosial yang cukup keras dari masyarakat. Sikap masyarakat yang kurang mau menerima tradisi ini pada akhirnya menjadikan perselingkuhan, pernikahan di bawah tangan, atau praktik prostitusi sebagai satu-satunya pelarian dan alternatif dari poligami legal.

Entah bagaimana esok hari menyikapi isu ini. Namun agaknya, poligami masih akan menjadi santapan yang mengundang kontroversi dan silang pendapat. Antara mereka yang mendukug dan menolak, antara yang mereka berani berkoar dan mereka yang diam, antara mereka yang hanya bisa berwacana dalam teori dan mereka yang mengalaminya langsung.

II. POLIGAMI DALAM KACAMATA MUFASSIR
÷bÎ)ur ÷LäêøÿÅz žwr& (#qäÜÅ¡ø)è? ’Îû 4‘uK»tGu‹ø9$# (#qßsÅ3R$$sù $tB z>$sÛ Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$¡ÏiY9$# 4Óo_÷WtB y]»n=èOur yì»t/â‘ur ( ÷bÎ*sù óOçFøÿÅz žwr& (#qä9ω÷ès? ¸oy‰Ïnºuqsù ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNä3ãY»yJ÷ƒr& 4 y7Ï9ºsŒ #’oT÷Šr& žwr& (#qä9qãès? ÇÌÈ

Beberapa sumber menyampaikan asbabun nuzul yang senada dari ayat ini. Ayat ketiga dalam surat An-Nisa` ini turun setelah terlaksananya perang Uhud yang merupakan perang di mana muslimin mengalami kekalahan. Saat itu, 70 tentara muslim gugur dan syahid di medan perang dan hal ini juga berarti menjamurnya beberapa janda dan anak yatim yang merupakan isteri atau anak tentara yang mati syahid tersebut.[9]

Dalam keadaan ini, beberapa sahabat yang masih hidup membaiat diri menjadi wali dari anak yatim yang mengurus segala keperluan anak yatim tersebut serta mengelola harta peninggalan orang tuanya. Hal ini merupakan sesuatu yang mulya sebab dalam usia belum baligh, seorang anak yatim masih belum bisa mengelola harta mereka sendiri. Sebab itulah, peran wali sangatlah signifikan dalam hal ini. Terlebih, ada beberapa anak yatim yang memiliki harta cukup banyak dari peninggalan orang tuanya.

Sayangnya, posisi ini kemudian disalahgunakan oleh beberapa wali kala itu. Dalam beberapa kasus, para wali tersebut ada yang tidak mengelola harta anak yatim dengan baik dan jujur. Mereka hanya mengeruk keuntungan dari posisinya sebagai wali dalam segi finansial. Harta anak yatim yang menjadi amanah untuknya dengan sengaja dicampurbaur dengan harta yang dimilikinya sendiri. Inilah yang sebenarnya disinggung dalam ayat kedua surat An-Nisa`. Ketika anak yatim yang diasuhnya telah beranjak dewasa, maka si wali seringkali menghalangi kekuasaan anak yang sebenarnya sudah mampu untuk mengelola harta miliknya sendiri. Begitu juga dalam hal pernikahan. [10]

Ayat ketiga surat An-Nisa` ini secara khusus memberikan teguran dan solusi alternatif kepada wali yang tertarik menikahi anak yatim yang berada dalam perlindungannya karena harta dan kecantikan anak yatim tersebut. Ia bermaksud menikahi anak tersebut tanpa membayar mas kawin atau memberikan mas kawin yang sangat rendah. Karena itulah, Allah kemudian memberi alternatif untuk menikahi wanita yang bukan yatim agar lelaki tersebut tidak terjebak dalam wilayah yang rentan akan membuatnya tidak bisa berlaku adil dalam pengelolaan harta anak yatim.[11]

Selanjutnya, ayat ketiga surat An-Nisa` ini memberikan dua nuansa baru dan nilai luhur yang sebelumnya tidak didapatkan dalam tradisi Arab pra-Islam mengenai praktik poligami. Pertama adalah pembatasan poligami pada batas maksimal empat. Sebelumnya, bangsa Arab praIslam melakukan praktik poligami dengan jumlah isteri yang tidak terbatas. Kedua adalah adanya konsep keadilan dalam memberi perlakuan kepada masing-masing isteri. Keadilan dalam konteks poligami ini sedikit berbeda dengan keadilan yang disinggung sebelumnya dalam pembahasan harta anak yatim.

Dalam hal ini, Quraisy Syihab memberikan pemaparan yang cukup jelas tentang perbedaan qisth dan adl dalam ayat ketiga surat An-Nisa`. Dalam pandangannya, istilah yang pertama menunjukkan adanya keadilan di antara dua orang, dan dua orang yang dimaksud di sini sama-sama merasa senang. Sedangkan adl bermakna lebih umum, sebab ia bermakna adil bagi diri sendiri dan orang lain. Dan adil dalam hal ini bisa saja tidak menyenangkan salah satu pihak.[12]
Lalu bagaimana mufassirin merespon persoalan poligami kontemporer? Jumhur mufassirin agaknya cenderung membolehkan praktik poligami ini, namun dengan beberapa syarat yang tergolong cukup ketat. Riffat Hasan bahkan dengan tegas meyebutkan bahwa haruslah ada keadaan darurat yang membolehkan terjadinya poligami. [13] Sedangkan Abdul Mustaqim mengatakan bahwa poligami adalah praktik yang kental dan sarat nunsa sosial dan praktik poligami hanyalah merupakan sebuah sarana (wasilah) untuk menunaikan kewajiban sosial (ghayah). [14]

Syarat yang umumnya diajukan mufassirin dalam hal ini umumnya banyak berkutat di sekitar masalah adil yang disinggung secara eksplisit dalam ayat ketiga surat An-Nisa`. Dalam hal ini, jumhur mufassirin menganggap adil yang dimaksud dalam ayat ini adalah adil dalam hal-hal yang berkaitan dengan fisik lahiriyah, bukan persoalan cinta dan kasih sayang. Mereka beralasan bahwa persoalan cinta dan kasih sayang adalah hal yang tidak bisa direkayasa. Dalam artian, di antara sekian banyak isteri, pasti ada isteri yang paling disayang di antara yang lain.[15]

Keadilan dalam hal kasih sayang inilah yang disinggung dalam ayat ke-129 surat An-Nisa`berikut;
`s9ur (#þqãè‹ÏÜtFó¡n@ br& (#qä9ω÷ès? tû÷üt/ Ïä!$¡ÏiY9$# öqs9ur öNçFô¹t�ym ( Ÿxsù (#qè=ŠÏJs? ¨@à2 È@øŠyJø9$# $ydrâ‘x‹tGsù Ïps)¯=yèßJø9$$x. 4 bÎ)ur (#qßsÎ=óÁè? (#qà)­Gs?ur cÎ*sù ©!$# tb%x. #Y‘qàÿxî $VJŠÏm§‘ ÇÊËÒÈ

Lelaki manapun tidak akan bisa berlaku adil dalam hal cinta dan kasih sayang kepada isteri-isterinya. Dalam ayat ini Allah menegaskan yang demikian dan juga melarang untuk terlalu menampakkan kecondongan itu ke dalam ranah-ranah lahiriyah sehingga mendorong suami untuk tidak berlaku adil. Rahman memandang ayat ini secara implisit mengisyaratkan bahwa secara moral, Al-Qur`an mengharamkan poligami. Kalapun terpaksa dilakukan, maka hal itu lebih didasari oleh semangat sosial. [16] Agaknya, anggapan Rahman ini cukup beralasan mengingat cinta dan kasih sayang juga akan tampak dalam perilaku keseharian. Misalnya dalam hal perhatian, kepedulian, dan lain sebagainya.

Al Maraghi, seperti halnya para mufassir lain beranggapan bahwa pernikahan yang ideal dan sejahtera kebanyakan adalah pernikahan monogami. Hanya ada satu suami dan isteri dalam sebuah rumah tangga. [17] Namun kaidah ini tidak akan bertahan terlalu lama manakala terdapat hal-hal natural yang kurang menyenangkan, semisal adanya penyakit yang diderita salah satu person sehingga ia tidak bisa normal menghasilkan keturunan (mandul). Dalam hal ini, maka poligami merupakan alternatif terbaik mengingat tujuan utama pernikahan salah satunya adalah mendapatkan keturunan.

Namun di balik alasan natural tersebut, hal lain yang biasanya menjadi penyebab poligami adalah hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas maupun komunikasi, misalnya ketidakpuasan salah satu pihak dan atau kurang harmonisnya hubungan keduanya. Hal yang demikian sangat rentan memicu terjadinya poligami sebab itu, dalam tulisannya, Nurul Huda Haem menyarankan pasangan suami-isteri untuk sesering mungkin membangun komunikasi yang baik sehingga tercipta keharmonisan dan perilaku poligami dapat dihindari. [18]

III. MENYOAL POLIGAMI RASULULLAH
Barangkali kita memang kebakaran jenggot mendengar tuduhan yang mengatakan bahwa poligami yang dilakukan Rasulullah semata-mata didasarkan pada keadaan beliau yang hyperseks.[19] Wacana ini tidak hanya mengemuka dalam beberapa karya ilmiah beberapa penulis, namun juga sempat mewarnai harian Denmark Jyllands Posten dalam rubrik karikaturnya yang kemudian melahirkan kecaman luas di kalangan muslim dunia.

Namun, jika harus menggunakan praduga tak bersalah, anggapan tersebut memang beralasan. Taruhlah alasannya adalah karena tidak memiliki pengetahuan dan referensi yang cukup memadai, serta barangkali mindset yang kurang objektif, maka kesimpulan tersebut kemudian muncul.

Ya, catatan sejarah memang menulis bahwa Rasulullah melakukan poligami dengan beberapa orang isteri. Namun, ada banyak hal yang menarik untuk direnungkan kembali dalam rangka mengcounter pendapat yang mengatakan hyperseksualitas Nabi Muhammad. Hal yang paling menonjol adalah bahwa di antara beberapa wanita yang dinikahi Rasulullah, hanya Aisyah-lah yang dikawini Rasulullah dalam keadaan gadis. Selain Aisyah, semua isteri yang dinikahi Rasulullah adalah janda.

Kasarnya, jika benar Rasulullh hyperseksual, mengapa Rasul lebih memilih wanita-wanita janda dibanding wanita yang masih gadis? Apalagi jika diamati, beberapa wanita yang dinikahi Rasul kebanyakan merupakan wanita yang sudah cukup berumur. Khadijah misalnya, berumur lima belas tahun lebih tua dari Rasul dan ia pun berstatus janda ketika menikah dengan rasul. Dan lagi, rasulullah menjalani pernikahan monogami dengan Khadijah dalam kurun waktu yang cukup lama, yakni 28 tahun. Selama masa itu, rasulullah adalah monogam. Rasulullah memulai kehidupan sebagai seorang poligam setelah beliau berumur 54 tahun, usia di mana seorang lelaki sudah mengalami penurunan hasrat seksual.

Pun juga, dalam suatu kesempatan, rasul pernah ditanyakan oleh seorang sahabat, mengapa beliau tidak menikahi wanita anshor yang masih muda dan cantik. Dalam kesempatan ini, rasul menjawab bahwa beliau tidak enggan menikahi wanitA-wanita Anshor yang cantik sebab wanita tersebut penuh rasa cemburu dan tidak akan siap dimadu. [20] Karena itulah saya cukup mendukung bahwa poligami rasul lebih disebabkan unsur dakwah dan teologis. Beberapa wanita dinikahi rasul setelah mendapat wahyu dari Allah secara langsung ataupun dalam beberapa keadaan yang menuntut rasul untuk menikahi seorang wanita.

Kendati rasul kemudian menjadi seorang poligam, dalam suatu kesempatan, beliau sempat melarang Ali untuk menikah lagi setelah Ali menikahi Fatimah binti Rasulullah. Barangkali hal ini pulalah yang menjadi celah kritik beberapa ilmuan. Senyatanya, permasalahan ini tidak akan terlalu rumit dan membingungkan jika kita bisa sedikit memperhatikan beberapa alasan Rasulullah melakukan poligami.

Selain itu, dalam hemat saya, naluri seorang ayah pun bermain dalam peristiwa ini. Rasulullah agaknya merasa kasihan dan iba jika Fatimah putrinya akan menjalani kehidupan poligami. Hal ini bisa saja disebabkan rasulullah yakin bahwa Ali akan sangat sulit (untuk mengatakan ‘tidak mampu’) berbuat adil terhadap Fatimah dan isteri mudanya. Terlebih saat itu, anak-anak Fatimah masih kecil sehingga masih memerlukan perhatian dan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya.

Agaknya, pernikahan poligami Rasulullah yang didasari beberapa alasan teologis dan pelarangan beliau atas rencana poligami yang akan dilakukan Ali cukup bisa mengantarkan kita pada sebuah kesimpulan bahwa poligami merupakan suatu hal yang sebisa mungkin dapat dihindari. Barangkali hal ini disebabkan oleh kecilnya kemungkinan suami untuk sepenuhnya bisa berlaku adil, kendatipun dalam aspek lahiriyah saja. Selain itu, keharmonisan sebuah keluarga juga terancam dengan praktik poligami. Adanya dua isteri akan menciptakan suasana koompetisi yang tidak sehat, baik antar anak maupun antar isteri.

IV. KOMPLEKSITAS POLIGAMI
Membincang poligami seperti membahas sebuah komplikasi masalah sosial yang selain rumit, juga akan merembet ke aspek-aspek lain. Semisal ekonomi, nikah bawah tangan, broken home, dan lain sebagainya.Tidak dapat dipungkiri, dalam masyarakat kita, poligami masih dianggap hantu yang menakutkan dan bisa menurunkan derajat sosial seseorang. Wibawa seseorang akan turun manakala ia kedapatan memiliki lebih dari seorang isteri.

Namun di balik itu semua, sebagaimana contoh kasus di Turki, pelarangan poligami bukanlah pilihan yang arif. Hal ini justru memperparah keadaan sosial. Perselingkuhan, pernikahan di bawah tangan, dan hubungan gelap lain kemudian menjadi pilihan yang paling sering diambil oleh masyarakat Turki. Pilihan ini menjadi satu-satunya alternatif solusi sebab poligami tidak dilegalkan. Akibatnya, kerusakan moral dan keretakan dalam rumah tangga yang sebenarnya ingin dihindari dalam UU ini justru menyuburkan tindakan amoral tersebut.

Sikap pemerintah Indonesia yang tercermin dalam UU pernikahan sudah cukup representatif dan kontekstual dalam menghadapi problematika poligami dewasa ini. Adanya syarat idzin dari isteri pertama cukup menunjukkan upaya untuk membangun sebuah rumah tangga yang tetap sehat meski dengan beberapa orang isteri. Dalam agama, poligami memang tidak mensyaratkan adanya idzin dari isteri pertama. Akan tetapi secara moral, hal ini patut dan sangat perlu dilakukan untuk tetap memperkokoh tujuan utama pernikahan, yakni hubungan yang saling melengkapi. Tanpa adanya idzin dari isteri pertama, maka mustahil cita-cita tersebut bisa terwujud. Namun demikian, UU ini perlu terus ditinjau dan diperbaharui agar tetap bisa kontekstual dan mampu menjawab tuntutan dna kebutuhan zaman.

Namun realitasnya, poligami yang dilegalkan dengan beberapa syarat ini tidak cukup mampu menekan angka protitusi, perselingkuhan, hubungan gelap, atau bahkan nikah di bawah tangah yang cukup marak di Indonesia. Hal ini barangkali disebabkan sterotype dan sanksi sosial yang masih cukup berat dilamatkan bagi warga negara yang melakukan praktik poligami. Sehingga, banyak masyarakat kita yang masih merasa ragu untuk meresmikan pernikahan keduanya. Anggapan adanya beberapa hal yang harus dipenuhi untuk melegalkan poligami agaknya cukup menciutkan niat mereka. Akhirnya, hubungan gelap merupakan pilihan yang cukup anyak diminati.

Hal yang sering diidentikkan dengan poligami adalah aspek sosial dan ekonomi. Beberapa data yang masih perlu diverifikasi kebenarannya menyebutkan bahwa hingga hari ini, jumlah wanita relatif lebih besar daripada jumlah pria. Hal ini disebabkan dua hal, yakni tingginya angka kelahiran wanita yang juga lebih besar dibanding pria dan tingginya angka kematian pria karena pria relatif lebih mudah terserang penyakit sedang wanita memiliki daya tahan yang cukup baik. [21] Selain itu, Murtadha juga menegaskan bahwa secara naluriah, lelaki memang memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup berpoligami. Hal ini semakin didukung dengan keadaan pria yang tidak mengalami masa manopouse seperti wanita.

Menyoal ketimpangan jumlah wanita dan pria dalam data tersebut, maka poligami merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat mengangkat derajat dan memmberdayakan kaum wanita. Bagaimanapun, tanpa adanya lembaga pernikahan yang sah, maka perempuan (baik janda atau perawan yang tidak cepat menikah) sangat rentan malah menjadi pemicu meluasnya tindak prostitusi, hubungan gelap, atau bahkan pernikahan di bawah tangan. Beberapa tindakan tersebut tidak boleh tidak akan dijalani wanita yang juga memilii tuntutan ekonomi untuk bisa survive alive. Sebab itulah, tidak salah jika pemerintah Indonesia mensyaratkan adanya kesanggupan suami secara finansial untuk menikahi beberapa isteri.

Namun, agaknya memang diperlukan suatu data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan mengenai perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan untuk memverifikasi data Murtahda tersebut. Masalanya, sampel di Indonesia saja menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam jumlah pria dan wanita. Hal ini terlihat dari hasil sensus tahun 2000 yang menunjukkan bahwa perbandingn jumlah pria dan wanita adalah 49,87 dan 51, 23. [22]

Pada akhirnya, poligami, jika bisa dijalankan dengan cukup ideal (baca: menegakkan keadilan di antara isteri), maka hikmah poligami di antaranya adalah dapat mengasihi dan mengayomi anak yatim, janda, dan wanita sebatang kara yang tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Namun begitu, kemungkinan terburuk yang juga perlu diperhitungkan dalam poligami adalah rentannya perceraian, tidak adanya harmonisasi kehidupan rumah tangga, terlantarnya anak-anak, `sakit hati` isteri yang akan berdampak lebih jauh, dan hal-hal lain yang perlu diantisipasi dan disikapi searif mungkin.

V. SEKADAR PENUTUP
Beberapa data yang dipaparkan sebelumnya mengntarkan pada beberapa kesimpulan berikut; Pertama, bahwa poligami bukanlah suatu kewajiban, meskipun disajikan dalam bentuk amar. Penyajian keterangan tentang poligami dalam surat An-Nisa` lebih mengisyaratkan sebuah kebolehan dan alternatif solusi. Kedua, pembolehan poligami dalam Islam ini hanya berlaku dalam keadaan darurat dan dengan beberapa syarat yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketiga, monogami masih merupakan pilihan yang ideal dalam sebuah ikatan pernikahan. Adanya seorang suami dan seorang isteri dalam sebuah biduk rumah tangga merupakan keadaan yang ideal dan menjadi dambaan semua orang, utamanya pihak wanita. Namun demikian, dalam beberapa keadaan tertentu yang pastinya emergency, baik suami maupun isteri harus selali siap mengahadpi segala kemungkinan terburuk, termasuk pilihan hidup rumah tangga dalam format poligami.

Untuk itu, antisipasi terhadap penyebab dan pemicu poligami adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan, seperti menjaga kesehatan alat reproduksi dan membangun komunikasi yang baik dengan pasangan. Allah Knows Best


DAFTAR PUSTAKA

Al Hakam, Al Husain (ed), tt. Membela Perempuan: Menakar Feminisme dengan Nalar Agama, terj. Jemala Gembala, Jakarta: Al Huda
Hathout, Hassan. 2006. Panduan Seks Islami, terj: Yudi, Jakarta: Zahra Publishing
Polygamy in Islam,
Rohmaniyah, Inayah, Poligami atau Monongami (Menggagas Penafsiran Engineer terhadap Surat An-Nisa` ayat 3), dalam http://keepdoingthebest.blogspot.com/2008/04/poligami-atau-monogami-by-inayah.html Diakses pada 13 April 2009
Latif, M. Nasaruddin. 1986. Ilmu Perkawinan; Problematika Seputar Keluarga dan Rumah Tangga, Jakarta: Pustaka Hidayah.
Machali, Rochayati (ed). 2005, Wacana Poligami di Indonesia, Bandung: Mizan.
Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Hikmah Pernikahan Rasul; Mengapa Islam Memperbolehkan Poligami, Bandung: Al Bayan.
Imani, Allamah Kamal Faqih 2003. Tafsir Nurul Qur`an, terj. Anna Farida, Jakarta: Al Huda
Al Maraghi, 1974. Tafsir Al Maraghi juz IV, terj. Al Humam MZ, Semarang: Toha Putra
Syihab, Quraisy. 2002. Tafsir Al Misbah, vol. 2, Jakarta: Lentera Hati
Syihab, Quraisy. 1996. Wawasan Al-Qur`an: Tafsir Maudhu`i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan.
Mulia, Musdah. 1999. Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta: The Asia Foundation.
Haem, Nurul Huda. 2007. Awas! Illegal Wedding, Jakarta, Mizan
Mustaqim, Abdul. Konsep Poligami Menurut Muhammad Syahrur, Jurnal Ilmu Al-Qur`an dan Hadist vol. 8, no., Januari 2007, hlm. 45.
http://basahfc.multiply.com/journal/item/18
Muthahhari, Murtadha. 1998. The Rights of Women in Islam, Iran: World Organization of Islamic Source.


[1]Lih. Al Husain Al Hakam (ed), Membela Perempuan: Menakar Feminisme dengan Nalar Agama, terj. Jemala Gembala, (Jakarta: tt, Al Huda), 214.
[2]Lih. David Herre, Poligami Mengalami Reformasi?, pengantar dalam Rochayati Machali, Wacana Poligami di Indonesia, (Bandung: Mizan, 2005), hlm. xxviii
[3]Lih. Hassan Hathout, Panduan Seks Islami, terj: Yudi, (Jakarta: Zahra Publishing, 2006), hlm. 59
[4]Lih. Polygamy in Islam,
[5]Lih. Inayah Rohmaniyah, Poligami atau Monongami (Menggagas Penafsiran Engineer terhadap Surat An-Nisa` ayat 3), dalam http://keepdoingthebest.blogspot.com/2008/04/poligami-atau-monogami-by-inayah.html Diakses pada 13 April 2009
[6]Lih. M. Nasaruddin Latif, Ilmu Perkawinan; Problematika Seputar Keluarga dan Rumah Tangga, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1968), hlm. 86.
[7] Lih. Rochayati Machali (ed), Wacana Poligami di Indonesia, (Bandung: Mizan, 2005), hlm. 25.
[8] Lih. Rochayati Machali, Ibid, 30
[9]Lih. Abdul Hamid Kisyik, Hikmah Pernikahan Rasul; Mengapa Islam Menmperbolehkan Poligami, (Bandung: Al Bayan, 1991), hlm. 13
[10]Campur tangan wali dalam masalah pernikahan misalkan menghalangi pernikahan si anak ketika ada orang yang melamarnya atau mengambil alih mas kawin dalam pernikahannya. Lih. Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur`an, terj. Anna Farida, (Jakarta: Al Huda, 2003), hlm. 457
[11]Lih. Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi juz IV, terj. Al Humam MZ, (Semarang: Toha Putra, 1974), hlm, 217.
[12]Lih. Quraisy Syihab, Tafsir Al Misbah, vol. 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 338. dan Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur`an: Tafsir Maudhu`i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), 199-200
[13]Keadaan darurat ini semisal keadaan istri yang mandul sehingga tidak bisa mendapatkan keturunan atau ketika ada sangat banyak anak yatim dan janda yang membutuhkan santunan dan perlindungan. Lih. Abdul Mustaqim, Op. Cit, hlm. 49.
[14]Lih. Abdul Mustaqim, Abdul Mustaqim, Konsep Poligami Menurut Muhammad Syahrur, Jurnal Ilmu AL-Qur`an dan Hadist vol. 8, no. Januari 2007, hlm. 55
[15]Lih. Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta: The Asia Foundation, 1999), hlm. 45
[16]Lih. Fazlur Rahman, Interpreting the Qur`an, hlm. 45-49, dalam Abdul Mustaqim, Op. Cit, hlm. 48.
[17] Lih. Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, vol. 4
[18]Lih. Nurul Huda Haem, Awas! Illegal Wedding, (Jakarta, 2007, Mizan), hlm.215
[19]Wacana ini salah satunya disebutkan oleh Welliam Vanlow, lih., hlm. 45.
[20]Lih. Musdah Mulia, Op. Cit, hlm. 24. Bagi Musdah, hadist ini cukup menunjukkan bahwa poligami pada hakikatnya memuat unsur yang bisa menyakiti hati perempuan.
[21]Lih. Murtadha Muthahhari, The Rights of Women in Islam, (Iran: World Organization of Islamic Source, 1998), hlm. 31-35.
[22]Lih. http://basahfc.multiply.com/journal/item/18

Senin, 13 April 2009

Enlighted Morning

Pagi ini mencerahkan..Setidaknya, setelah melalui proses yang sebelumnya kupiir akan menjengkelkan...

Ya, seharusnya, hari ini aku kuliah jam setengah tiga siang dan itu artinya, aku bisa bermalas-malasan dulu kos dan mengerjakan whatever. Tapi, hmmmmmm...Hari ini ternyata ada jam kuliah yang dimajukan..Jadinya aku harus berangkat lebih awal dan mandi pagi serta super duper sok sibuk kanan kiri. Menyebalkan rasanya..Sepagi itu aku sudah harus berdingin-dingin setelah semalam aku menggigil karena kehujanan di tengah jalan..

But bagaimanapun, semua harus aku hadapi..(he,,sok-sokan!!). Aku jalan dengan setengah semangat ke kampus dan pencerahan pertama hari ini adalah karena aku dak perlu jauh-jauh cari ruangan kuliah. Bapak dosen dan temen2 ternyata uda mendahului aku masuk dan milih tempat yang cukup representatif dan enak..Di lantai satu pojok...

Awalnya diskusi...Aku uring-uringan dan hanya nyorat-nyoret something di makalah yang dibagikan..Uda presentasi, dialog, dan..datanglah pencerahan yang ketiga..Hehehe..Yaitu saat Pak Chirzin angkat bicara...Mencerahkan banget emang bapak ini...Meski sampe sekarang, aku sering dak semangat dengerin presentasi karena beliau sering keasyikan maen hp (khan aku jadi ngiri, palagi paz sedang dak bawa hp dewe to? )..Tapi dosen yang satu ini, harus diakui, daya entertainnya juga dapet. Maksudnya, bisa banget bawa kami hanyut ke dalam kajian yang tengah didiskusikan, memancing suara, dan sebagainya lach..sehingga kelas jadi lebih hidup dan lebih meaningfull..

Ini nech, beberapa penjelasan beliau yang sempat aku ingat...
  1. Ada hubungan hirarki kompelementif dari beberapa kualifikasi yang disebutkan dalam surat Al Ahzab ayat 35. Dipikir-pikir koq bener juga...
  2. Beberapa asumsi yang lahir saat merenungkan arti, Rabbi zid ni ilma...It shows, ilmu itu emang mutlak milik Allah..(Buktinya, yang ada istilah penemu, bukan pencipta, kalo mo dipaksaian pencipta, pasti cuma mentok jaala, bukan khalaqa)..Dan Allah bisa 'meminjam' tangan siapapun untuk menunjukkan ilmu pada hamba yang dikehendakinya. Bicara masalah kaya` gini, beliau kemudian mengutip salah satu kalimat dalam novel Alkemis yang kurang lebih sama dengan apa yang diungkapkan dalam film THE SECRET. Yaitu bahwa...JIKA KAMU MENGHARAPKAN SESUATU, MAKA ALAM SEMESTA AKAN BEKERJASAMA DAN MEMBANTUMU MERAIHNYA..Ujung-ujungnya aku malah semakin tergilakan dan terobsesi dengan impianku study abroad...Wallahul muwafiq, semoga kehendak Allah cocok dan sama dengan cita-citaku..
  3. Oya, tentang bakat. Sejuah ini kata beliau, psikologi sudah membakukan dan membekukan definisi umum bakat sebagai potensi yang terpendam. Beliau kemudian menawarkan definsi baru, yakni kesabaran dan ketekunan yang lama adalah BAKAT. Sebab potensi will be nothing tanpa ketekunan dan kesabaran. Ya, KETEKUNAN!! KETEKUNAN!! KETEKUNAN!! Dak perlu mengharapkan jadi orang yang pinter ato sukses mendadak emang...Ya dak?
  4. Ungkapan Ali bin Abi Thalib yang juga sudah lamaaaaaaaa banget mengendap di otakku, yaitu untuk lebih melihat esensi dari sebuah ucapan, bukan siapa yang mengucapkan. Beliau bilang, ne ada kaitannya dengan surat Yasin ayat 20. Dipikir-pikir kok juga bener
  5. Hmm..Selain Pak Indal yang TOP BGT retorikanya itu, dosen ini adalah dosen yang selalu mendorong mahasiswa untuk sedari awal memikirkan dan mempersiapkan judul skripsi...Kali ini beliau menantang kam untuk meneliti lebih dalam tentang kosa kata dabbah dalam Al-Qur`an..Ada prinsip tahid juga sich, di ayat 49 An Nur itu..Karena emang aku meyakini bahwa manusia juga termasu dabbah. Jadi semuanya sama. So, dak ada yang perlu disombongkan pada sesama dabbah. Ya dak?
  6. Tentang penafsiran Thaba` Thaba`i mengenai ayat la yamassuhu illa al muthahharun. Selama ini ternyata aku kurang mau berpikir ya, muthahharun itu khan isim maf`ul. Jaid artinya disucikan. So, pertanyannnya. kalo disucikan, siapakah yang mensucikan? Emang siapa yang punya otoritas mensucikan selain Tuhan? Apakah berwudhu` menjamin kesucian? Oya, begini kata Thaba` Thaba`i, hanya orang yang tersucikan hatinyalah (oleh Allah tentu) yang bisa menyentuh the deeper meaning of Koran. Keren khan? Emang selama ini, aku sering ngerasa ga ikhlas dan cape untuk wudhu` jika mau nyentuh Al-Qur`an. Namun belakangan aku sadar, ritual wudhu` itu, meski belum menemukan esensinya, bisa sejenak memberikan aku ketenangan...
  7. Tentang empat istilah yang termaktub dalam ayat 2 Al Maidah...Birr, Taqwa, Itsm, dan Udwan..Seperti pasangan namun dalam konteks yang berbeda, memiliki keragaman makna. (Bandingkan dengan wa lakin al birra man ittaqa..)
  8. Air, api, tanah, dan udara. Dan ceritanya yang menggelitik..Suatu hari, seorang perdana sebuah negara mengutus menteri sumber daya alam untuk meminjam cadangan api dari neraka. Sebab di bumi, BBM sudah langka dan kalopun ada, harganya selangit..Sang menteri pun berangkat dan menemui juru kunci neraka. Namun setelah menyampaikan keinginannya, juru kunci mengatakan bahwa dalam neraka, belum ada api..Sang menteri tidak percaya dan memaksa juru kunci untuk jujur. sebab ia yakin, Al Qur`an tidak akan pernah berbohong..Mengenai apapun, juga mengenai adanya api dalam neraka. Juru kuncipun menyuruh sang menteri masuk dan melongok sendiri ke dalam neraka.. Ternyata benar, tak ada api dalam neraka, sebab PENGHUNI NERAKA datang MENJINJING APINYA SENDIRI...
Hm...Akhirnya kelas harus diselesaikan sebab waktu memang sudah tidak mencukupi, dan ada beberapa teman yang harus mengikuti kuliah jam 09.20...Aku bahagia pagi ini, dengan segala pertanyaanku, dengan segala apa yang aku cari, dengan anugerah Tuhan yang telah memberikan aku ilmu lewat 'tangan-tangan' dosen, temen-temen, dan semua orang yang pernah kenal dan mengenalku...

Aku beranjak ke luar kelas...Otakku dipenuhi banyak hal yang ingin aku tumpahkan...Ya, larva yang berisi, kitab tafsir, kaidah bahasa, naratif, psikologi, bahkan..pagi ini telah mengantarkan sebuah nama yang sempat terbenam dalam ingatanku..Tentang dzauq dan ma`rifat..Dzauqi ma`rifatku yang jauh di sana...Ya, dia yang diam-diam kurindukan...

Allah Knows Best, dan semoga Allah juga muwafiq atas semua mimpiku..

Golput

What`s golpuT? Golongan putih? Lalu siapa saja yang tergolong golput? Mereka yang dak dapet surat suara seperti aku, ato orang yang surat suara tapi emoh berangkat ke TPS? (Karena sakit, capek, ada kepentingan laen, ato emang dak mau pergi karena males sama janji yang menurutnya selalu teringkari? ) Ato bahkan, TNI dan Polri yang emang bukan warga sipil sehingga dak berhak menyalurkan suaranya? Ok, mungkin salah satu atau beberapa prediksi jawaban ini bisa sedikit mencerahkan.

Tapi, mengapa harus (dengan bahasa) golput? Ada apa dengan putih? Kenapa bukan golongan abu-abu aja ya? (Kalo disingkat mungkin jadi dak ok kalee...)..Kalo pake putih, seolah-olah golongan itu adalah golongan yang pure, suci, dan tak bersalah..Tanpa dosa bukan. Bukankah itu behind the text dari kata ‘putih’ yang merupakan antonim dari warna hitam yang –meski katanya seksi- namun cukup menyeramkan? Singkatnya, putih biasanya diindentikkan dengan yang bae2, dan hitam sebaliknya. So, what must golPUT? Kalo emang bukan abu-abu (yang biasanya diidentikkan dengan netral), napa dak golongan hitam aja ya, untuk nunjukin bahwa golongan itu adalah golongan yang kurang responsible for their right?

Trus, what do you think about Golput? Loch, gimana aku bisa menjawab pertanyaan ini jika definisi, clear and distincnya aku dak tau...Mungkin ga baek kali ye...Konon katanya, tingginya angka golput menunjukkan tidak suksesnya pihak (yang merasa berwenang) untuk menumbuhkan kesadaran politik masyarakat secara luas..But, kembali aku akan bertanya, jika emang semua masyarakat di bumiku Indonesia tidak seharusnya golput, mengapa harus ada golongan (meski minoritas tapi masih bisa dihitung) yang justru dipaksa untuk membekam suaranya sebab ia memiliki kewajiban menegakkan dan menjaga keamanan? Tanya kenapa? Hak dan kewajiban, pilih mana?

Wong Cilik Ngomong Pemilu

Pemilu sudah terlewat. Quick maupun real count beberapa lembaga sudah berlomba menyajikan hasil penghitungan suara. Bagi semua orang, mungkin ada banyak hal yang tersisa dari pesta rakyat kali ini. Tidak tekecuali aku yang bahkan tidak melihat bagaimana sempitnya bilik pencobolosan dengan surat suara yang demikian lebar. Inilah beberapa cuplikan percakapan temen-temen kosku yang baru saja pulang untuk memberikan hak suaranya.

Teman I: Dari rumah aku sudah niat mau pilih yang mana. Aku didoktrin ma seorang familiku untuk memilih salah seorang calon legilslatif. Yauda aku nurut aja. Namun sampai di bilik suara, mataku tiba-tiba kabur melihat bejibunnya nama dan wajah mereka. Aku sama sekali lupa dengan orang dan nama yang ingin aku pilih.. Blas. Dan aku tak mau berlama-lama di dalam. Gengsi lah, masa anak muda lama banget di dalam. Nyaingi orang yang uda rabun aja...Yauda, aku pilih aja yang wajahnya cakep..

Teman II: Tetanggaku yang uda lansia bertanya pada seorang petugas di tempat pemungutan suara. Mana yang harus dia pilih. Petugas itu agaknya tidak bisa menyembunyikan lelahnya dan akhirnya uring-uringan pada seorang tua tadi. Ia pun kemudian berkata, “Pilih yang brewokan aja, Pak..Biar mantep”, ucapnya ketus.

Teman III: Biliknya terlalu kecil untuk surat suara selebar itu..Banyak kali pula, empat kertas yang harus dibuka...Trus asal kamu tau, ukurannya gueeeeeeeeeeeeeeede banget

Teman I Masih inget khan, ketua KPU pernah nyuruh masyarakat untuk ngerpek nama c lon yang akan dipilih..? Bener lho, ternyata....ribet pooool..Andai kamu juga dapet kesempatan milih, dak mungkin dak bingung poko`e

Teman III: Aku wis dak mikir panjang. Pilih yang ayu aja...uda cukup meyakinkan... Dibanding harus shalat istikharah di dalam tow? Yang ada hanya aku malu-maluin..

Percakapan di kamar sederhana itu pun terus berlanjut dengan topik koalisi dan semacamnya..Yang mungkin tidak perlu dipublikasikan secara luas di media ini...Aku mendengarkan serunya percakapan itu sambil asyik dengan rasa pedas di lidahku yang memeras percikan air mata dari sudut mataku. Sesekali aku menimpali. Sebelum keluar dari forum kecil itu, aku sempat berpikir...Alangkah beruntungnya caleg yang dianugerahi wajah yang menarik dan menyedot simpati banyak orang; termasuk orang yang belum pernah mengenal dan membacanya.

Aku pun lalu teringat dengan dua suasana yang pernah aku alami saat dua familiku (dalam even dan setting yang berbeda) nyalon kepala desa. Dua hal yang berbeda; kekalahan dan kemenangan. Ajaibnya, dua momen itu sama-sama dihiasi dengan air mata dan isak sedan. Saat itu aku masih kecil dan belum mau terlalu berpikir atas kebingunganku.. Aku mendengar selentingan bahwa dua familiki itu sama-sama menanggung beban hutang yang demikian melimpah..Untuk membeli kemenangan maupun kekalahan mereka.

Kalo untuk menjadi lurah saja begitu, bagaimana getirnya perjuangan yang harus dilewati calon legislatif pemilu kali ini ya? Aku ngeri membayangkan jumlah nominal yang terlalu melambung tinggi...Ngeri membayangkan perang dan monolog batin mereka yang bimbang dan ketir, ditarik dua kutub yang saling berketegangan; bimbang dan yakin, optimisme dan pesimisme..

But overall, aku masih yakin ada keinginan tulus untuk menyumbangkan keringat mereka demi kepentingan bersama. Namun, semoga janji dan niat suci yang s4 terutarakan di beberapa kampanye itu tidak berubah (menjadi ksatria baja hitam) saat apa yang dituju uda bisa digenggam. Dan untuk yang belum beruntung (presenter dari Hongkong nech, gayanya...), semoga masih bisa survive and enlighted..Tentunya juga, semoga prediksi RSJ meleset sepenuhnya...

I SUPPORT YOUR RISING..karena, seperti katanya Confucious, THE GREATEST GLORY IS NOT IN NEVER FALLING, BUT IN RISING EVERYTIME WE FALL. Tapi aku jadi inget kata-kata Adel, “Emang, Kak, teorinya, kita harus belajar dari kesalahan dan kegagalan..Tapi kenapa materi pelajarannya terlalu banyak. Sedangkan outcomenya dak muncul-muncul. Moso aku harus belajar terus?”

Minggu, 12 April 2009

Mimpi itu..

Hari ini bu Inayah dak ngeclass. Digantiin ma alumni uy yang baru dateng dari Leiden. S2 di sana. Ambil Islamic Studies..Namanya Saifuddin Zuhri anak Bondowoso...

Perbincangan sesaat dengannya cukup bisa membangunkan mimpiku untuk study abroad..Paling tidak untuk S2 besok. Namun mampukah? Hfhh..Ada berjuta beban rasanya di pundakku, kalo inget mimpi itu...Bagaimanapun, aku merasakan bahwa dorongan itu sangatlah kuat. Aku dak tau kapan dan bagaimana ia datang..

Dia bilang kalo ada tiga hal yang harus dipersiapkan untuk study abroad. Dua di antaranya terkait dengan research (penelitian) dan satunya TOEFL. Secara minat, aku suka Bahasa Inggris namun kemauan itu belum banyak terbukti. Tapi kalo research, aku bener-bener belum mendalaminya..Selain aku gagap buku, aku juga dak punya pengalaman dan sering dak dengerin dosen Metopenku..

Ya, seperti katanya...Masih ada banyak waktu untuk melakukan banyak hal..Dan kesempatan itu tidak akan pernah menghampiriku jika aku dak bisa mengusahakannya. Dengan segala keterbatasannya (utamanya ekonomi), dia akhirnya sukses ke abroad. Jadi bukan tidak mungkin aku bisa meniru dan mengikuti langkah suksesnya...

Dan semua, akhirnya hanya akan bermuara pada satu hal, seperti yang pernah dikatakan Fayyadl, 'ketekunan adalah segalanya'..Tidak perlu menunggu keajaiban jika tak pernah belajar untuk tekun..

Ah, semoga saja...Cerita-cerita sukses dosen, temen, dan semua orang yang sukses di abroad tidak hanya akan mengawang-awang dalam inginku...Allah Knows Best

Senin, 06 April 2009

Portofolio today

Wali dan Mahar dalam Nikah
Oleh Masyithah Mardhatillah (07530003)

A. Wali Nikah
‘Kebijakan’ hukum fiqh yang mewajibkan adanya wali dalam suatu pernikahan pada pihak wanita dan tidak pada pihak pria memang terkesan bias gender. Namun agaknya, penyimpulan yang terburu-buru ini bisa diminimalisir dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut. Misalnya dengan mengingat hikmah di balik adanya syarat wali dalam satu pernikahan. Syarat ini menjadikan pernikahan (yang dalam Al-Qur`an dibahasakan dengan mitsaqan ghalidza) dilakukan dengan penuh pertimbangan, tidak `asal jadi dan asal suka`, dan disertai persetujuan beberapa pihak terkait. Kehadiran wali juga menandakan adanya restu dari orang tua kedua mempelai.

Karena itulah, hal ini juga menjadi alasan mengapa hakim menempati hirarki alternatif terakhir yang baru boleh dipakai jika wali seorang perempuan benar-benar berhalangan. Kehadiran wali dalam akad nikah selain merupakan suatu perwujudan restu, juga memiliki makna yang cukup substantif. Wali seorang perempuan menyerahkan tanggung jawab dan sepenuh kepercayaannya pada mempelai laki-laki yang akan menjadi pemimpin putrinya. Dengan demikian, wali kedua belah pihak memang seyogyanya hadir dan menyaksikan akad nikah. Masing-masing wali tersebut hadir untuk memberikan restu, meski wali seorang perempuan memiliki peran yang –katakanlah- lebih penting.

Secara etis, kehadiran wali dalam akad nikah ini tidak hanya menjadi formalitas. Untuk memasuki kehidupan baru, seorang anak sudah sewajarnya meminta restu dan do`a dari orang tua yang telah membesarkannya. Hal ini diharapkan dapat mempermudah kedua mempelai dalam menjalani kehidupan rumah tangga dan mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Sebab itulah dalam sebuah hadist yang cukup populer, Rasulullah menegaskan, لا نكاح الا بولي (tidak ada pernikahan –yang sah- tanpa adanya seorng wali). Saya beranggapan ada dimensi syariat, barokah, dan etika dalam hadist Nabi tersebut.

Selain itu, adanya kewajiban wali dalam Islam juga memiliki akar historisitas tersendiri. Pada masa jahiliyah, wali berkuasa sepenuhnya atas keberadaan seorang perempuan, utamanya dalam masalah pernikahan. Seorang wali berhak mengatur segala urusan yang berhubungan dengan pernikahan anaknya, dari urusan memilih calon mempelai hingga kepemilikan mas kawin. Seorang wanita tidak memiliki kesempatan untuk memilih calon pasangannya dan ia pun tidak berhak mengelola mas kawin pernikahannya.

Islam sebagai syari`at yang menyempurnakan dan merupakan paripurna dari segala syariat sebelumnya kemudian mengadakan perubahan substansial dalam hal ini. Syariat Muhammad masih menetapkan adanya wali sebagai syarat sah suatu pernikahan, namun dengan mengubah beberapa hal. Semisal adanya perintah untuk menanyakan persetujuan calon mempelai wanita dan kepemilikan mas kawin yang sepenuhnya diserahkan pada wanita.
Adapun kualifikasi seorang wali adalah status sebagai keluarga dekat yang memiliki hubungan darah. Semisal ayah, kakek, saudara kandung, dan paman. Alternatif kedua adalah keluarga yang juga masih memiliki hubungan darah akan tetapi sudah cukup jauh dari silsilah keluarga. Sedangkan alternatif terakhir adala hakim. Hirarki tersebut ditarik dari kesimpulan umum mengingat ada perbedaan pendapat yang cukup tajam di kalangan fuqaha`.[1] Alternatif yang disebutkan dalam hirarki tersebut berlaku jika golongan wali yang berada dalam hirarki di atasnya berhalangan hadir karena beberapa sebab.

Bias gender agaknya juga tampak dalam kualifikasi wali nikah ini. Wanita tidak boleh menjadi wali. Barangkali, larangan Rasulullah ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan bangsa Arab saat itu yang masih meng-underestimate-kan kaum wanita. Hal ini misalnya tampak dalam jumlah wanita yang menjadi saksi suatu proses peradilan yang berbanding 1–2 dengan laki-laki. Dalam salah satu bedah buku, Sahiron Syamsuddin menegaskan bahwa hal tersebut dilatarbelakangi dengan keadaan sebelumnya yang sama sekali tidak diberikan hak dan kesepmatan memberikan persaksian.[2] Sederhananya, saat itu wanita dikhawatirkan belum berpengalaman dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang persaksian. Sehingga, ia butuh seorang teman untuk belajar dan berproses bersama.

Saya rasa ada sinkronitas antara kasus persakian dengan kualifikasi wali ini. Namun, upaya untuk meng-goalkan kualifikasi perempuan dalam wali nikah agaknya masih memerlukan proses yang cukup panjang.

B. Mahar (Mas Kawin)
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa pada masa Jahiliyah, mahar seorang wanita diserahkan pada walinya, sehingga ia memiliki keterbatasan (atau bahkan tidak memiliki) hak untuk memberdayakan mas kawinnya tersebut. Dalam hal ini, Islam merespon dengan teknik taghyir, yakni menetapkan pemberian mas kawin dalam suatu pernikahan namun dengan beberapa perubahan yang cukup esensial. Tengoklah misalnya surat An-Nisa` ayat 4 berikut;
(#qè?#uäur uä!$¡ÏiY9$# £`ÍkÉJ»s%߉¹ \'s#øtÏU 4 bÎ*sù tû÷ùÏÛ öNä3s9 `tã &äóÓx« çm÷ZÏiB $T¡øÿtR çnqè=ä3sù $\«ÿ‹ÏZyd $\«ÿƒÍ£D ÇÍÈ
Ayat ini cukup menggambarkan bahwa Islam menghendaki terangkatnya derajat kaum wanita, dari yang semula tidak sama sekali berhak pada mas kawin pernikahannya menuju derajat di mana wanita memiliki hak sepenuhnya terhadap barang yang menjadi mas kawin pernikahannya. Ayat ini juga menggambarkan fleksibilitas pendayagunaan mahar, yakni kebolehan seorang suami untuk (ikut serta) mengelola mas kawin tersebut dengan idzin dan restu dari isti sebagai pemilik sah mas kawin tersebut.

Terkait dengan substansi mahar, saya beranggapan bahwa mas kawin merupakan suatu pemberian yang diberikan calon suami kepada calon istrinya. Hal ini dilakukan untuk menyenangkan dan menghibur hati calon istri yang barangkali gelisah untuk memulai sebuah kehidupan baru. Saya lebih mendukung fuqaha` yang mengatakan bahwa mahar bukanlah ‘harga tukar’ suami pada isteri yang telah menyerahkan jiwa raganya. Sebab pada dasarnya, pernikahan bukanlah suatu lembaga untuk mengangungkan budaya patriarkhi yang menempatkan perempuan pada posisi kedua. Setidaknya, hal ini bisa disimpulkan jika melihat ayat yang mengatakan bahwa isteri adalah pakaiain (pelengkap) bagi suami dan begitu juga sebaliknya. Hubungan suami-istri bukanlah hubungan yang subordinatif, namun lebih merupakan hubungan yang komplementif.

Hal yang juga menguatkan asumsi saya atas hal ini adalah adanya sebuah hadist yang mengatakan bahwa wanita terbaik dalam hal ini adalah mereka yang menentukan mas kawin yang ringan dan tidak memberatkan bagi suami. Praktik ini menampakkan adanya toleransi dan rasa pengertian dari pihak wanita kepada keadaan pihak pria, utamanya dalam masalah ekonomi. Akan tetapi, jika pihak suami memiliki kesanggupan finansial untuk memberikan mas kawin yang cukup berharga, maka dalam hal ini, saya rasa istri sah-sah saja menetapkan mahar yang juga cukup ‘mahal’.

Adapun teknis-teknis seputar mas kawin ini, seperti tidak adanya batas minimal mas kawin dan kebolehan tidak memberikan dan atau menyebutkan mas kawin dalam akad nikah, serta konsep mahr mitsl, dalam hemat saya erat kaitannya dengan tujuan dasar pemberian mas kawin ini. Yakni memberikan kebahagiaan material kepada pihak wanita tanpa harus memberatkan finansial pihak lelaki. Sejarah mencatat bahwa pada masa Rasulullah, beliau sama sekali tidak memberikan kualifikasi mahar yang memberatkan pihak lelaki. Para sahabat bahkan disuruh menikah dengan mahar yang sangat sederhana, semisal baju perang, dua sandal, masuk Islam, bahkan dengan membaca sebuah surat dalam Al-Qur`an.

Dengan demikian, bisa dikatakan tidak ada kualifikasi khusus tentang mas kawin dalam suatu pernikahan. Syarat mas kawin hanyalah sesuatu yang bermanfaat. Dan ukuran manfaat dan tidaknya ini bergantung pada selera dan pandangan masing-masing. Kita lihat misalnya dewasa ini, beberapa kalangan terkadang memilih mas kawin yang aneh dan antik, semisal jumlah uang yang sama dengan tanggal pernikahan, dan sebagainya.

Saya kemudian berkesimpulan bahwa beberapa event saat Nabi ngotot menyuruh para sahabat untuk menikah dengan mas kawin seadanya adalah suatu isyarat pentingnya pernikahan. Dan arti penting ini tidak seharusnya terhalangi karena ukuran material dalam hal kewajiban memberikan mas kawin. Apalagi, Allah telah menjamin rizki orang-orang yang menikah. Allah Knows Best
Jogja, 7 April, 2009, 07.47.
[1]Lih. Sayyid Sabiq, Fikih Sunah terj. Moh. Thalib, (Bandung: Al-Ma`arif, 1982), hlm. 10-14.
[2]Syahiron Syamsuddin, dalam bedah buku Is Islamic Law Secular? Penerbit: Nawesea Press di Teatrikal UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 18 Maret, 2009.

Minggu, 05 April 2009


Rihanna Umbrella Lyrics Featuring: Jay-Z LyricsJay-Z:
No clouds in my storms
Let it rain I hydroplane into fame (Eh eh)
Come'n down with the Dow Jones
When the clouds come we gone
We Rocafella (Eh eh)
She fly higher than weatherA
nd she rocks it better
You know meAn anticipation for precipitation
stacks chips for the rainy day (Eh eh)
Jay, rain man is back with lil Ms. SunshineRihanna where you at?

Tak ada awan dalam badaiku
Namun biarkanlah hujan itu datang
Aku mencampur air dengan wewangian semerbak
Kita kehilangan Dow Jones
Saat awan muncul, kita akan mencari perlindungan
Kami Rocafella
Dia terbang melebihi udara
Dan melaju lebih cepat bersamanya
Kau mengenalku
Sebuah persiapan menyambut hujan
tumpukan kepingan untuk sebuah hari yang hujan
Jay, lelaki hujan telah kembali dengan terbitnya matahari
Rihanna, di manakah, Engkau?

[VERSE 1]
You had my hearta
nd we'll never be world apart
Maybe in magazines
but you'll still be my star
Baby cause in the Dark
You can see shiny Cars And that's when you need me there
With you I'll always share
Because

Kamu tlah memiliki hatiku
dan kita tidak akan pernah dipisahkan dunia
Mungkin hanya dalam surat kabar
Namun kau akan tetap menjadi bintangku
Sayang, sebab dalam kegelapan pun
Kamu bisa melihat mobil yang bersinar
Dan saat Kau membutuhkanku,
Aku akan selalu ada untukmu
Karena

[CHORUS]
When the sun shines
We’ll shine together
Told you I'll be here forever
Said I'll always be your friend
Took an oath
I'mma stick it out 'till the end
Saat matahari bersinar
Kita akan bercahaya bersama,
Dan aku akan katakan,
Aku akan selalu ada untukmu, selamanya
Aku bersumpah
Aku akan tetap menjaga janjiku sampai kapanpun,
Aku akan selalu menjadi sahabatmu

[VERSE 2]
These fancy things,
will never come in between
You're part of my entity
Here for Infinity
When the war has took it's part
When the world has dealt it's cards
If the hand is hard
Together we'll mend your heartBecause ...

Hal spesial ini
Tidak akan pernah bercerai dan terpisah
Kamulah bagian dari keutuhanku
Di sini, untuk sebuah kekekalan
Saat dunia diwarnai perang
Dan dunia sibuk memperdagangkan kartunya
Dan saat tanganmu sulit menggapai,
Kita bersama-sama akan menyanggah harimu...
Karena...

Now that it's raining more than ever
Know that we still have each other
You can stand under my Umbrella
You can stand under my Umbrella

Sekarang hujan turun deras sekali
Namun kita tetap saling memiliki
Kamu bisa berdiri di bawah payungku
Kamu bisa berlindung di bawah payungku

[BRIDGE]
You can run into my Arms
It's okay don't be alarmed
(Come into Me)
(There's no distance in between our love)
So Gonna let the rain pour I'll be all you need and moreYeah
Read let's go look....
Because ...

Kamu bisa berlindung dalam pelukku,
Tidak apa, tak usah gelisah..
(Datanglah padaku)
(Tidak ada jarak yang memisahkan cinta kita)
Lalu biarkan hujan itu bercucuran
Kau dapat mengandalkanku kapan pun kamu butuh.

Most of us maybe has known this song...This song is sung by Rihanna. First, I didn`t like to listen the song because I thought the rythm is so fast and I couldn`t understand it anymore. But some days ago, I found the lyric of this song from the flashdisc of my classmate`s girried. Then, I pasted it into my PC and I also downloaded the song from the internet. After getting the lyric and the file of song, I have been interested in this song. Nowadays, ussually in the morning, I sing by my self loudly in front of my PC by reading the lyrics. I fell that there is a challenge to me dominating this song because the rythm is so fast but the meaning of this song is so deep. It tells about the power of friendship; the relation we have.

I feel happy learning this song..I can improve my speaking and translation skill doing this. Actually, when I was sitting in Junior high school, I was used to translate Indonesian song into English languange. I know that I love music (pop) so much, so I try to love English by the pop music. Alhamdulillah although the activity didn`t hapen too long, I could take some little advantages to improve my English skiil. Last, I think that whatever I do today, I will get the result tomorrow. There`s no wonder because everything must be gotten from the effort, pray, and hard work. Allah Knows Best

Note to Mrs. Inayah: Several days ago, I visited your blog on blogger. I forget the tittle of blog. Maybe it is ‘Keep Doing the Best’ or whatever. I red your writting about the choice of polygamy and monogamy based on the tought of Asghar Engineer (If I am not mistaken). It is an interesting writting and I will use it as the reference of my paper which will be presented next week in Mr. Baidowi`s subject. Thank you for all.

Translated and written by: Masyithah Mardhatillah (07530003)
(Hehehe..Dari semalem aku nyelesain tugas ini. Jadi tiap Senin jam 09.20, aku harus numpuk weekly assignment ke dosen Reading textQ yang enerjik dan keren abis itu...Mrs. Inayah Rohmaniyah)..Aku ga ngerasa ada tuntutan dua ton apalagi beban. Aku sepenuhnya enjoy dengan keadaan dan rutinitas satu ini. Meskipun toh Bu Inayah belum memberiakn review. saran, ato apalah untuk tugas-tugasku, namun aku yakin..Ga akan pernah ada yang sia-sia. Tinadkan sekecil dan sespele apapun...Semoga Tuha menjawab mimpi-mimpi gilaku..Amien...

Happy Birthday ZY

Zy, kamu di mana sekarang?
Bagaimana? Dan dengan siapa?
Aku tak yakin kau masih mengingatku..
Namun apapun adamu,
aku tak pernah lupa
segala hal tentangmu..
Termasuk hari ini, ULANG TAHUNmu..Entah yang keberapa...
Dari jauh, Zy..
Aku panjatkan do`a
Semoga Engkau masih berharap dan berdoa
untuk sebuah kemenangan yang kauramu bertahun lamanya...
Untuk dia..
Fitriamu di sana..

Masih Pemilu

Kata-kata orang yang seringkali aku spelekan tak jarang banyak benernya, seperti beberapa cuplikan berikut...
  • Ya, seperti mau jadi dokter. Sekolahnya khan mahal. Jadi dak salah jika kemudian ongkos ke dokter juga sangat melambung tinggi...
  • Lelaki pekerja dengan legamnya: Sama aja dengan pemerintah..Mereka yang mau jadi khan modalnya banyak. Buat daftar, buat bayar kaos, poster, sound system kampanye...Jadi dia harus korupsi memang, untuk bisa melunasi semua hutangnya saat kampanye..
  • Kadang juga ketika masa jabatannya habis, hutangnya masih belum terlunasi..Belum sempat dia korupsi...

So what Pemilu donk, kalo gitu? Jika memang (hampir semuanya) begitu, masih adakah sedikit tempat untuk menggantungkan harap? Allah Knows Best

PEMILU

General election, Pemilu, Petto`an, Coccoan, or any other word adalah istilah untuk menggambarkan sebuah lokasi, dengan beberapa petugas berseragam, beberapa kamar pemilihan, dan atribut-atribut lain yang hampir dipastikan akan selalu ada di setiap event, semisal petugas kemanan, tim sukses, dll dll
Pemilu 2009 uda di depan mata..Mataku sudah lelah melihat warna-warni baliho di beberapa tempat yang cukup mengganggu kebersihan dan keindahan..Berita di koran dan televisi juga serempak mencomot Pemilu sebagai headline dan berita paling marketable..
Ini Pemilu pertama bagiku..Sebab lima tahun lalu, aku belum cukup umur dan kalo pun aku menggunakan hak suara, aku menggunakan surat suara orang yang tak kukenal. Alasanku waktu itu, ingin keluar pondok dan menyakiskan sendiri event yang dibilang pesta demokrasi ini..Memang pesta. Sebab setelah pesta usai, tak ada lagi dentuman kembang api dan bunyi terompet..Yang ada hanya hutang, kelelahan karena harus bersih-bersih properti pesta, dan..any other yang pastinya melelahkan..(Tak salah jika RSJ-RSJ menyiapkan ruang khusus untuk caleg yang gagal...)
Sayang, taun ini, agaknya aku tidak punya kesempatan untuk menjadi pemilih tetap. Bukan karena aku tidak cukup umur, bukan pula karena aku emoh ato golput. Namun karena aku tak berkesempatan (atau bahkan tidak berhak) untuk mendapatkan surat suara. Sebab aku ada di tanah rantau, dan aku tak kekurangan alasan untuk TIDAK mengurus administrasi surat pindah dll agar bisa berpartisipasi... Apalagi harus pulang ke rumah dalam rangka PEMILU?
Aku bersyukur jika ada anggota KPU dan ato KPUD yang nyasar ke blogku dan membaca sedikit saja satu suara dari ribuah hasrat yang juga ingin berperan meramal nasib bangsa ini ke depan..
Meski memang, jauh di balik segala wacanaku, aku masih bingung, membaca dan memilih wajah mana yang bener-bener tersenyum tulus tanpa menyimpan seringai...Yang tidak hanya bisa memberiku janji, namun memberikan lebih dari itu semua...(Tidak perlu sebuah bukti, cukup satu usaha untuk mewujudkan janji dan tidak menyumbar telinga nurani)

Jumat, 03 April 2009

Untuk Nick


Nick,
masihkah Engkau menyimpan
surat-surat lusuh yang kukirimkan
dengan terburu-buru
namun selalu kusisipi makna yang dalam?
Sedalam kenangan pendek yang telah Kausemayamkan?

Masihkah Engkau menghafal
ritme tangisku yang tak pernah aku alirkan pada matamu?
Seperti ketika Engkau bercerita
betapa ramahnya dunia
jika kita mau mengakrabinya,
dan begitu menakjubkannya hati,
;sebagai tempat paling luas namun
hanya bisa menyimpan satu cinta

Dan masihkah,
Engkau mengenalku
sebagai seorang pesakitan
yang mengharapkan miracle
di tengah hal yang kausebut
bukan tidak mungkin namun sangat sulit?

Nick, hingga hari ini,
peti emas yang Kauselipkan
dalam iga jiwaku masih utuh dan penuh,
tak ada yang berubah dalam genangan air mata
dan cipratan tawaku..
Bagaimana denganmu?

Terakhir, Nick...
semoga Kau tetap mampu
membahasakan tangis dan dukamu
dengan semua gemerlap gemilang yang kauukir

Haikal Barok Ma`sum


Keren khan, namanya? Ya, sekeren orangnya...Haki (demikian nama panggilannya) adalah tetangga kosku. Dia adalah cucu seorang pengasuh pesantren yang cukup terkenal di daerahku...Tiap berangkat pulang kul, aku pasti lewat depan rumahnya dan sesekali bertemu dia. Haki masih baby, aku dak tau jelas berapa umurnya...Yang pasti, selain enak karena bisa digendong dan diculik siapapun tanpa sedikitpun komplain ataupun tangis, anak ini juga gemesnya minta ampun...


Percaya dak percaya, BT-ku keseringan ilang saat uda bermain-main dengannya. Meski dak jarang aku dicuekin, tapi gemesnya bisa bikin aku sedikit bisa melupakn BT-ku...Untuk kemudian tersenyum dan menanggapi tingkahnya yang ingin diperhatikan..Kembali mengingatkanku dengn masa kecil yang tidak banyak lagi aku inget..Dan kembali mengenang tangan-tangan Tuhan lewat keluarga dan semua orang yang telah berbaik hati membesarkan aku serta menemaniku menghabiskan masa kecil...


Haki ada salah satu bayi dengan kulit seputih susu yang pernah aku lihat..Dia juga imut sebab sepasang matanya, hidung, dan mulutnya sama-sama kecil..Matanya tidak sipit namun kecil. Mata yang ia warisi dari Ibunya..Haki juga memiliki kriteria gemuk yang menyempurnakan statusnya menjadi IMUT BABY..Sekilas, ia tampak seperti Boboho. Sayangnya ia tidak pernah menggunakan properti kacamata item bulat seperti oboho..Jadi kemiripannya dengan Boboho hanya mengawang di batas anganku...


Selain aku, siapapun yang menyukai anak kecil juga tidak bisa tidak untuk jatuh hati pada anak ini. Bahkan temen-temen cowok yang kerap berkunjung ke kosku juga sempet mengutarakan lucu dan imutnya anak satu itu..Rido pernah mengabadikan senyum Haki di kameranya..
Temenku satu lagi berbisik, "Aku tak ingin Haki cepat besar..Biarlah dia begini..Tambah besar biasanya tak lucu lagi dia..", ucapnya. Sepintas aku setuju..Namun, bagaimana jika ia tak segera besar dan berkembang seperti biasanya? Tidakkah hal itu adalah sesuatu yang cukup fatal?? Pada akhirnya aku tertawa saja..Menyadari satu lagi paradoksa dalam kehidupan..Di mana manusia, saat tengah berada dalam keadaan yang baginya menyenangkan, ia akan sangat berat untuk melewatkan masa itu..Seperti ia juga sangat terburu-buru untuk menyudahi suatu fragmen yang dianggap menyusahkan dan penuh dengan keterbatasan...


Namun, percaya atau tidak, masa-masa keterbaatasan dan kesulitan justru akan menjadi sangat indah dan manis untuk dikenang..Setidaknya bagi mereka yang menjadikan keterbatasan itu sebagai cambuk untuk terus melangkah...

AKU DAN FLASHDISC-FLASHDISCKU

Beberapa komentar kozmate DAN classmate ku tentang flashdisc

Eva: Coba diMissedcall dch..Kamu tu masih muda kok uda kebangetan pikunnya...Abiz dari tv kamu ke mana lagi? Coba dech, inget-inget...

Mawach: Wah, Ita..Dak jadi dwonk, kita kembaran..Tar kalo uda ketemu dikasih gantungan ya,,,biar gak mudah ilang lagi...

Mimin: Sudah dicari di sela-sela buku, pakaian, di saku-saku baju?

Tin-ting: Wah, aku dak liat, Jeng...Cari aja di sini..Dak mungkin ke mana- mana kalo ilangnya emang di kos...

Yuda: Wah, Bak Tata...Flashdisku juga ilang, e, Mbak...

Bak Ika: Sayang ya...Kalo uda ilang..Punyaku kemaren juga gitu. File-filenya ilang juga...Wis ga da harapan lagi kalo flash uda ilang...

Bak Ima: Di sini ada, tapi kingstone empat giga milikku, Dk...

Jeng Holic: Kamu terakhirnya inget taruh di mana?

Mumun: Aku jadi inget flashdiscku yang mpe sekrang dak ketahuan rimbanya...Senior-seniorku tu payah, minjem flash dak bertanggungjawab.. Malah akunya yang dimpimpong...

Umi Revi: Ita, kok flashdisnya bukan yang b1n74ng lagi?

Are You: Itu flashdismu yang kemaren uda ketemu? Sabar ya, Beibeh...

Dan beberapa lain yang kerap menerima tanya dan bingungku, "Liat flashdisc kingstone item empat giga dak? Dak ada gantungannya...Masih bagus barangnya"...atau, "Flashmu dipake dak? Mo pinjem bentar nech, tugasku tak print dan tak tumpuk abis ini..Tar langsung tak balikin ya..."

Ya, flashdisc yang aku beli tidak genap satu tahun itu cukup bikin aku kelabakan paz kemaren ia sempet keselip dan aku dak tau itu keseli di mana. And surely, selama kurun waktu itu, aku jadi kebingungan setengah mati..Untuk menggilir temen-temen koz yang akan kupinjami flashdisc..Untuk meredam rasa sungkanku pada mereka yang..dengan berbagai ekspresi kemudian memberikan vonis padaku...

Bener kata ibu-nya unyil, flashdisc itu ibarat nyawa..Ke mana-mana pergi, harus dibawa..Apa gunanya browsing downloading tiap hari kalo dak bisa dipindah ke PC dewe via flashdisc? Bagaimana repotnya mengejar deadline sebuah tugas yang belum bisa segera terprint sebab masih cari pinjaman flashdisc? Bagaimana kemudian saat seorang dosen menyajikan kuliahnya dengan power point dan mahasiswa harus segera menguasai materi dengan mencop paste ppt (slide) penjelasan dosen? Lalu bagaimna saat mendapat email dengan attachment dan tak bisa segera membacanya di PC karena tak mengantongi flashdisc? Bagaimana repotnya, dan bagaimana tidak menyenangkannya...

Tak ada guna rasanya punya PC atau laptop jika tak mengantongi flashdisc..Yang ada datanya kosong dan hampa makna..(Seperti kejadian yang kualami)...
Aku mengenal barag dan nama flashdisc saat kelas III MAK. Aku lupa flashdisc siapa yang pertama kali aku lihat..Milik Cak Tabri atao milik Pak Nanang. Yang jelas saat itu, di Melati Computer kediamannya Neng Achoe, aku tak habis takjub melihat barang sekecil itu bisa menyimpan lebih banyak data (setidaknya dibanding disket yang sebelumnya aku kenal) dan berkelap-kelip pula saat ditancepin ke CPU...

Nyampe Paiton, aku kemudian tahu bahwa ada yang lebih keren dari flasdisch..yaki MP3. Selaen bisa nyimpen data, barang satu itu juga bisa nyimpen lagu dan bisa didengerin langsung pake headset. Kemudian ada MP4 dan MP5, entah seri MP ini akankah berkelanjutan atau tidak, aku kurang tahu juga...

Nach di Jogja, aku sempet cukup lama megang flashdisc temen pondokku yang kebetulan tak pinjem untuk keperluan memindah file-file penting...Dan karena sesuatu dan lain hal, aku akhirnya mutusin untuk beli flashdisc di sebuah rental..Tepatnya sebelah barat Kopma. Harganya enam puluh ribu, aku lupa berapa ukuran memorinya..Yang jelas dak sampe satu giga. Tapi saat itu, memiliki flashdisc adalah satu kebanggaan bagiku. Meski aku gak faham bener apa merk dan kualitas flashdisc itu...

Sayang kemudian flashdisc itu terpaksa harus kurelakan sebab jatuh di saku celana yang bolong paz aku ke luar kota..Aku baru menyadarinya saat sudah kembali di Joga..Tidak mungkin rasanya aku balik ke kota itu hanya untuk menemukan flashdiscku...Mungkin bisa diibaratkan dengan mencari jarum dalam jerami..Hampir bisa dibilang tidak mungkin...Akhirnya aku relakan saja dan tetap mencoba bertahan hidup dengan flashdisc pinjeman, temen kos, temen kelas, bahkan seniorku semisal Mas Agus.

Aku inget saat gajian (entah proyek yang keberapa dan gajinya berapa), aku nyempetin beli flashdisc di Ramai CC. Aku lupa tanggal berapa..Namun itu terjadi beberapa hari sebelum aku mudik ke Madura abis semeter genap..Sayang waktu itu lagi pameran di JEC, jadi aku kurang bisa liat perbandingan harga dan ahirnya, aku putusin untuk beli flashdisc dua giga merk vandisk seharga 85.000 (sampe sekarang mungki notanya masih ada)..

Aku pulang ke rumah dan gak lama, flashku itu diminta adik cowoku, Elton. Aku dak bisa menolak permintaannya karena ada beberapa alasan. Ya, paling tidak, aku bisa memberikan sesuatu yang bisa membuatnya bahagia dan bermanfaat serta (dalam bahasa Elton: Bisa dibikin gaya-gayaan)..Aku akhirya balek ke Jogja, beberapa hari sebelum Ramadhan...Tapi, sebelum ke Jogja, aku masih nyempetin ke Surabaya, ke tempat om-om dan pondok temenku; Lia..Awalnya aku tak menyangka akan tinggal cukup lama di Surabaya. Namun waktu itu, aku diasyikkan oleh keadaan di rumah Om Mahir. Keluarga yang hangat, sepupu yang nakal-nakal namun cerdas, dan dua orang seusiaku yang menjadi tempat paling enak untuk menghabiskan waktu..Bidan Riska dan Mbak Aza..

Beberapa hari sebelum akhirnya aku meninggalkan Surabaya (Sidoarjo), aku sempet nemenin sepupu-sepupuku (Ifda dan Falik) ke alun-alun Sidoarjo. Lagi ada pasar raya rasanya. Rame banget..Abis dari alun-alun, kami mampir ke sebuah toko komputer dan ahirnya, dengan beberapa pertimbangan, aku kembali membeli flashdisc kingstone empat giga item seharga 130.000..Sebelumnya aku uda muter-muter cari flashdisc pesenan ksatria, merknya Nexus ato apa gitu, aku lupa...Tapi ga ada toko yang menjual flashdisc itu..

Waktu itu aku bale langsng sibuk di OpaK. Gaya-gayaan banget punya flashdisc empat giga waktu itu..Masih sedikit orang punya...Alhasil flashdisku digereng ke mana-mana untuk keperluan file Opak dalam jumlah gede..Tapi aku juga dak kalah santer wanti-wanti semua panitia agar memperlakukan flashdiscku dengan sebaek-baekny..

Well, berarti sejak semeter tiga mpe sekarang, flashdisc itu telah setia menemaniku.. Print tugas, baik makalah ato portofolio, download bahan proyek, ngirimi naskah final proyek, untuk keperluan kuliah juga, nyimpen file-file foto yang bisa segera aku upload atopun untuk memprintnya di sekretariat saat ada kesempatan, dan beberapa jasa lain yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu di sini...

Namun beberapa hari yang lalu, flashdisc itu ilang...Awalnya aku lagi nyambani tempat Eva, kozmateku yang juga jadi partenerku dalam impor-ekspor file dar laptop masing-masing..Aku minta da film dan master rekso transtool ma dia...Sebelum itu flashdiscku juga sempet tak format karena ada sesuatu dan lain hal..Sekeluarnya dari kamar Eva, aku terperanjat saat tak mengantongi flashdisc dan aku pun tersadar bahwa ucapan Eva tidaklah main-main..Barusaja, dengan nada agak memaksa, Eva menanyakan aku apakah ada barang yang ketinggalan di kamarnya..Waktu itu ia henda mengunci kamarnya untuk kemudian nonton tv sambi dinner..Aku dengan tegas dan sok judes menjawab tidak sebab aku yakin semua barangku sudah aku bawa...

Sampe di lantai atas dan menyadari keteledoranku, aku kembali ke bawah dan mendapati senyum (nyengir) Eva di tv. Menertawai kebodohanku..Aku segera menyambarnya dan beranjak kembali naek...Sehabis itu, adegan tercut dan tak ada yang bisa aku ingat lagi selain bahwa flashdisc itu sudah tidak pada tempat yang aku ketahui..Kelabakan sudah pasti..Aku mencarinya di semua sudut kamar..Bahkan sebaga nomaden, aku juga meyisir semua pnenjuru kos. Namun hasilnya nihil..Yang ada kecemasanku makin bertambah dan beranak-pinak..
Dan ending dari tulisan ini akan diakhiri oleh sebuah maklumat bahwa FLASHDSCKU UDA KETEMU DAN AKU JANJI AKAN MEMPERLAKUKANNYA DENGAN BAIK AGAR DIA TAK MARAH DAN MENGHILANG LAGI. Mimin yang menemukannya. Kemarin, saat aku ngebut menyelesaikan naskahku, mimin juga sedang sibuk menata rak bukunya yang hampir penuh...Kami sibuk dan berkonsentrasi dengan urusan masing-masing..Hingga akhirnya, aku shaat maghrib dan sebelum shalatku selesai, Mimin, pelan tapi pasti mengatakan bahwa ia telah menemukan flashdisc yang selama ini aku cari-cari...Konsentrasi shalatku buyar, dan sehabis salam..aku langsung bersorak dan melompat..Ahamdulillah banget...Tak tertakar bahagiaku..Ya, ternyata flashdisc itu keselip di belakang rak buku Mimin..: Wilayah yang tak sempat aku lacak karena aku hanya menghentikan pencarianku di bawah rak itu...
Epilognya adalah (kaya` the Master ajah)...
ALANGKAH LEBIH BAIKNYA JIKA MEMBUKA DAN MEMPERHITUNGKAN SEGALA KEMUNGKINAN..; KEMUNGKINAN PALING DEKAT HINGGA KEMUNGKINAN TERJAUH...; KEMUNGKINAN TERBURUK HINGGA KEMUNGKINAN TERBAIK.
Allah Knows Best..
(Suatu pagi, 03 April 2009)