RSS

Kamis, 30 Juli 2009

The NOSLAGI(L)A month of JuLy

Bulan Juli tahun ini bisa dibilang bulan nostalgi(L)a…Sengaja aku tambah dengan huruf L yang diiringi dua tanda kurung sebab kata itu nyantol banget di kepalaku. Emang bukan genuine produkku sich…Cuma pas denger pertama kali, aku langsung suka dan sejauh ne, aku belum banyak denger kata nostalgia itu disisipi huruf L sebelum huruf terakhirnya…Jadi aku juga turut berperan dalam upaya penyebarluasan dan pempopuleran istilah itu. He, jadi yang pertama kali ngenalin aku ke istilah itu adalah kakak empat pupuku..Namanya Robitul Umam tapi kalo digaulin jadinya Robert el Umam. Kak Robert ngenalin aku ke kata itu lewat sms yang dia kirimin pas lagi harlah NJ, dia ke NJ dan aku dak bisa ke NJ. Jadi dia ‘ro nerroe’ aku dengan bercerita indahnya masa nostalgiLa dengan sahabat-sahabat lama…

Nostalgia emang bukan hal gila sebab ia adalah ritual yang biasa dilakukan siapapun untuk kembali sejenak membuka berangkas dan laci masa lalu yang sudah beranjak usang dan berdebu. Namun bagi aku pribadi, ritual ini cukup mampu mengingatkanku pada kegilaan-kegilaan masa lalu…Yang dulu aku lakukan dengan penuh kebanggan, namun saat dipiki-piki sekarang, aku jadi malu dan dak habis pikir napa aku harus milih lakuin pekerjaan itu dulu. He. Selain itu, tanpa nostalgia, bukan dak mungkin orang akan sedikit gila sebab rindu pada masa lalu yang sudah membesarkannya….Jadi kesimpulannya, nostalgia itu penting…(Btw, apa ya, definisi pasnya kata ini dan daerah asal kata ini dari mana ya? Keren juga dipiki-piki..AND I GOT THE ANSWER!!! NE ENGLANG…)

Ok, kenapa Juli bisa aku bilang bulan nostalgia? Hm…Aku pulang kampung alias mudik abis smt genap ini…Jadi pas dari tanggal 6 Juli, aku sudah memulai perjalanan nostalgiaku..Dengan tempat-tempat yang dulu selalu aku singgahi, dengan suasana yang sudah lama tak meriuhkan ruang dengarku, dan tentunya dengan orang-orang yang mengisi banyak waktu dan space dalam kesempatan hidupku. Yang pertama aku nostalgia dengan keluarga dan rumahku…Dengan kamarku, dengan sudu-sudut dan langit-langit di dalamnya, dengan romantika yang sebagian aku abadikan di bagian-bagiannya, dengan perabotnya, dan dengan tempelan-tempelan di dinding yang hingga saat ini masih belum ada yang menyopotnya dari tempatnya semula. Aku dak sempat bermalam di rumah pas baru nyampe Madura, sebab abis isya` aku uda terbang ke pondok…

Jadi sebenernya aku uda ngasep karena aku nyangkanya masih bisa ikutan acara haflah putri…Tapi ternyata, malam itulah aku berangkat mudik..Jadi aku baru nyampe rumah Senin siang yang terik waktu itu, istirah bentar, dan..malemnya aku langsung ke pondok…Dan di pondok, aktivitas yang paling banyak aku lakukan adalah OBOB; karena aku masih lelah dan capai, ingin balas dendam setelah semaleman suntuk ndak obob dan ndak berhasil mejamin mata sama sekali…Jadi aku hanya ketemu Che dan Bak Phie, plus beberapa temen laen, benteng pertahananku sudah bobol..Aku males jalan, menikmati suasana haflah yang sangat kurindukan…Aku memilih meringkuk di dalam pondok dan hanya tuker-tuker cerita…Siangnya pun juga begitu…

Meski sama sekali dak maksimal, aku ngerasa kunjungan ke pondok saat itu adalah episode nostalgia yang cukup berarti. Dari temen kelas, aku sempat ketemu Tamsu, Che, dan Olief…Temen-temen laen, khususnya yang sepondok dengan aku sudah pada pulang untuk persiapan KKN. Aku hanya ketemu ma Malhah…Di depan Mushalla sambil cerita bentar. Siang aku dak sempat terlalu berkelana ke mana-mana karena suasana sudah kurang begitu mendukung dan aku pun juga sudah kelelahan…; Ya, menabung kelelahan lebih tepatnya…Sebelum siang menjelang sore aku pulang, aku juga sempat ngomong2 ma Om Wahid…Jadi serasa sudah cukup berarti nostalgiaku episode ini…

Nostalgia berikutnya adalah dengan tetangga rumah yang juga adalah saudara dan familiki. Seperti biasa aku hanya pake ritual salaman, duduk-duduk dan cerita bentar…Abis itu selese..Emang kurang gitu nge-taste sich…Masalahnya aku juga kadang is not connecte gitu dengan mereka. Ya..setidaknya dalam beberapa hal. Dan sebelum aku melanjutkan perjalanan nostalgia pada episode yang berikutnya, aku juga sempat maen ke rumah Bak Iroh, ketemu saudara dan familiku di sana, plus juga masih sempat keliling2 pas pawai obor di madrasah sebelah barat rumahku. Jadi ritual ini dianggap sebagai opening ceremony dari rentetan acara haflatul imtihan yang akan digelar selanjutnya. Pas aku masih MI, dak ada ritual kayak gene. Dak tau sejak kapan, siapa yang memprakarsai, dan lain sebagainya…

Nach…Yang selanjutnya ini adalah episode nostalgia yang paling seru. Kenapa seru? Karena uda dua-tiga tahunan aku dak memijakkan kaki ke pondokku yang satunya lagi..Yakni NURUL JADID. Aku rasanya uda ketinggalan jaman banget ma segala perubahan yang ada di pondokku itu. Penuh perjuangan sich, aku bisa nyampe ke situ…Tapi yang jelas aku bersyukur karena pada kesempatan ini, aku bisa kembali bertemu dengan teman-teman semasa MANJ dulu. Hm…Lagian yang jadi pertimbangan napa aku harus maksa banget untuk berangkat ke NJ adalah karena tahun depan adalah waktu yang seharusnya aku habiskan untuk masa KKN. Jadi kemungkinan aku bisa harlah-an taun depan sangat tipis…Selain karena kesempatan yang biasanya jarang dan sulit banget, aku juga punya planning gitu taon depan..Ya, akademik projek lach…

Dan nyampe di NJ and around, aku pertama kali bertemu dengan El Banna alias Elok Basyirah Muzayyanah, keesokan harinya dengan Nuri Isabela, Chie2z, dan untuk yang selanjutnya aku lupa. Barangkali Some, Iik, ChatOn, Bak Rom, dll dll..Banyak banget, hingga setelah aku berkelana selama beberapa hari, aku bertemu dengan semua anggota wali songo selaen NENEK…Justeru dengan nenek, yang paling sering ngubungin aku…Ya, meski dengan Ricka dan Gogoh aku ketemu dalam suasana dan tempat yang berbeda…Yang bikin valuable juga karena aku bertemu dengan ANICK…

Hmh…Bertemu dengan orang-orang dari masa lalu otomatis juga membawa cerita-cerita baru yang cukup menjadi kejutan. Ilo yang sudah berbadan dua, uyis yang sudah putus sama Ayank dan sedang ‘mabuk’ pada konsep pendidikan, Bak Elok yang kecanduan fb, Nyi Sit yang tambah kuyus, Copie yang tambah imut, Wd dengan aktivitas barunya yang bener-bener keren gile, Bak Chaton yang jadi kepala daerah D, Him yang tambah sakauw dengan tuts-tuts hp, Some yang mulai belajar jadi penguasaha di bibi, dll…Banyak banget perubahannya emang…

Btw otw, pas harlah aku juga ketemu ma seseorang yang uda lama aku kenal namun belum pernah aku temui. Malam itu aku ketemu dia, dalam sebuah episode yang bener-bener full of sang-lengsangan mpe aku pusing dan uda berniat serta membayangkan bahwa tak lama lagi aku akan tumbang…Akhirnya aku malah ngabisin malam mpe pergantian hari ma ne orang…Pertemuan pertama gitu setelah aku cukup lama kenal ma dia..Jadi lumayan banyak hal yang diomongin…Meski aku masih ngerasa ada suspense-suspense gitu..Ya, mungkin dia bukan orang yang secara umur, pengalaman, profesi, dll ga sama dengan aku…But gimanapun, semua orang yang aku temui selalu menawarkan pelajaran masing-masing…

Cerita lain tentang harlah adalah aku yang MUNGKIN bisa dibilang ga kompak karena dak mau diajak ke bazar putra ma temen-temen. Pas gitu temen2 uda nungguin aku…Tapi entah dapet wangsit dari mana, aku males banget untuk berangkat. Terasa ada banyak hal yang melarangku berangkat…Aku ngecewain mereka dech…Sebenernya perang batin juga…Tapi akhirya aku mutusin untuk NOT GO..Yang ada di pikiranku sebenernya sangat amat sederhana…”Ngapain aku ke bazar putra? Bakal ketemu sapa? Bakal beli apa?” Aku juga saat itu LAGI dak suka keramaian dan berepot-repot dengan yang namanya ORANG BUANYAK..Jadi dalam episode ini, aku sebenernya ga enak ma temen2..Tapi emoh lah, aku pikir masih banyak tempat yang lebih representatif dan tentunya lebih AMAN dan NYAMAN…

Bener juga, aku malemnya (sebelum ketemu ma orang yang aku ceritakan tadi) sempat jalan bareng temen-temen…Keliling-keliling, poto2, emam bareng, dan akhirnya kami berpisah sebab masing-masing emang punya tujuan sendere-sendere. Aku sempat nyuri waktu untuk isya` waktu itu. Dak pelak aku didemo..But we fell happy. Kesempatan yang langka banget emang, saat itu..Kapan lagi coba, kami bisa ngumpul rame2 kayak gtow!!! Meski emang disayangkan, ada beberapa personil yang karena beberapa alasan ga bisa ngumpul dan kongkow malem itu…

Sayang aku dak sempat berlama-lama karena temen2 juga uda pada beranjak pulang. Jadi ditimbang aku jadi kayak orang tersesat, aku pulang juga..Ya banyak juga sich, pertimbangan untuk segera pulang…Pas itu aku juga sakit mendadak karena minum aer mentah dua kale, aku mpe berselimut dan meringkuk dak ke mana-mana sehari penuh. Hf..

Epilog tulisan panjang ini…Gimanapun menurut aku, NOSTALGIA atau NOSTALGILA itu penting…Buat aku sendiri, aktivitas ini bisa bikin aku ingat ma banyak hal di masa lalu..Bandingin dengan keadaan aku saat ini. Jadi istilah kasarnya khan uda banyak waktu yang aku lalui, seberapa besar sich, waktu yang bisa dibilang lama itu mampu mempertahankan (dan mengembangkan) hal-hal baik serta meminimalisir hal-hal yang kurang baik? Dulu aku nakal urusan jama`ah dan ngaji Al-Qur`an, apa sekarang masih nakal? Dulu aku istiqamah baca koran dan nulis HAMPIR TIAP ARI, apa sekarang masih? Dan pertanyaan lainnya…Juga yang lebih penting…Ada ga, mimpi yang uda susah payah pernah aku bangun dulu dan uda bener-bener nyata???

Dan satu lagi, nostalgila membuat aku sadar, betapa waktu juga meniscayakan adanya shifting paradigm, sekecil apapun itu,,,pada akhirnya aku pelan2 menertawakan tingkah lakuku dahulu…Ya, suatu simbol kesadaran bahwa apa yang pernah kita lakukan, selain akan dikenang orang lain, juga tidak akan pernah berhenti mengetuk-ngetuk hati kita untuk mengkritisinya…

Coba-coba ng-England

Now is my second year sitting at university level. Next period I will sit at the 3rd level (5th semester). If it is compared with my last school, both my junior and senior high school, I will sit at the third level and the last grade. In that moment, I would face the final examination which determinate whetever I can enroll my study to the higher level or not. But the condition always changes. I won`t face any national final examination at this year, because the procedure between my last school dan the university is quite different.

But challenge is still exist wherever me live. When I was student, national final examination is the biggest challenge I must face. But now, at this moment, at the moment will come, there`s another challenge I must face; i.e preparing my script and doing my SKS of KKN. Two new things for me that I must do to finish my study as best and as quick as possible…Sometime I hear that the spirit of student will be suspected by the virus of lazy at the phase. So I must anticipate that virus as soon as possible, if I don`t want to let the time pass me while I can do nothing. I also aware that my story is still short and there is a long way in front of me which wait and support me to do anythingbest…Yah, but awareness will be nothing without action…Awareness is never enough to make our hope come true…

I still have no idea about the script which I will write. But I know, that I prefer Qur`anic studies rather than Hadith studies. So I got one way…And I must look for the series ways that appropriate with my will and my ability. Today, I still hope that I will have the higher value of my IP (Indeks Prestasi; Achievement Index maybe)..Because the hope and will to get the perfecto is still disturbing me; although I know that I will face no easy process to get it. But once more, the emotional question that appear in my mind when I think this is…’ANYONE CAN REACH THAT, WHY I DON`T???’

I also know that after finishing my study at the 1st strata, it will difficult for me to enroll study at the higher level, because I have limitation at the cost. So, the only one way I can take is looking for the scholarship from the institution which facilitate student of 2nd strata. And the problem is, I still have no qualification on this…I still have nothing…My supply is still empty. I must start filling it…

So I know and aware, I have many-many homeworks I must finish as quick as possible. Bismillah…Bless me, God…

Jumat, 24 Juli 2009

Anything I wanna share….

Saat menulis ini, aku tengah menunggu vonis sesuatu…Sesuatu yang menggelisahkanku semalaman hingga aku nyaris tidak bisa tidur selelap biasanya…Salahku sendiri tadi nekat matiin hp karena aku kesannya terlalu marah ma keadaan…Aku tidur, tumbang kelelahan, dan baru mau bangun setelah ada orang yang memaksaku terjaga…Aku bangun segera tersenyum dan terkejut mendapati jam berapa saat itu setelah beberapa saat aku ngidupin hp…Ada beberapa sms yang masuk…Termasuk dari dia yang kebingungan mendapatiku hpku tak aktif; aktvitas yang jarang sekali kulakukan kalau bukan karena alasan teknis..

Menunggu vonis itu memang cukup bikin aku…kepikiran banyak hal..Kepikran konsekuensi dan series yang harus aku lakukan setelah vonis itu datang..Namun lagi-lagi, aku bingung apakah usahaku ini sudah bener- bener berupa azam dan sudah maksimal atau jangan-jangan…Aku belum nyampe ke taraf itu..Ga tau ah… Sembari menunggu, aku akan coba nulis beberapa hal yang bisa aku pelajari dari beberapa hari aku di sini..

1. Bahwa dunia kerja adalah dunia yang hard dan cukup melelahkan. Aku bayangin kalo aku jadi wd…Ngantor jam lapan dan baru balek ke rumah jam lapan juga…Nyaris dak ada jam santai…Makan siang pun tetep behind the desk…Palagi untuk tidur siang…Membosankan banget buat aku yang terbiasa leha-leha dan nyantai ngejalani idup…Suatu kali aku pernah nanya dengan begitu polosnya ma wd…’Kamu dak capek ya?’, dan dia hanya nanggapi dengan biasa dan apa adanya dia….(Pertanyaannya buat aku…Besok, kira2 aku ngapain dan cari nafkah di mana ya??? Apakah aku harus banting setir dari keadaan dan pengalaman yang aku miliki hingga saat ini dan menjalani kehidupan yang serba baru ataukah…..tetep seperti ini? Bergelut dengan laptop, internet, kamus, dan kebosanan??? Yang jelas, aku harus berazam untuk bisa jadi ORANG KAYA..; Impian terbaruku yang bisa dibilang cukup ngawur…)

2. Aku jadi mikir…Bukan main-main tu, pepatah bilang ala biasa karena biasa…Banyak hal yang berubah dalam diri wd…Wd yang aku kenal dulu adalah dia yang pendiam dan gak ngomong jika ndak penting2 amat. Dan sekarang, dia dipaksa keadaan untuk ‘cerewet’ agar bisa survive dalam profesi yang tengah dijalaninya…Yang dak kalah menakjubkan, wd kemudian menjadi orang yang ahli kalkulator dan lihai banget maen2in jarinya di atas tuts kalkulator. Serasa uda lama banget dia menggeluti dunia kerja kayak gini…Besok aku gimana ya? Aku harus membiasakan diri dengan apa ya? Dengan hal yang sama sekali baru ataukah dengan hal lama yang sudah aku tinggalkan? Beberapa saat sebelum menulis ini, aku kembali menekuri file-file usang berdebu di lemari masa lalu dan baru mengingat bahwa ada banyak hal yang telah terlewati namun belum bisa aku kuasai sepenuhnya…Whatever challenge I face, aku harus maksimalin tenaga dan segenap perasaanku….

3. Dalam perjalanan ke toko wd tadi, aku berangkat bareng dengan karyawan toko wd…Cewe yang kayaknya masih lebih muda dibanding aku…Parasnya lumayan dan orangnya pun supel..Kami mulai perbincangan sejak dari rumah wd hingga jalan yang kami lewati tak terasa panjang dan melelahkan…Ada satu pertanyaan yang kemudian ia ajukan padaku…Dan tetap mengganguku hingga kini..Awalnya dia nanya, aku kuliah di mana dan ngambi jurusan apa…Setelah aku jawab, dia nanya lagi kalo uda lulus, aku kerja apa. Aku selalu bingung paz ditanyain itu, aku bilang aja…Kerjaan lulusan jurusanku gak jelas…Haha…Sadis banget aku..Abis aku inginnya ngasih jawaban simpel dan undesrtoodable. Dari percakapan singkat itu, aku kembali mikir dan mengembalikannya pada diriku…”Besok aku kerja apa ya?” Yang jelas aku dak mau hanya jadi bendahara keluarga yang tauny cuma bisa konsumtif, gak produktif…Lha umi aja (yang baru lulus paket C) juga empowered, masa aku kalah ma umi? Hehehe…

Ngomongin kerja dan survive alive financially emang cukup bikin aku merinding..Bagaimana tidak, di Yogya khususnya, aku paling sensitif ma masalah kayak ginian. Selain keadaan ekonomi pribadi yang membangkitkan sensitifitas itu, hampir tiap detik aku lalui dengan interaksi langsung maupun tidak dengan mereka yang mencari nafkah dengan cara yang berbeda…Tak heran kemudian, pertanyaan yang paling sering muncul di benakku adalah…”Dia berapa ya, keuntungannya perhari? Dia digaji berapa ya, tiap bulan? Dengan pengorbanan dan perjuangan segitu, dia dapet apa? Cukupkah untuk menghidupi anak isterinya?”

4. Semalem ayah wd sempat ngomong2 ma aku di ruang keluarga paz keluarga wd lagi pada ngobrol dan ngumpul..Jarene. “Ita, jangan terkejut ya..Keluarga ini emang kelurga yang workingsentria. Jadi semuanya harus menjadi rutinitas yang nggak boleh dilalaikan. Saya ngomong kayak gene biar kamu dak terkejut dengan keadaan kami di sini”…Aku hanya menimpali sekadarnya dan membenarkan ucapannya..Hidup memang penuh kejutan…Dan kita, mau dak mau harus menghadapi semua kejutan itu..Siap ato gak siap..Keadaan dan tuntutan sama-sama mengharuskan manusia untuk menghadapi dan menaklukkan semua tantangan dan kejutan yang ada di depan matanya…And then, what`s next? How about me? Uda siapkah aku menerima semua kejutan-kejutan yang akan dikirimkan Tuhan untukku??? (Ne pertanyaan besar loch…)

5. Menemani wd selama dua hari ini, selain memberikan aku banyak pelajaran tentang hidup, juga banyak ngasih aku pengetahuan-pengetahun terbaru tentang teknik profesi yang ia geluti…Tentang emas muda dan emas tua, tentang karat yang ada dalam emas, tentang distribusi perhiasan mewah ini, tentang angka 42 dan 80, tentang persaingan, dan banyak hal dech…Andai dak berada di sini, aku pasti oon banget kalo masalah kayak ginian. He…Makanya, seperti biasa, pas dapet hal-hal baru, aku akan sok kritis dengan nanya apa aja yang muncul dalam benak aku…Wd mpe kadang terkesan kewalahan melihat sikapku yang kesannya cukup….Lebay. Hehehe…

Pertanyaan kecil sich, tapi aku emang bener-bener dak teu…Misalnya kayak gene…”Wd…Kenapa sich, toko emas itu harus dikelilingi oleh kaca di semua sisi? Ini koq laci lemarinya banyak banget sich? Padahal yag keisi khan cuma yang sebelah sini…” Wiz aku pokoknya kayak wartawan amatir yang ga lulus audisi…He. Oya, dan satu hal lagi, ternyata ada sebuah sinergi yang cukup unik di sini…Yakni antara si boz toko emas dan tukang parkir yang mangkal di depan toko ini..Aku dak teu dan hingga hari ini aku masih pendasaran, berapa persen uang dari biaya parkir konsumen yang masuk ke kantong petugas parkir…

Kata wd, tiap ada ‘potential buyer’ lewat, petugas parkir akan mengarahkan dia ke toko wd untuk membeli emas dengan kata-kata persuasif yang uda mereka hafal di luar kepala..Dan karenanya kemudian menjadi sangat fasih…Nach jika berhasil menggereng pembeli dan pembeli tadi deal beli di toko wd, wd akan berbagi keuntungan 500 untuk tiap gram yang dibeli sama si potential buyer..Keren khan? Makanya aku sering ngeliat tukang becak di Malioboro setengah maksa pengunjung untuk ngunjungi stand dagadu yang katanya lagi diskon…Aku sich bingung waktu itu, lha itu khan tukang becak, kenapa rekom ke dagadu ya? Dikasih reward apa??? He…Ternyata walaupun ga dapet jawabannya pazti dan eXact, seenggaknya aku tau mekanismenya yang barangkali serupa tapi dak sama. Emang dak ada salahnya kita terus menerus ngumpulin tanya…Karena saat kita uda tau jawabnya, kita akan tau bahwa numpuk pertanyaan itu is a valuable thing…Apa jadinya dunia jika manusia berhenti berfilsafat? Jika manusia uda emoh mempertanyakan fenomena yang ditemuinya????????????? (Ini mungkin uda epilognya ya….)

The new things make me fell the whole…

Beberapa hari yang lalu aku ke pondokQ NJ..Sudah kuduga dan sebagaimana yang aku dengar dari beberapa temanku, there are many changes I don`t ever look at yet…
Pertama dan yang paling bikin blue, aku tak lagi bisa dapet pengajian dari kyai..Kyai Abdul Haque Zaini, orator faveku. Sedih banget, aku masih gak percaya kalo yang terlihat saat itu adalah nisan kyai yang berpengaruh itu..Allahumma ighfir lahu..

Kedua, aku dak tau harus beristirah di mana. Dulu, tempat tongkrongan fave alias kamarku ada dua. Kamar legal di C9 dan kamar ilegal di A3. Aku punya romantika tersendiri dengan dua kamar ini…Jadi aku sama-sama kangen…But what? Orang yang menemaniku mengisi waktu sekarang terpencar ke mana-mana..Waktu dan perubahan telah membuat mereka menyebar ke tempatnya masing-masing. Aku bahkan tak mengenal siapapun di C9, bahkan di gang C. Beh.. Fatal. Di gang A masih mending, da Bak Rom dan Sam..Dua orang yang pernah sekamar dengan aku..Jadi aku lumayan fell comfort di situ…Tapi tetep aja, untuk ngunjungi semua orang-orang yang aku rindukan itu, aku harus keliling pondok. Amat banget melelahkan bukan? Makanya aku cuma ke gang D 1, untuk ketemu ma Iik dan bak Chaton. Tapi..Duh…aku sama sekali dak ngerasa comfort di sana..Bukan sama orang-orangnya…Tapi sama keadaan dan suasana yang sama sekali baru dan asing buat aku…Aku terbilang orang yang sulit beradaptasi dengan hal-hal baru..Berat dan sulit banget….Tadi aku zmz nenek, nanyain kami akan berteduh di mana ntar, nenek bilang di C1 ato C9. Hm…

Ketiga, dan yang bikin aku really amazed…Skulku, MANJ, beh..keren gile sekarang. Aku bener-bener pangling. Ma cat-nya, ma lapangan basketnya, bahkan ma yang namanya free hotspot access. Nambah garansi itu namanya…Sayang aku dak sempet berlama-lama dan dak ketemu ma siapapun sebab saat itu aku gak lagi bareng alumni sesama MANJ dan skul juga uda pada libur. He..Tar dech, aku bener-bener ingin melihat perubahan itu..Btw, bagaimana kabar kelasku yang super duper mungil itu ya? Apakah masih tetep di situ atau uda digusur ma Pamong Praja? Loch..Apa hobongannya coba…

Keempat, ini bikin aku ketawa, malu-malu, sekaligus menyadari dosa masa doeloe. He..Lebay. Jadi di Jati raya uda ada tulisan..”Dilarang mengadakan Pertemuan di wilayah ini”..Paz di tempat aku pernah ngedate berdua ma ksatria dulu…Yang nungguin nenek waktu itu,,,suatu sore yang hingga saat ini masih aku inget, bahkan dengan baju dan sarung yang dikenakan ksatria sore itu…Aku nekat aja abisnya waktu tu liburan dan ndak ada ketegasan kalo wilayah itu adalah restricted area…He. Apologi yang…Lagi-lagi tidak heroik sama sekali…

Kelima, paz aku masuk pondok….Banyak banget yang rasanya berubah…Ya bangunan baru, batako baru, perluasan beberapa wilayah, hingga pengumuman baru yang terpampang dan belum pernah aku liat sebelumnya…Aku merasa asing banget…Makanya demi kenyamanan dan ketertiban, aku kemudian sok-sok gaya minta anteri kalo mau ke mana-mana dengan lasan TAKUT NYASAR dan merusak ketertiban umum. He..semisal naikin sandal ke tempat yang ga seharunya dinaikin

Keenam, aku inget ma istilah yang setelah berhenti mondok, rasanya gak pernah aku inget sama sekale. Yaitu BANCEK. Kurang lebih artinya sama dengan teras. Juga SETIK yang kurang lebih berarti jarum yang ada pentolannya..Yang pertama biasanya adalah batas suci dan najis, sedang yang kedua adalah aksesoris yang harus ada setiap kali mau go to public. He

Ketujuh, aku sempat ngunjungi dua kamar mandi yang jadi t4 faveku dulu…Yakni kamar mandi timur dan kamar mandi bibik. Yang berubah kayaknya cuma kamar mandi bibik…Itupun bukan interiornya, tapi eksteriornya. Saat di kamar mandi timur, yang terbayang di ingatanku adalah bagaimana sulitnya mencari kamar mandi yang ngga ada penggantinya, mencari waktu yang tepat untuk mandi saat air tengah full dan kegiatan sedang empty, suka dukanya saat piketan hari Selasa dan Jum`at pagi…Dan yang juga bikin amazed, aku ikutan jama`ah ashar di pondok. Tapi bukan di surau lagi, melainkah di…DEPAN GANG A. Kebayang ngga sich…aku ikutan waktu itu, ngerasa banget kalo banyak hal valuable yang ndak aku dapetin setelah berenti mondok..Pas gitu aku ngerasa uda ga gitu afal lagi ma dzikiran rutin itu…hm…Mushalla sementara ini juga digunakan untuk tempat bersantai para santri. Tempat ini semula adalah tempat penjemuran massal. Tapi sekarang, katanya tempat pemberlakuan ta`dzir itu sudah digeser..Jadi bisa bener-bener berderet…Kayak Paskibra…He. Mantan narapidana nech, ceritanya.

Kedelapan, sebagai sesama alumni, uyis minta aku menggalang solidaritas dengan mengantarkannya untuk menerima interlokal di pesantren. Momen ini valuable banget, sebab selama mondok, bisa dibilang hal yang paling bisa bikin aku menunggu adalah interlokal. Interlokal senyatanya merpakan istilah untuk menunjukkan panggilan telpon…Tak peduli dari lokalan maupun interlokal. Jadi penggunaan istilah ini tidak lantas mengecualikan mereka yang mendapat telepon dari nomor lokal…Di tempat itu, lesehan dengan dua pesawat telepon, ada banyak banget kenangan yang ga bisa aku uraikan satu persatu. Kenangan sedih, kenangan bahagia, kenangan keterkejutan, kejenuhan menunggu, sebel ma sikap operator yang over, gelisah menunggu ketidakpastian, gelisah menyusun DO (Daftar Obrolan), dan hal-hal lain. Sayang uyis ternyata siang itu menjadi korban sebab yang seharusnya dipanggil adalah nuris A5, bukan A3. Dan…speaker dan saklar itu masih di tempatnya yang biasa….Aku dak gitu lama bernostalgia dengan pesawat telepon dan semua perangkatnya sebab aku keburu bertemu dengan neng Iin dan terlibat perbincangan panjang dengannya; Hingga akhirnya uyis mengajakku pulang dan aku kembali lagi ke gang A. Aku merasa tak ada banyak perubahan di kantor pesantren…Semuanya terlihat biasa aja…Seperti saat terakhir aku memijakkan kaki d sana…

Ya…Mungkin catatan ini akan terus berlanjut dan menemukan serienya paz aku uda ke pondok dan tinggal lebih lama lagi…Paz harlah besok. Yang jelas juga dan cukup mengusik pikiranku, temen-temen uda banyak yang ganti pasangan…Bukan dengan pasangan yang dulu aku tau…Bahkan lebih parahnya ada yang tuker-tukeran. Barter cowo maksudnya…Hm…Semua orang memang punya dinamika dan proses hidup yang berbeda-beda….

Masih banyak orang yang belum aku temui…Ya temen kelasku, sesama bahasa, sesama MANJ, temen2 dan adik2 gang A, guru-guruku di MANJ, dan semuanya..semua kenangan yang singkat namun terpatri mati itu….

Trip to Madura

Trip to Madura..(Season 1)

Dak teu kenapa, pas aku lagi mellow, sendirian, ga capek dan dak ngantuk, sebelum bobo, aku asyik banget dengerin lagu Bersama Bintang-nya Drive. Ga ada latar belakang sejarah tersendiri sich…Cuma aku suka dengernya, palagi pas lirik…”Tidurlah selamat malam” itu, serasa suara itu bener-bener idup dan aku kebawa bahkan kehanyut bener di dalamnya…Damai-in banget, walaupun temanya dak jauh-jauh dengan perpisahan. Btw, selama ini aku kayanya dak pernah ngerasa cocok dengan sebuah puisi atau lagu dalam keseluruhan lirik atau baitnya..kalo ada, ya pasti sebagian dan bukan semuanya…Kenapa? Ya, karena cerita masing-masing orang berbeda…Kalo ingin yang aku banget, ya mau ndak mau aku harus bikin sendiri dwonk. Iya ndak sich???

Bejibun banget rasanya yang ingin aku tulis…Saking bejibunnya aku sampe lupa dan bingung mau pilih yang mana. Yang jelas sejak nyampe rumah, ke pondok, dan kembali lagi ke rumah, aku menjumpai keadaan yang sama sekali berbeda dengan apa yang aku alami pas masih di Jogja. Dan mau dak mau, aku punya tuntutan untuk menyesuaikan diri…Sebisaku tentunya. He. Btw walaupun sulit, proses adaptasi itu kerap mengingatkanku pada kenangan dan kebiasaanku dahulu..Artinya, hal yang saat ini aku anggap asing senyatanya adalah hal yang sangat dekat dan biasa aku lakukan dahulu…Waktu-lah yang membuat sesuatu yang awalnya dekat itu menjadi asing. Ya ndak sich?? (Nach…aku dak nyadar, bahwa dua paragraf yang uda aku tulis harus diakhiri tanpa sengaja dengan kata ‘iya ndak sich?’)

Mmmm….Aku punya segudang cerita sebenernya..Tapi apa ya, yang sekiranya bisa bikin aku comfort untuk aku tulis malam ini? Aku bingung..Oh ya…I got it…Ceritanya mengenaskan dan menggetirkan..Jadi malam itu, 20 Juli 2009, aku dapetin pengalaman yang hm…memang bukan yang pertama kali, tapi tak kalah menyakitkan..Aku naek bus jurusan Banyuwangi-Madura…Dengan keadaan BERDIRI!! STAND UP!! Bisa bayangin gimana teparnya aku…Dak tanggung-tanggung!!! Dari Paiton pe Probolinggo…Untung waktu itu malem, jadi selaen dak panas dan kendaraan di jalan relatif dikit, waktu yang ditempuh juga bisa jadi semakin pendek…But what? Bisa bayangin ndak sich, paz ngerem mendadak? Gimana aku harus ngatur keseimbangan sementara di pundak aku bawa tas berisi laptop plus baju yang berat banget dan sebeleh tanganku masih harus melindungi anak seusia adik bungsuku..

Aku mikir banyak hal waktu itu…Yang pertama, aku ingin punya mobil sehingga aku dak harus tersiksa kayak gene lage…Yang kedua, kalo tar aku jadi menteri perhubungan, dak akan kubiarkan ada keadaan kayak gini. Abisnya di bagian depan bus (interiornya), ada tulisan kalo tempat duduk ada 60 kursi..Sedangkan jumlah tempat berdiri dak ditentukan..Itu artinya unlimited…Dan aku dak tau sampai kapan aku akan bernasib seperti itu…Aku dan siapapun yang berdiri belum tau nasib kami selanjutnya….Yang ketiga, aku masih berusaha bersyukur, sebab betapa tidak menyenangkannya keadaan ini, banyak hal yang masih bisa bikin aku survive berfilsafat. Lagian, penderitaanku ini dak seberapa dibanding mereka yang tengah bernasib malang.

Tapi kalopun ada hal ketiga itu, aku tetap serem membayangkan suasana malam itu..Hampir semua tempat, baik untuk berdiri maupun duduk uda dipenuhi penumpang..Tapi kondektur dan sopir bus tetep ngotot mau naekin penumpang…Khusus kondektur, dia juga ngotot minta ongkos dalam keadaan yang super duper sempit itu…Masya Allah…Dua hal yang sempat aku catat dalam perjalanan mengenaskan itu…Anak kecil yang kulindungi –yang belakangan aku tau namanya adalah Dini Hanifiyah—muntah dan aku harus bisa ngemongin dia…Kontan isi perutku juga ikut unstable.. Untung aku hanya sempat pusing dan sakit perut ringan…Dan sebelum aku sukses muntah juga, fia dan kemudian aku dapet tempat duduk..Itu baru namanya..I have a good seat…Yang kedua, pas lewat Bentar, tempat yang ingin banget aku kunjungi sehari itu, tastenya kerasa nihil banget buat aku…Aku jadi mati gaya, padahal sejak seharian aku ngotot ingin pergi ke Bentar…

Cerita ini tidak akan berakhir di situ, sebab selama perjalanan, aku dipaksa keadaan untuk memikirkan suatu hal..Yang muncul saat aku baru berkenalan dengan orang yang juga serombongan dengan aku…Lebih tepatnya dengan ibundanya Fia. Beliau ternyata adalah alumni NJ juga…termasu lawas sich, jika dibandingkan aku…Jadi pas gitu, aku juga tau bahwa beliau baru ditinggal suaminya wafat beberapa bulan yang lalu. Aku dak tau jelasnya, yang pasti dak terlalu lama..Aku merinding..Bukan kenapa-kenapa..; Membayangkan bagaimana sulitnya proses dan dinamika yang ia jalani…Apalagi dia kerap bercerita tentang romantika dengan alamarhum suaminya maupun segala hal tentang pernikahan mereka..

But, aku hanya bisa kasihan dan dak terlalu berkomentar banyak..Sebab seleraku untuk berkenalan dan ngobrol2 terlalu jauh seketika hilang manakala aku merasa lebih tertarik untuk bermonolog mengenai diri dan kehidupannya…Kasian banget pikirku..Aku jadi speechless…Tapi apapun yang terjadi, life must go on…Tak boleh ada jeda waktu untuk berhenti apalagi quit dari panggung dunia…Lagian beliau juga punya banyak alasan untuk survive alive, yakni dua buah hatinya..Dan tentunya kenangan yang ia miliki dengan almarhum suaminya,,

Aku miris banget pas dia bilang, “Nek dulu masih ada ayahnya Fia, aku biasanya harlah-an naek motor dari Madura…Dak peduli nyampe dan berangkat kapan…Nek capek yo istirah dulu di jalan…”, temenku yang diajak ngomong dan aku dewe cuma diem tanpa kata…Have no words to say..Palagi pas itu temenku cerita nek sebenernya beliau belumlah siap untuk berangkat ke NJ dalam waktu–waktu ini…Nach pas waktu itu aku masih oon, aku nanya aja dengan penuh kepolosan…”So then, why??”, temenku itu kemudian segera menanggapi….”Sebab semuanya bermula dari sini…” Aku sontak terdiam dan menyadari ada layar besar sebuah sejarah yang terkembang dalam otak dan pikiranku…

Hfh…Kasian banget, lagi-lagi aku hanya bisa bilang ini…Aku ngerasa dak ada yang bisa aku berikan kepadanya selain doa…Aku speechless, dan aku pun hanya masih berada dalam teori dan wacana yang seakan tak kunjung selesai…Dia tentu lebih tau banyak hal..Utamanya dalam hal ini. Namun gitu, semoga,,dia tak pernah lelah untuk tegar dan bertahan…Demi segala hal dan semua orang yang mencintai dan dicintainya…Kadang aku emang mikir, skenario yang diberikan Tuhan kadang terlalu ‘ngoyo-in’ buat manusia yang masih kewalahan dan ga stabil idupnya kayak aku, tapi percaya ndak sich, di balik segala getir yang diberikan, Tuhan dak AKAN PERNAH LUPA untuk menyisipkan sebuah manisan kecil…Yang akan menjadi besar dan mengenyangkan asal kita mau mencari dan menemukannya…

Trip to Madura (Season 2)

Setelah dapet tempat duduk enak di bus, aku segera gabungan ma temenku di sebuah kursi yang sedianya untuk tiga orang tapi kami buat berdua…Sebenernya aku dak terlalu kecapen karena tadi aku obob sepuasnya, cuma mungkin karena aku sempat berdiri dengan durasi dak beda dengan orang upacara, aku lebih memilih obob dan menyandarkan semua pikir dan perasaanku..Dak cepet nyenyak emang, sebab seperti biasa, aku dak pernah kehabisan pikiran saat uda mejamin mata dan belum ngantuk…Tapi malam itu aku cukup mati gaya…Uda cape, temen sebelahku emoh diajak bicara, sms dak ada yang dibales, jadi aku mutusin untuk maksain obob…

Emang dak nyenyak sich, cuma aku lumayan terlelap…Aku dak teu uda sampe di mana…Cuma aku sadar banget kalo pas bus lagi nyalip, pas lagi disalip, dan jalan yang dak enak. Terakhir aku ingat, bus yang aku tumpangi uda mau masuk ke Sby. Sbel aku inget Sby, bener-bener kota yang menyesatkan…Jadi aku tidur..Eh, tiba-tiba pas aku uda bangun, (karena ada penumpang yang mau turun), katanya uda di Sampang..Beh, cepet banget…Aku jadi panik sendiri dan segera sms agar ntar aku ga kayak orang ilang dan segera mendaat pertolongan alias jemputan…

Dan Alhamdulillah, meski aku sempat ketar-ketir aku bakal jadi orang ilang di dini hari itu, teryata ketakutan itu tidak berubah menjadi kenyataan. Karena…Ternyata, pas aku baru turun dari bus, uda da motor om Hasan parkir di sebelah ex monumen kuda…Jadi aku bisa segera ke t4 bibi dan….go to bed directly…Hm..Bener-bener beda ma perjalanan fase pertama…Pas aku berdiri dengan kondisi serba menjepit, waktu rasanya lambaaaaaaaaaaat banget jalannya. Serasa bus rodanya ga bulet, tapi segitga..Jadi jalannya lambat. Tapi giliran dapat tempat duduk enak, bisa obob, dan kesehatan juga ok, waktu serasa berlari sekencang angin….

Aku bahkan harus memendam niat awal ingin melihat ‘Indahkah Suramadu dini hari seperti indahnya pada sore hari itu…’, aku dak nyadar apa-apa (bahkan apakah bus yang aku tumpangi lewat pelabuhan atau lewat jembatan itu…). Jadi kalo diitung, aku sudah teler dengan resmi dan melewatkan Surabaya dan sepanjang kelokannya yang menyesatkan, Suramadu, Bangkalan yang konon adalah kabupaten terluas di Madura, dan tentunya what named by GUNUNG GIGIR…He…Jadi sebenernya ksatria salah juga nek bilang bahwa hobbiku yang paling mencolok adalah menikmati jalan…Tapi yang bener adalah OBOB. He…Sometime it`s a truth…

Epilognya sederhana..Itu loch, yang aku tulis sebelumnya…Betapa waktu akan menjadi sangaaaaaaat banget amat pendek jika kita merasa damai dan bahagia. Misalnya sedang berada dalam tempat dan waktu yang memang diinginkan, dalam keadaan yang menentramkan, dan atau bersama orang-orang yang disayangi. Tapi pas giliran sendiri, menunggu hal yang dak pasti, dalam kondisi yang dak comfort, waktu terasa berjalan jongkok...Ngerangkak, bahkan kalo bisa uda lumpuh dak bisa jalan…Padahal sebenernya, kapan dan di mana aja, waktu ya jalannya tetep kayak gitu..Melaku dan berderap semaunya…Dak mau berhenti pas orang lagi bahagia, dan dak mau segera berlari pas orang lagi nestapa…

Pertanyaannya, bisa gak ya, kita menjadikan semua momen dalam kehidupan sebagai hal yang bisa bikin kita merasa bahwa waktu adalah hal yang sangat menyenangkan? Bahwa waktu selalu berjalan mengiringi laju bahagia yang kita rasakan???

Aku Ingin jadi Orang Kaya

Kalimat itu baru saja aku kirimkan dalam sebuah sms pada seorang teman. Kami berdua sama-sama tengah menguber dan bingung mencari apa yang namanya DOIT..(duit bacanya…). Semua orang mungkin saja begitu…Ingin bahagia dan sejahtera, serta punya kehidupan yang layak…Meski target masing-masing orang pasti beda.

Kesannya emang materialistis, materai, komersil, dan apalah semacamnya. But what??? “Kalo ga komersil, gak akan dapet warisan”, demikin slogan aku ma temen-temen C9 dulu.. Dan keadaan juga memaksaku untuk perlahan-lahan memilih paradigma komersilsentris. Tapi jangan berpikiran negatif dulu…Aku jelasin biar dak salah faham…

Oya, tapi sebelum itu, aku juga ingin cerita…Beberapa hari yang lalu aku sempat terlibat perbincangan dengan teman masa kecilku, tepatnya teman sekelas pas aku masih SD. Dia juga partner belajar yang cukup bikin ngiri. Sejak kami memilih jalan berbeda, baru akhir-akhir ini aku bisa kembali bertemu dengannya bersama berkat jaringan seluler (Dari dulu koq ga kepikiran untuk cari nomornya temen ini ya???)…Hm…Saat itu dia nanya ma aku, “Ta…Kamu sekarang punya cita-cita apa sich?”, aku jawab aja “Aku ingin jadi orang kaya”…Dia langsung terbahak dan berpesan agar aku tidak boleh bakhil padanya jika sudah meraih impian itu….(Belum jadi aja uda kayak gitu…Hohoho…)

Ada berbagai hal yang bikin aku bisa punya cita-cita kayak begono…He. Yang pertama, aku dipaksa keadaan untuk memilih cita-cita yang demikian…Kurang lebih prinsipnya gini, Kalo aku lahir dan besar dalam lingkungan yang kurang sejahtera, itu sudah takdir dan jalan hidup yang harus aku jalani. Namun jika aku harus menghabiskan masa tua dengan keadaan yang tidak jauh berbeda, itu namanya keterlaluan…Nach apa aja yang aku lakukan di masa muda???? Doit memang bukan segalanya…Tapi tanpa doit, kita akan sulit lho, mau ngapa-ngapain ….Dak percaya buktiin sendiri. Setidaknya itulah pelajaran pertama yang diberikan kota Jogja pada aku…Beda khan, dengan slogannya Betrand Antolin di Cowok Komersil yang bilang…”Punya orang tua miskin adalah takdir, sedang punya mertua miskin adalah kebodohan..” (Beda banget…ilustrasi yang kedua ini namanya kacang lupa dahannya sekaligus lupa kodratnya…)

Yang kedua, dan ini tendensinya futuristik…Aku ingin anak cucuku (Beh…) bisa menikmati kehidupan yang sejahtera…Minimal lebih baik dah, dibanding aku…Semua orang aku yakin pasti punya pikiran yang demikian. Aku gak akan biarkan anak cucuku oon ma Matematika seperti aku, ga akan tinggal diem kalo mereka ngelakuin hal-hal buruk kayak aku…Hehehe..Tobat nech, salah satunya dengan tidak mendaur ulang sarana yang memudahkan terjadinya aktivitas ga baik….So, If I know the thing I want, I also know the way I must pass…

Ketiga dan mungkin paling penting…Aku ingin segera menjadi orang yang dewasa dan mandiri. Menurut aku keduanya berkait erat. Dewasa lebih kepada hal-hal abstrak, semacam paradigma yang melahirkan tindakan, sedangkan mandiri alias MATURITY lebih terkesan hal yang sifatnya konkret. Istilahnya, menghidupi diri dengan keringat sendiri…Beh, sulitnya minta ampun..Sulit banget membahagiakan orang tua dengan cara membebaskan mereka dari satu beban dalam hidup; MENGHIDUPI ANAK SULUNGNYA YANG UDA GEDE INI..Tapi aku tau, aku telah memulainya, sekarang tinggal mengembangkan dan mempertahankannya…. Gimanapun, hasil keringat sendiri terasa lebih amat sangat KOBESSAH dan MEMBAHAGIAKAN serta MEMBANGGAKAN dibanding hasil keringat orang tua…Rasanya hambar dan ga nge-taste..Dan aku ingin perasaan itu mendorong aku untuk terus maju…Contoh kecilnya ya banyak…Barang misalnya..Aku pribadi akan menjaga barang yang aku beli sendiri dengan super maximum security dibanding barang yang dibeliin ortu…Ya dak berarti aku ga ngargain pemberian orang tua…Ne cuma masalah ngetaste dan nggaknya…

Keempat, aku bisa dibilang suka membaca otobiografi maupun biografi tentang orang sukses dan kaya yang memulai segalanya dari nol..Yang paling aku suka kalo aku denger dari orangnya langsung…Dari cerita orang terdekatnya, atau dari sejarah dan perkembangan yang tampak membangun sebuah kronologi yang berkelindan…Dari situ aku tau, kunci paling penting dari sebuah kesuksesan adalah PERSISTENCE…KETEKUNAN…Dak ada istilah bakat atau gen di sini, apalagi diksriminasi yang uda gak laku itu…Siapa yang tekun, dia akan berhasil. Pertanyaannya, kapan aku punya tekun yang cukup untuk membekali suksesku???????? Sukses senyatanya adalah harga mati yang ingin dimiliki tiap-tiap orang…Cuma yang membedakan adalah keringat yang mereka peras untuk mencapai sukses itu…

Hm…Semoga aja aku bisa jadi orang kaya…Sehingga aku dak hanya bisa membayangkan…orang kaya harus begini, mereka seharusnya dak terlalu begene, tapi aku juga berkesempatan menjalakan otokritik itu terhadap dereku sendere..He…Tapi katanya orang kaya tu hisabnya lama di akhirat…Hm…But, jika aku bisa proporsional terhadap hartaku, proses hisabku khan akan enak dan jadi kayak VIP. Iya ndak sech??? Ah, Tuhan…Aku juga ingin kaya hati…

Minggu, 12 Juli 2009

Ruang, Waktu, dan Perubahan…

Memang sepahit apapun cerita sedih yang pernah menasbihkan aku sebagai peran utamanya, suatu saat aku akan merindukan momen-momen bergulirnya cerita itu…Aku membayangkan bahwa hidupku tak akan seseru itu jika tidak ada peran antagonis ataupun keadaan yang tidak bersahabat. Dan yang pasti, dunia bukan fiksi…Seburuk apapun seseorang, masih ada sisi baik yang ia sembunyikan…Sehingga sangat sulit bisa terbaca semua orang…Begitu juga sebaliknya, sebaik apapun seseorang, ada sisi buruk yang tersimpan pada dirinya….

Dan tahukah kamu? Bahwa hanya kecacatanlah yang bisa menjadikan sesuatu itu sempurna…Keterbatasan justeru menjadi batu lompatan untuk menciptaan sebuah unlimited perfecto. (Nach khan, malah jadi digresi…Kata-kata ini pernah aku rangkai dalam fikir namun belum sempat aku tuangkan dala tulisan…)

Ok, back to laptop…
Saat ini aku tengah mencoba kembali pada masa lalu…Kembali pada replika kenangan yang bentuk aslinya sudah pergi jauh dijinjing waktu…Ada orang-orang yang sama dengan keadaan berbeda, ada tempat-tempat yang masih serupa namun dengan wujud yang telah banyak berubah…Semua lengkap, masih ada di situ..kecuali satu…; WAKTU. Waktu memang tak pernah bisa dikembalikan…Ia hanya dapat dikenang dan diamini…Untuk kemudian dipelajari. Waktu memang akan selalu berubah sebab ia jualah yang membawa banyak perubahan…

Waktu itu aku masih berseragam SMA, putih abu-abu, pramuka, atau seragam khas…Sekarang seragam kebanggaan itu sudah tidak aku kenakan lagi…Saat itu aku masih menjinjing diary dan puisi ke mana-mana, namun kini aku hanya punya sebuah laptop kecil berat yang kubawa ke mana-mana. Dulu mungkin duniaku masih sesempit apa yang ada di hadapku, namun sekarang dunia itu telah diperluas dan diperlebar..Dan aktor di balik semua perubahan itu memang WAKTU…

Aku membayangkan bagaimana keadaan teman-temanku kini…Apakah mereka masih asyik dengan aktivitas yang biasa mereka lakukan? Apa nenek masih akan menjadi ashabul kahfi? Apa Nyi Sit masih akan membanggakan binder tebalnya yang berisi kumpulan puisi dan lagu? Apa Bak Chaton masih menjadi miss GerO? Apa wd masih tetap pendiam dan tak banyak bicara? Apa Sam masih rajin ke surau? Apa Farigoh masih diam menghanyutkan? Apa Ricka masih suka beli buku dan memangkas rambutnya secepak mungkin? Apa Copie masih tetep dengan retorikanya yang mengharu biru dan menenggelamkan? Dan apakah Him masih suka berpose di depan kamera dan menghabiskan banyak waktunya dengan menyanyi?

Dan tempat-tempat itu..Tempat kami belajar, menyalami hidup, tempat kami makan, disidang pengurus, corat-coret tulisan di dinding, janjian ma putra, sembunyiin hp, tempat aman untuk ngecharge, tempat kami masak bareng, tempat latihan untuk pementasan, tempat kami tengkar, saling diem, dan kemudian kembali akur, tempat potong rambut, tempat nyuci akbar, tempat dijemur menjalani ta`dzir..dan semua tempat itu…Masihkah mereka mau menerima kehadiran kami kembali? Sekadar bernostalgi-L-a dengan masa lalu yang getir legitnya sudah membesarkan kami???

Juga istilah-istilah itu..Ucapan yang ditularkan begitu cepat dari satu otak ke otak lain hingga menjadi ciri khas dan mozt zpecial fitur milik kami…autorizhed and pionerred by US…Guru-guru yang meski pernah nyebelin tapi selalu menempa kami, pengurus-pengurus yang terkesan sok-sokan tapi bisa juga care dan penyayang, kakak kelas yang sll berharap kami akan lebih baik dari mereka, adik kelas yang menitipkan harap tersunyinya pada kami, teman satu organ, tetangga kamar, tetangga blok, dan semua orang yang pernah menyertai kami menghabiskan hari…Ah, semuanya..memang tinggal kenangan dan hanya bisa dikenang..Tapi itu semua rasanya cukup untuk sejenak mengistirahkan lelah perjalanan dan kembali menoleh ke belakang…; betepa hal yang terkesan remeh ternyata amat banget valuable….

Ya, hari perayaan nostalgi-L-a besar-besaran itu akan segera tiba…Beberapa hari lagi..Semoga semua berjalan dengan lancar…Tidak ada dendam dan permusuhan lagi…Tidak ada cerita pahit yang mengubah madu rindu menjadi empedu kesumat…Amien…

Suatu Pagi, 11 Juli 2009

Alasanku KAMU

Pada matamu sarat duri pesona itu,
Telah aku kembangkan semua pandang
Yang telah dan akan aku lihat

Pada angkuhmu yang memengapkan rindu itu,
Telah aku semaikan selumbung maaf
Yang bahkan telah melunasi semua alpamu esok hari

Dan sebab pada segalamu,
Sudah aku gadaikan semesta hidupku…

Karena itulah,
Pergilah sejauh angin mengantarmu..
Berlarilah sepanjang waktu mengidzinkanmu..

Namun ingat satu hal…
; Kunci hatimu masih aku gantung di sudut curam jiwaku…
Dan tak akan ada yang bisa membuka
setelah aku menguncinya mati…


Ksatria…Surat ini Kutulis Untukmu

Dalam hal ini kau memang terlalu berlebihan, Ksatria..
Kau melakukan hal fatal yang tak kausadari
Namun sangat merugikan orang lain,,
Dan orang lain itu adalah AKU
; Budakmu yang selalu kaujamu dengan hidangan
Dan perlakuan seistimewa khayangan..

Awalnya mungkin aku bisa menganggap hal itu
Sebagai bagian dari keutuhan pesonamu…
Sebagai hal yang harus aku beli demi kokohkanmu..

Namun taukah engkau?
Bahwa hal itu lebih menyakitkan dari apapun,
Bahkan dibanding segumpal rindu yang begitu kejam??
Bahkan dibanding cemburu yang begitu nyeri?

Berjanjilah bahwa suatu saat,
Kau akan menghentikan aksi gilamu
Berikanku ketenangan
Dan bebaskanku dari belenggu berjeruji terali itu

Hentikan semuanya, sekarang juga..
Sebelum aku benar-benar tergelapar tak berdaya…

Dan kau tau apa itu,
JANGAN TERLALU MENGHEMAT PESONAMU…
JANGAN BUAT AKU SELALU MAAFKANMU…

KsatriaQ;
Aku benar-benar menyerah…
Telah jatuh pada cintamu
Dan tenggelam dalam rindumu,,,


Love is one big illution
I should try to forget…
But there`s something left in my head…

Kamis, 09 Juli 2009

Pilpres di desaku

Satu hal pertama yang membedakan suasana di desaku dan tempat aku merantau dalam hal Pilpres ini adalah kuantitas spanduk atau baliho. Di t4 rantau, mataku mpe kblinger ngeliat bermacam atribut warna-warni dengan janji yang juga warna-warni..slogan yang beraneka ragam, dan lain-lain…Nach kalo di desaku, bahkan di kecamatan sekalipun, poster dan semua pernak-pernik itu memang ada, tapi….ga senorak dan gak semerusak lingkungan di tempat aku ngerantau…Jadinya masih bisa lumayan ngademin otak dan hati…Hehehe…

Hal kedua, gak laen dan ga bukan, adalah karena aku dapet surat suara untuk nyontreng…Dak kayak di tempat aku rantau..Hohoho..Umur dua puluh tahun yang harus dapet suara lach…Jangan sampai aku dak kedaftar DPT, bisa tambah gagap politik nech…He.

Dan yang ketiga, yang paling penting, aku bisa tau kondisi lapangan secara live di sekitarku…Bagaimana masyarakat menentukan pilihan, bagaimana mereka memandang filosofi sebuah pilpres, bagaimana mereka menanggapi semua janji yang diberikan calon, dll…Inilah beberapa cuplikan pernyataan yang disampaikan keluarga dan atau tetanggaku…

1. Kamu milih yang mana? Saya tadi dapet sms dari temen, katanya kalo mau ikut ulama`, pilih yang nomor sekian..Kyai sana itu milih yang ini, kyai yang di sebelahnya juga…(Tanggapanku…Emang di desaku kyai masih menjadi panutan utama, bahkan sosok ini diangggap lebih legitimate dibanding birokrat. Asal ngikutnya bertanggungjawab, it`s ok…)
2. Saya tadi dak milih…Males, tempatnya jauh, dan ada temennya, TPSnya jauh, dak dapet uang pula…Kalo pilpres kayak gini khan uang da cair sampe ke bawah, coba kalo pilihan caleg atau kalebun..Saya khan akan bersemangat..Karena uangnya nyampe..(Sekilas orang ini memang bisa dianggap bukan warga negara yang baik, namun senyatanya banyak hal yang melatarbelakangi kenapa ucapan dan perbuatannya yang demikian harus muncul. Bahasa hermeneutikanya , sebuah masalah menyimpan banyak dimensi…)
3. Ini percakapan bibiku, adik keduaku dan adik pertamaku…Si bungsu bilang, “aku tau bapak tadi milih yang mana, masalahnya aku ngikut bapak ke bilik suara..Bapak milih nomor sekian…” Bibiku berujar,”Hus, jangan ngomong kayak gitu..Itu pilihan sendiri. Dak usah disampein sama orang laen…”…Kontan adik pertamaku langsung nanggapi juga…”Ya dak papa kalo cuma ngomong kayak gini, wong ini bukan pilkades…Dak mungkin ada yang tersakiti”..(Yang ini aku dak mau ngasih tanggaan, cuma satu hal yang ada di pikiranku waktu itu…Walaupun sudah banyak iklan, banyak baliho, bahkan banyak uang yang dihabiskan untuk ‘membeli’ suara, toh dak ada yang teu saat di bilik suara, apakah uang dan segepok materi itu bener-bener bisa membeli harapan wong cilik)
4. Hm..Kalo mbahmu itu khan pegawai negeri, pasti dia pilihanya nomor sekian…

Aku nyontreng kali ini…Punya hak suara, dan aku merasa sudah memilih orang yang menurutku tepat…Meski masih banyak kekurangannya..Sebab emang dak ada orang yang sempurna…Aku sch dak gitu fanatik dengan calon yang aku pilih…Terserah mau menang atau tidak…Tapi yang jelas, aku hanya berharap, siapapun yang ntar terpilih…Semoga setengah dari janji kampanyenya bisa terlunasi…Itu aja…

Dan epilognya, aku hanya bisa mikir simpel dan singkat, berapa nominal uang ya, yang harus dikeluarkan untuk membeli sebuah kemenangan dan atau membeli sebuah kekalahan????

Welcome home..

Ahirnya, setelah ditunda beberapa kali, aku sampai juga ke rumah..Ke tanah kelahiranku, tempat aku ngabisin masa-masa kecil yang menyenangkan…Aku sampe rumah paz hari Senin, 06 Juli 2009…

Well, apa sich, arti sebuah kepulangan? Aku dulu pernah baca novelnya Toha Putra kalo dak salah yang judulnya Pulang…Kurang lebih deskripsiny kayak aku siang itu…Pulang kembali ke tempat kelahiran yang uda mengalami banyak perubahan setelah aku tinggalkan…Namun masih ada bekas-bekas yang tersisa…Bekas peradaban yang masih lekat di memoriku dan masih juga bisa kulihat, meski dengan keadaan yang mungkin sedikit berbeda…

Pulang berarti kembali. Ada ndak ya, bedanya pulang dengan kembali. Waktu aku masih di pondok, dua istilah ini berbeda dalam penggunaannya…Pulang berarti pulang ke rumah dan kembali berarti kembali ke pondok. Dak ada ceritanya pulang ke pondok dan kembali ke rumah…Aku dak tau asal-usul pembatasan istilah ini..Namun dengan sendirinya ia mendarah daging di pikiranku…

Barangkali, rahasia pembatasan dan klasifikasi istilah itu adalah karena saat pulang ke rumah, kita harus membawa bekal yang telah kita kumpulkan di pondok. Bekal itu sifatnya abstrak, seperti perilaku yang semakin baik, pengetahuan yang semakin bertambah, kemandirian, kecakapan melakukan hal-hal yang sebelumnya dak bisa dilakukan, dan lain-lain…Pulang ke rumah identik dengan trip to holiday…beda dengan kembali ke pondok yang lebih bermakna trip to struggle…Bekal yang dibawa ke pondok dari rumah biasanya adalah bekal-bekal yang sifatnya konkret dan nyata, semisal makanan, baju baru, dll..

Now, aku pulang ke rumah atau kembali ke rumah ya? Sama aja menurutku…Pulang dan kembali sama-sama mengilutrasikan sebuah aktivitas saat kita kembali mendiami rumah masa lalu yang mungkin akan menjadi rumah masa depan kita…Pada dasarnya, semua mahluk Tuhan pasti akan pulang ke tempat asalnya…Tempat ia pernah berangkat dan memperoleh bekal untuk melakukan perjalanan. Matahari dan bulan akan pulang setelah tugasnya selesai, binatant liar maupun piaraan juga gitu, tumbuhan juga akan pulang dan kembali mati mencium tanah setelah beberapa saat menjulang…Dan so do I dan manusia-manusia lainnya…Akan kembali pada tempat kami berangkat…Pada dzat yang menyisakan secuil kehendak-Nya agar kami bisa merasakan manis dan getirnya hidup…


Epilognya apa ya??? Mmmm…Pada beberapa saat, ada kalanya kita merindukan sebuah kepulangan…Merindukan keadaan yang pernah memuakkan dan menyebalkan kita..Namun rindu akan kehangatan itu akan selalu ada…Sedalam apapun kebencian kita terhadap masa lalu, separah apapun trauma kita pada sebuah kejadian paling menyeramkan….Ya, rindu terhadap sebuah kepulangan memang hal yang sangat manusiawi menurutku..Yag paling penting pada akhirnya, bagaimana kita bisa menjadikan rindu itu pemicu untuk menambah bekal kita saat akan kembali pulang….