RSS

Jumat, 24 Juli 2009

Trip to Madura

Trip to Madura..(Season 1)

Dak teu kenapa, pas aku lagi mellow, sendirian, ga capek dan dak ngantuk, sebelum bobo, aku asyik banget dengerin lagu Bersama Bintang-nya Drive. Ga ada latar belakang sejarah tersendiri sich…Cuma aku suka dengernya, palagi pas lirik…”Tidurlah selamat malam” itu, serasa suara itu bener-bener idup dan aku kebawa bahkan kehanyut bener di dalamnya…Damai-in banget, walaupun temanya dak jauh-jauh dengan perpisahan. Btw, selama ini aku kayanya dak pernah ngerasa cocok dengan sebuah puisi atau lagu dalam keseluruhan lirik atau baitnya..kalo ada, ya pasti sebagian dan bukan semuanya…Kenapa? Ya, karena cerita masing-masing orang berbeda…Kalo ingin yang aku banget, ya mau ndak mau aku harus bikin sendiri dwonk. Iya ndak sich???

Bejibun banget rasanya yang ingin aku tulis…Saking bejibunnya aku sampe lupa dan bingung mau pilih yang mana. Yang jelas sejak nyampe rumah, ke pondok, dan kembali lagi ke rumah, aku menjumpai keadaan yang sama sekali berbeda dengan apa yang aku alami pas masih di Jogja. Dan mau dak mau, aku punya tuntutan untuk menyesuaikan diri…Sebisaku tentunya. He. Btw walaupun sulit, proses adaptasi itu kerap mengingatkanku pada kenangan dan kebiasaanku dahulu..Artinya, hal yang saat ini aku anggap asing senyatanya adalah hal yang sangat dekat dan biasa aku lakukan dahulu…Waktu-lah yang membuat sesuatu yang awalnya dekat itu menjadi asing. Ya ndak sich?? (Nach…aku dak nyadar, bahwa dua paragraf yang uda aku tulis harus diakhiri tanpa sengaja dengan kata ‘iya ndak sich?’)

Mmmm….Aku punya segudang cerita sebenernya..Tapi apa ya, yang sekiranya bisa bikin aku comfort untuk aku tulis malam ini? Aku bingung..Oh ya…I got it…Ceritanya mengenaskan dan menggetirkan..Jadi malam itu, 20 Juli 2009, aku dapetin pengalaman yang hm…memang bukan yang pertama kali, tapi tak kalah menyakitkan..Aku naek bus jurusan Banyuwangi-Madura…Dengan keadaan BERDIRI!! STAND UP!! Bisa bayangin gimana teparnya aku…Dak tanggung-tanggung!!! Dari Paiton pe Probolinggo…Untung waktu itu malem, jadi selaen dak panas dan kendaraan di jalan relatif dikit, waktu yang ditempuh juga bisa jadi semakin pendek…But what? Bisa bayangin ndak sich, paz ngerem mendadak? Gimana aku harus ngatur keseimbangan sementara di pundak aku bawa tas berisi laptop plus baju yang berat banget dan sebeleh tanganku masih harus melindungi anak seusia adik bungsuku..

Aku mikir banyak hal waktu itu…Yang pertama, aku ingin punya mobil sehingga aku dak harus tersiksa kayak gene lage…Yang kedua, kalo tar aku jadi menteri perhubungan, dak akan kubiarkan ada keadaan kayak gini. Abisnya di bagian depan bus (interiornya), ada tulisan kalo tempat duduk ada 60 kursi..Sedangkan jumlah tempat berdiri dak ditentukan..Itu artinya unlimited…Dan aku dak tau sampai kapan aku akan bernasib seperti itu…Aku dan siapapun yang berdiri belum tau nasib kami selanjutnya….Yang ketiga, aku masih berusaha bersyukur, sebab betapa tidak menyenangkannya keadaan ini, banyak hal yang masih bisa bikin aku survive berfilsafat. Lagian, penderitaanku ini dak seberapa dibanding mereka yang tengah bernasib malang.

Tapi kalopun ada hal ketiga itu, aku tetap serem membayangkan suasana malam itu..Hampir semua tempat, baik untuk berdiri maupun duduk uda dipenuhi penumpang..Tapi kondektur dan sopir bus tetep ngotot mau naekin penumpang…Khusus kondektur, dia juga ngotot minta ongkos dalam keadaan yang super duper sempit itu…Masya Allah…Dua hal yang sempat aku catat dalam perjalanan mengenaskan itu…Anak kecil yang kulindungi –yang belakangan aku tau namanya adalah Dini Hanifiyah—muntah dan aku harus bisa ngemongin dia…Kontan isi perutku juga ikut unstable.. Untung aku hanya sempat pusing dan sakit perut ringan…Dan sebelum aku sukses muntah juga, fia dan kemudian aku dapet tempat duduk..Itu baru namanya..I have a good seat…Yang kedua, pas lewat Bentar, tempat yang ingin banget aku kunjungi sehari itu, tastenya kerasa nihil banget buat aku…Aku jadi mati gaya, padahal sejak seharian aku ngotot ingin pergi ke Bentar…

Cerita ini tidak akan berakhir di situ, sebab selama perjalanan, aku dipaksa keadaan untuk memikirkan suatu hal..Yang muncul saat aku baru berkenalan dengan orang yang juga serombongan dengan aku…Lebih tepatnya dengan ibundanya Fia. Beliau ternyata adalah alumni NJ juga…termasu lawas sich, jika dibandingkan aku…Jadi pas gitu, aku juga tau bahwa beliau baru ditinggal suaminya wafat beberapa bulan yang lalu. Aku dak tau jelasnya, yang pasti dak terlalu lama..Aku merinding..Bukan kenapa-kenapa..; Membayangkan bagaimana sulitnya proses dan dinamika yang ia jalani…Apalagi dia kerap bercerita tentang romantika dengan alamarhum suaminya maupun segala hal tentang pernikahan mereka..

But, aku hanya bisa kasihan dan dak terlalu berkomentar banyak..Sebab seleraku untuk berkenalan dan ngobrol2 terlalu jauh seketika hilang manakala aku merasa lebih tertarik untuk bermonolog mengenai diri dan kehidupannya…Kasian banget pikirku..Aku jadi speechless…Tapi apapun yang terjadi, life must go on…Tak boleh ada jeda waktu untuk berhenti apalagi quit dari panggung dunia…Lagian beliau juga punya banyak alasan untuk survive alive, yakni dua buah hatinya..Dan tentunya kenangan yang ia miliki dengan almarhum suaminya,,

Aku miris banget pas dia bilang, “Nek dulu masih ada ayahnya Fia, aku biasanya harlah-an naek motor dari Madura…Dak peduli nyampe dan berangkat kapan…Nek capek yo istirah dulu di jalan…”, temenku yang diajak ngomong dan aku dewe cuma diem tanpa kata…Have no words to say..Palagi pas itu temenku cerita nek sebenernya beliau belumlah siap untuk berangkat ke NJ dalam waktu–waktu ini…Nach pas waktu itu aku masih oon, aku nanya aja dengan penuh kepolosan…”So then, why??”, temenku itu kemudian segera menanggapi….”Sebab semuanya bermula dari sini…” Aku sontak terdiam dan menyadari ada layar besar sebuah sejarah yang terkembang dalam otak dan pikiranku…

Hfh…Kasian banget, lagi-lagi aku hanya bisa bilang ini…Aku ngerasa dak ada yang bisa aku berikan kepadanya selain doa…Aku speechless, dan aku pun hanya masih berada dalam teori dan wacana yang seakan tak kunjung selesai…Dia tentu lebih tau banyak hal..Utamanya dalam hal ini. Namun gitu, semoga,,dia tak pernah lelah untuk tegar dan bertahan…Demi segala hal dan semua orang yang mencintai dan dicintainya…Kadang aku emang mikir, skenario yang diberikan Tuhan kadang terlalu ‘ngoyo-in’ buat manusia yang masih kewalahan dan ga stabil idupnya kayak aku, tapi percaya ndak sich, di balik segala getir yang diberikan, Tuhan dak AKAN PERNAH LUPA untuk menyisipkan sebuah manisan kecil…Yang akan menjadi besar dan mengenyangkan asal kita mau mencari dan menemukannya…

Trip to Madura (Season 2)

Setelah dapet tempat duduk enak di bus, aku segera gabungan ma temenku di sebuah kursi yang sedianya untuk tiga orang tapi kami buat berdua…Sebenernya aku dak terlalu kecapen karena tadi aku obob sepuasnya, cuma mungkin karena aku sempat berdiri dengan durasi dak beda dengan orang upacara, aku lebih memilih obob dan menyandarkan semua pikir dan perasaanku..Dak cepet nyenyak emang, sebab seperti biasa, aku dak pernah kehabisan pikiran saat uda mejamin mata dan belum ngantuk…Tapi malam itu aku cukup mati gaya…Uda cape, temen sebelahku emoh diajak bicara, sms dak ada yang dibales, jadi aku mutusin untuk maksain obob…

Emang dak nyenyak sich, cuma aku lumayan terlelap…Aku dak teu uda sampe di mana…Cuma aku sadar banget kalo pas bus lagi nyalip, pas lagi disalip, dan jalan yang dak enak. Terakhir aku ingat, bus yang aku tumpangi uda mau masuk ke Sby. Sbel aku inget Sby, bener-bener kota yang menyesatkan…Jadi aku tidur..Eh, tiba-tiba pas aku uda bangun, (karena ada penumpang yang mau turun), katanya uda di Sampang..Beh, cepet banget…Aku jadi panik sendiri dan segera sms agar ntar aku ga kayak orang ilang dan segera mendaat pertolongan alias jemputan…

Dan Alhamdulillah, meski aku sempat ketar-ketir aku bakal jadi orang ilang di dini hari itu, teryata ketakutan itu tidak berubah menjadi kenyataan. Karena…Ternyata, pas aku baru turun dari bus, uda da motor om Hasan parkir di sebelah ex monumen kuda…Jadi aku bisa segera ke t4 bibi dan….go to bed directly…Hm..Bener-bener beda ma perjalanan fase pertama…Pas aku berdiri dengan kondisi serba menjepit, waktu rasanya lambaaaaaaaaaaat banget jalannya. Serasa bus rodanya ga bulet, tapi segitga..Jadi jalannya lambat. Tapi giliran dapat tempat duduk enak, bisa obob, dan kesehatan juga ok, waktu serasa berlari sekencang angin….

Aku bahkan harus memendam niat awal ingin melihat ‘Indahkah Suramadu dini hari seperti indahnya pada sore hari itu…’, aku dak nyadar apa-apa (bahkan apakah bus yang aku tumpangi lewat pelabuhan atau lewat jembatan itu…). Jadi kalo diitung, aku sudah teler dengan resmi dan melewatkan Surabaya dan sepanjang kelokannya yang menyesatkan, Suramadu, Bangkalan yang konon adalah kabupaten terluas di Madura, dan tentunya what named by GUNUNG GIGIR…He…Jadi sebenernya ksatria salah juga nek bilang bahwa hobbiku yang paling mencolok adalah menikmati jalan…Tapi yang bener adalah OBOB. He…Sometime it`s a truth…

Epilognya sederhana..Itu loch, yang aku tulis sebelumnya…Betapa waktu akan menjadi sangaaaaaaat banget amat pendek jika kita merasa damai dan bahagia. Misalnya sedang berada dalam tempat dan waktu yang memang diinginkan, dalam keadaan yang menentramkan, dan atau bersama orang-orang yang disayangi. Tapi pas giliran sendiri, menunggu hal yang dak pasti, dalam kondisi yang dak comfort, waktu terasa berjalan jongkok...Ngerangkak, bahkan kalo bisa uda lumpuh dak bisa jalan…Padahal sebenernya, kapan dan di mana aja, waktu ya jalannya tetep kayak gitu..Melaku dan berderap semaunya…Dak mau berhenti pas orang lagi bahagia, dan dak mau segera berlari pas orang lagi nestapa…

Pertanyaannya, bisa gak ya, kita menjadikan semua momen dalam kehidupan sebagai hal yang bisa bikin kita merasa bahwa waktu adalah hal yang sangat menyenangkan? Bahwa waktu selalu berjalan mengiringi laju bahagia yang kita rasakan???

0 comMentz: