RSS

Rabu, 28 April 2010

Jogja Tour Leader

TL atau Tour Leader adalah sebutan untuk menggambarkan profesi seorang guider wisata. Aku kenal dengan istilah ini lewat sahabatku, Nisa, anak kebidanan yang juga berprofesi sebagai TL. Dia bilang kalaupun gajinya kecil dan capenya pwol-pwolan, tapi penglaman yang ia dapetin dari kerja sambilannya ini juga demikian besar. Ngiri juga sich, lha gemana ngga, dia bisa ke mana-mana jalan-jalan. Jadi pemandu wisata pula. Tapi aku sadar bahwa bidangku bukanlah bidang ini. Masing-masing orang punya kecenderungan berbeda…

Nah, bulan ini, aku tak sama sekali menduga kalo akan menjadi TL dua kali. Hehehe. Ya walaupun TL kacangan alias ga seformal Nisa gitu. Jadi ceritanya bermula saat ada mbak pondok yang menghubungiku viasms kalo dia akan ke Jogja, daftar S2 di UGM. Dia belum pernah ke Jogja, jadi aku harus bantuin dia, minimal agar ga terlalu kesasar dan dapat tempat berteduh sementara. Melalui sebuah pesan singkat, aku mengiyakan dan menyanggupi akan membantunya sebisaku, saat dia uda di Yk ntar…

Senja menjelang malam, dia datang dan mendarat di kota ini. Bantuan yang paling urgen adalah jemput anter sebenere…Karena kalo orang baru sampe Jogja uda dikenalkan dengan sumpeknya angkot –belum lagi adegan kriminal yang biasanya terlakoni di angkot—dan jauhnya jarak yang harus ditempuh dengan kaki, bisa-bisa ia ga kerasan duluan di Jogja yang uda mulai panas..Hehehe, lebay…Untuk urusan antar jemput ini, aku harus mengandalkan daya ingatku terhadap rute-rute jalan di Jogja. Dan itu artinya, aku harus berlatih untuk tidak lagi ketuker kanan sama kiri saat ngasih petunjuk jalan. Mengenaskan memang, di usia setua ini, aku masih suka pangling mana kanan mana kiri. Tapi alhamdulillah setelah sering megang motor, gagapku itu lumayan terkurangi. Minimal aku faham, nek tempat yang aku tuju adalah sebelah kiri, aku dak perlu nyeberang, dan jika kanan, maka aku harus nyebrang. Ternyata ga sulit-sulit amat membedakan mana kanan dan kiri…Meski jika tanpa latihan, bakal keroso suliiiiiiiiiiiiit banget.

Dalam acara satu ini, aku ternyata ga hanya harus berkompromi dengan rute-rute jalan Jogja. Rute jalan Jogja termasuk mudah dan memorable banget menurutku. Ga bikin kesasar, apalagi bagi anak jalan kayak aku. Hehehe. Beda banget dengan kota metropolis semisal Surabaya dan Semarang. Jalan ya lurus ngono thok. Dari sini aku juga berpikir bahwa hobiku menikmati jalan terkadang juga sangat membantuku. Hal lain yang juga harus aku andalkan adalah referensi tempat nongkrong, wisata kuliner, daya ‘manis’ untuk membanatu nawarin barang, juga membantu mbakku itu dalam melobi seorang profesor untuk bisa ngasih rekomendasi..yang lebih bikin ribet, kampus yang ingin dimasukinya bukan kampusku sendiri, tapi kampus laen. Jadi aku dak banyak tau tentang seluk beluk kampus itu..Tapi sebagai Jogjaness, aku dituntut untuk lebih tahu segala halnya. Ya masa aku lebih oon dibanding orang yang pertama kali ke Jogja. Haloooo…Ini bener-bener kecelakaan sejarah…

Ceritanya banyak dech…yang pertama dan yang paling bikin jantungku sport adalah proses mendapatkan rekomendasi dari seorang guru besar. Sebenere tugas bantuan ini tak sama sekali terbayangkan olehku, cuma karena satu dan lain hal, akhirnya aku juga menghandle urusan ini. Ya emang cuma bantu sich…Tapi perasaanku juga ikut bermain di dalamnya. Ikut deg2an juga gitu ceritanya…Hmhm..tapi dikenang malah jadi asyik, apalagi jika diingat bahwa cerita tersebut berending happy. Maunya senyum2 dan bahagua terus. Ya, sebab tanpa diduga tanpa disangka, kami berhasil mendapatkan rekomendasi seorang guru besar yang tak pernah kenal dengan mbakku yang minta rekom itu. Tapi mungkin chemistrynya dapet dan lobiernya pinter, maka urusannya pun mudah…Hehehe…Di kantor dekan Sy siang itu, aku memancangkan senyum kemenangan bersama teori bahwa..terkadang dalam hidup, kita emang harus BONEK. Dak popo, sekali-kali asal jangan keseringan…Hehehe..

Cerita kedua sebenere uda biasa aku alami. Tapi kali ini cukup membingungkan dan melelahkan. Dipimpong administrasi kampus ke sana ke mari bikin aku kewalahan juga. Ya, apalagi, dan lagi-lagi harus kukatakan, kampus yang kutelusuri bukanlah KAMPUSku!! Aku hanya tau sedikit hal tentang kampus itu…Untungnya aku lumayan sering seliweran di kampus itu..Jadi oonku cuma bingung nyari tempat parkiran dan lemes saat dipimpong dari gedung lengkung, fakultas, lalu ke DAA. Aku jadi miss asker bener waktu itu, nanya ke mana-mana. Tapi gapp, malu bertanya khan sesat di jalan. Alhamdulillah karena aku dak malu bertanya, aku dak sesat di jalan…Meski sempat kesesat cari jalur masuk ke PAU.

Bener-bener siang yang melelahkan, tapi sebagai TL, aku masih harus menjaga senyum dan stamina. Hehehehe…Lebaaaaaaaaaaaayyy…Akhirnya, sesudah bolak-balek dari mana-mana, aku bener-bener bisa bertemu dengan orang yang sedari tadi aku cari. Bapak itu bilang kalo aku keliatan cape banget. Mungkin mimik wajahku lagi lemes banget waktu itu…Aku cuma nanggapi biasa aja sambil terus mendengarkan percakapan antara mbakku dengan bapak itu. Ternyata kuliah S2 itu lebih sulit dibanding kuliah S1. Hmhm…Gimana aku besok ya? Begitu pikirku kala itu…

TL juga harus tau banyak hal tentang tempat-tempat umum di seantero Jogja. Contohnya adalah ketika mbakku mau beli materai di sekitar kos tapi tu barang ga ada, aku harus bisa memberinya referensi saat kami uda di wilayah UGM. Duh, mana kutau? Kuajak ajah ke Kopmanya. Alhamdulillah berhasil. Yang kedua, warnet di sekitar UGM. Ini lagi…Aku bingung banget..padahal sebenre di sebelah fak tek pertanian UGM ada. Aku biasa melewatinya abis beli nasi dari Pogung. Tapi siang itu aku lupa. Yang ada di pikiranku justeru adalah warnet yang tempatnya bagus dan parkirannya keren. Mungkin karena punya daya eksotis juga, aku jadi inget ma warnet yang ini…Meski tempatnya jauh dan harus muter cukup jauh. Alhamdulillah lagi aku bisa ngasih referensi yang bisa dimanfaatkan. Hehehe. Jika tidak, kredibilitasku sebagai cah Jogja perlu dipertanyakan lagi dwonk!!!

Urusan akademik beres, Tinggal urusan jalan-jalan. Kali ini aku juga bingung, mau tak ajak ke mana mbakku itu. Kutawari ke Paris, dia emoh karena jaraknya. Terus ke mana dwonk? Masa ke Malioboro lagi dan lagi? Tapi ya akhirnya emang lari ke Malioboro setelah aku tunjukkan tugu Jogja yang konon legendaris itu…di Malioboro ya kayak gitu thok suasananya. Orang jualan, orang nongkrong, orang nawar-nawar, orang berdesakdesakan, and what’s more? Hm…Tapi lagi-lagi, aku harus bisa mempertanggungjawabkan status Jogjaku. Jadi meski ga maksimal, aku coba kasih pandangan tentang barang ataupun setting cerita kala itu. Daerah di sekitar Malioboro, apa ajah oleah2 khas Malioboro, kaos Dagadu, sovenir-sovenir, dan lain sebagainya. Ya minimal aku dak hanya diem dan bisa bantu nawar. Harus ngasih meaning gitu…Heheheh….

Untuk urusan jalan-jalan, cukup mengasyikkan emang bareng mbak ini. Kami bisa lupa waktu kalo uda di jalan. Palagi khan Jogja masih ramah, dak ada tuch, ceritanya kemacetan dan polusi yang over..meski kalo siang, panasnya lumayan juga. Aku ajak dia ke seluruh penjuru jalan protokol, eh ternyata daya ingatnya ok juga. Pas pertama kali dijemput di Janti, mbakku tu khan liat jembatan layang di simpang lima. Eh pas tak ajak ke Kotabaru menuju Lempuyangan, dia nyangkanya itu di Janti. Hehehe. Teksturnya emang lumayan sama sich….dan satu lagi yang bikin enak hati, ya karena TL tidak pernah dibiarkan kelaperan..hehehe…

Hmhm…cukup berpetualang emang, bulan ini..Meski aku harus membayar harga yang tidak murah setelah menyelesaikan sesi pertama aku jadi TL geto. Aku ngedrop dan harus istirah sepekan lamanya. Ngedrop karena banyak hal sich, aku ngerosonya kecapean ajah…Biasa BBC e malah enggak. Apologetik juga sebenere, lha bulan ini aku kebanyakan berleha-leha saat biibii di tempat servisan, jadi sebenere aku punya banyak waktu kosong untuk…mmm..istirah. Dan sayang seribu sayang, momen sakit ini justeru aku alami saat aku harus menjadi TL untuk yang kedua kalinya bulan ini..

Momennya hampir sama, meski orangnya berbeda. Ada mbak pondokku yang kul S1nya di Jkt juga bermaksud daftar S2 di UGM. Mujurnya mbak –yang pernah jadi keamanan di pondok ini—adalah karena aku sudah tau jalur-jaur yang harus ditempuhnya, sehingga ia tidak perlu terlalu kesasar dan kebingungan serta khawatir akan dipimpong lagi oleh pihak kampus. Tapi kasian banget, lha masa dianya dateng, aku malah sakit..Aku hanya bisa pwol nemeni dia seharian pas daftar di UGM dan jalan-jalan ke Malioboro. Uda itu aja. Bukannya aku yang direpotin, malah dia yang kewalahan pas aku sakit. Kasian banget…yang bikin aku merasa bersalah, sebagai tuan rumah, aku bahkan dak berkesempatan untuk menjemput dan mengantarnya ke stasiun..
Hmhm…Aku berkali-kali minta maaf dan dia hanya nanggapi sewajarnya ajah..Tambah dak enak aku…

Dan dua momen itu sekaligus mengajariku bahwa..Kita harus mempertanggungjawabkan status kita, seremeh dan seenteng apapun status itu. Terlebih bagi outsider. Ya, aku jadi inget perkataan salah satu dosenku yang cakep abis itu…”Jangan bangga dan keburu ngaku anak TH jika urutan surat dalam Al-Qur’an ajah ndak hafal”..Hm, ternyata teori ini sudah lama terdengung di telinga dan kepalaku…Cuma baru mau terefresh dan terupdate jika ada kejadian yang connected2 gitu…

Dan pertanyaannya adalah…Seberapa kita berdarah-darah untuk mempertanggungjawabkan berbagai macam status yang kita sandang??? Hm??? (Tulisan ini diakhiri dengan sangat terburu-buru)…

Senin, 12 April 2010

Tanpa Biibii

Alasan teknis juga sebenere..Kenapa uda pekan kedua ampir abis di bulan ne, belum ada satupun entri yang nongol...Ngaputen banget...

Belum ada waktu, keadaan, dan sarana yang cukup mendukung...
Sayanya juga sok-sokan sibuk jadi tour leader dan aktivis dadakan..

Hope everything will be fine soon...