RSS

Senin, 13 April 2009

Golput

What`s golpuT? Golongan putih? Lalu siapa saja yang tergolong golput? Mereka yang dak dapet surat suara seperti aku, ato orang yang surat suara tapi emoh berangkat ke TPS? (Karena sakit, capek, ada kepentingan laen, ato emang dak mau pergi karena males sama janji yang menurutnya selalu teringkari? ) Ato bahkan, TNI dan Polri yang emang bukan warga sipil sehingga dak berhak menyalurkan suaranya? Ok, mungkin salah satu atau beberapa prediksi jawaban ini bisa sedikit mencerahkan.

Tapi, mengapa harus (dengan bahasa) golput? Ada apa dengan putih? Kenapa bukan golongan abu-abu aja ya? (Kalo disingkat mungkin jadi dak ok kalee...)..Kalo pake putih, seolah-olah golongan itu adalah golongan yang pure, suci, dan tak bersalah..Tanpa dosa bukan. Bukankah itu behind the text dari kata ‘putih’ yang merupakan antonim dari warna hitam yang –meski katanya seksi- namun cukup menyeramkan? Singkatnya, putih biasanya diindentikkan dengan yang bae2, dan hitam sebaliknya. So, what must golPUT? Kalo emang bukan abu-abu (yang biasanya diidentikkan dengan netral), napa dak golongan hitam aja ya, untuk nunjukin bahwa golongan itu adalah golongan yang kurang responsible for their right?

Trus, what do you think about Golput? Loch, gimana aku bisa menjawab pertanyaan ini jika definisi, clear and distincnya aku dak tau...Mungkin ga baek kali ye...Konon katanya, tingginya angka golput menunjukkan tidak suksesnya pihak (yang merasa berwenang) untuk menumbuhkan kesadaran politik masyarakat secara luas..But, kembali aku akan bertanya, jika emang semua masyarakat di bumiku Indonesia tidak seharusnya golput, mengapa harus ada golongan (meski minoritas tapi masih bisa dihitung) yang justru dipaksa untuk membekam suaranya sebab ia memiliki kewajiban menegakkan dan menjaga keamanan? Tanya kenapa? Hak dan kewajiban, pilih mana?