RSS

Rabu, 18 Maret 2009

Kerrrrrrennnnnnnn..

Baru beberapa menit sebelum menulis posting ini, aku, seperti biasa harus duduk manis dan menunggu giliran; namaku akan dipanggil, ditunjukkan sebuah kertas yang bertuliskan nomor kmputer yang akan kugunakan, lalu go...Ya, itu suasana dan proses yang harus kulalui agar bisa online gratis di ruang multimedia perpus pusat kampuz..

Namun bukan itu yang ingin aku ceritakan...Barusaja, saat aku menunggu, di depanku terhidang beberapa lembar koran SINDO yang terlihat lumayan lusuh. Aku liat tanggal terbitnya, sudah seminggu yang lalu. Hari Kamis 12 Maret 2009. Sebenarny aku emoh membacanya, namun..aku pikir tak ada hal lain yang lebih menarik dan bisa kulakukan dalam aktivitas menunggu itu...Aku pun mencomotnya dan...

Di halaman depan kolom feature, aku tertarik untuk membaca sebuah berita. Karena mungkin judul yang menarik atau temanya yang menggugah dan mendobrak naluriku...Bagaimana tidak, seorang wanita kelahiran 79 berhasil menciptakan 300 puisi dalam jangka waktu tiga bulan. What amazing!! Aku piikir, dak popo dulu kita mendefinisikan produktifitas dari segi kuantitas, toh pada akhirnya aspek kualitasnya juga akan tersentuh. Dan ibu dua anak yang bernama Nadya Nadine (kalo dak salah) itu juga menggandol penghargaan MURI berkat capaiannya yang cukup spektakuler itu..

Membaca kisah hebat ini, aku merasa terlemparkan pada kenangan dan catatan sejarahku sendiri..Dulu, saat aku masih bernaung di C 9, aku juga pernah merasakan apa yang mungkin menjadi inspirasi dan pemicu Nadya bisa seproduktif itu.. (Meski aku tidak sehebat dia)..Aku merasakah sebuah depresi, komplikasi, atau apalah namanya yang tak bisa aku tumbalkan selain pada kertas dan pena, pada sepi dan gundahku, pada harap dan cemasku...Dan pada semua dua sisi yang waktu itu (juga masih saat ini) menderaku..Namun sayangnya, segala tekanan batin dan gundah (serta juga banyak rasa bahagia) saat ini belum cukup menjadi alasan untukku seproduktif dulu. tanya kenapa? Karena aku juga tidak kekurangan alasan untuk bermalas-malasan...Karena aku tidak bisa lagi memiliki apresiasi yang tinggi terhadap semua yang aku lihat, aku dengar, dan aku rasa..

Yach, aku ingin mengatakan bahwa wanita itu emang hebat...hebat banget..dan aku ingin decak kagumku padanya tidak akan berhenti menjadi decak kagum saja...Menjadi sekadar wacana yang akan menguap dibawa udara...

JIka seorang istri dan ibu dua orang anak (dengan segala kesibukannya) masih bisa seproduktif itu, mengapa seorang mahasiswa yang tidak aktivis dan masih belum punya pekerjaan tetap seperti aku tidak memiliku waktu dan kesempatan lebih besar untuk bercengkrama dengan puisi??
Wallahu a`lam...