Keadaan under pressure kadang aku bahasakan dengan limitation. Keduanya memang bukan merupakan entitas yang sama, cuma cukup bersinggungan. Berada dalam sebuah tekanan mungkin lebih kepada deskripsi adanya sebuah tuntutan yang harus dipenuhi, sedangkan keterbatasn berarti ketikda atau kekurangmampuan untuk memaksimlkan tuntutan tersebut. Ketemu khan?
Baru-baru ini aku coba bikin teori-teori sendiri dari pengalaman kehidupan yang aku dapetin. Ya, seenggaknya karena aku uda ga seintens dulu nulis diary, aku ya harus bisa menggantinya dengan hal yang juga berharga, meski tidak harus sama. Nah, dari mengingat kejadian yang pernah aku alami dan merenungkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama, aku kemudian mendapatkan aha (bahasa Bu Adib)..
Salah satu AHA itu adalah bahwa..Keterbatasan kerap menjadi sebuah dorongan untuk memiliki power to do more (wah..Bahasanya sok iklan banget)..Dan dalam keadaan ini, gak seharusnya manusia –terutama aku—semakin membatasi keterbatasan itu. Sebab, dalam keterbatasan apapun, pasti ada hal yang bisa dilakukan. Nah, kalo masih mau nunggu keterbatasan itu ilang, kapan actionnya? Salah-salah malah muter-muter ga selesei di wilayah wacana. Ya ndak sich?
Anyway by the way, jane teori ini pernah disampaikan oleh salah satu dosenku, pengampu mata kuliah QK pas semester empat kemarin. Aku diam-diam membenarkannya dan mulai merumuskan versiku sendiri, minimal biar bisa define me ajah. Nach jadi sebenere, keterbatasa itu bikin kita punya power lebih. Untuk melakukan sesuatu yang juga lebih. Contohnya gini, dulu pas masih di pondok, aku pernah mania banget sama dunia kata-kata dan puisi. Wis pwool pokoe. Selaen karena lingkungan, aku rasa saat itu aku tengah jatuh cinta ajah. Hehe..
Pas itu, konsumsi buku sangat terbatas dan aku tidak punya cukup banyak akses untuk bersentuhan dengan dunia keindahan kata. ya dengan orang-orang yang berkompeten, forum yang supporting my will, dan mungkin komunitas dan lingkngan yang kondusif. Hanya ada beberapa sarana yang bisa aku manfaatkan saat itu. Semuanya serba minim. Tapi keminiman itu malah bikin aku berbuat banyak hal. Waktu itu mungkin aku berpikir bahwa dalam tempat yang penuh keterbatasan itu, aku juga masih bisa berkarya. Meski dak banyak puisi yang aku konsumsi, dak banyak referensi yang aku miliki, itu semua dak kemudian berarti aku dak bisa berkarya.
Dan hasilnya memang ada! Saat itu tiap hari aku bisa nulis sebuah puisi. Arsipnya masih ada hingga saat ini. Aku membayangkan, saat itu, ketka miliuku uda mendukung ntar, aku akan semakin produktif dll. Tapi ternyata perkiraan itu cukup meleset. Buktinya sampai di Yk ini, aku malah kurang produktif bahkan bisa dibilang sama sekali tidak produktif jika dibandingkan dengan keadaan dan intensitas nulisku pas masih di pondok dulu. Faktor lain sech emang ada, tapi aku juga ga faham nama semangatku untuk menseriusi puisi justeru surut saat aku sudah berada di kota budaya ini…
Dari situ aku kemudian berpikir, bahwa keterbatasan kerap menjadi sebuah motivasi terkuat untuk memberikan dan meniciptkan hal yang lebih baik. Hm..dan teori ini cocok untk disamakan dengan keadaanku sekarang. Weh, keterbatasan yang bagaimana dwonk???
Cerita bermula saat hape yang aku pegang mulai rewel. Emang sejak awal dia uda rewel. Kena virus pertamanya. Masalah kedua sering nge-hang, dan lola. Sangat tidak kondusif dengan aku yang biasa ngetik sms cepat dan mau segalanya segera selese. He. Emang untuk urusan sms, aku doyannya pwol. Dan masalah ketiga, seperti halnya dua masalah laen, tidak berkesesudahan artinya SUSTAINABLE alias berkelanjutan. Ga selese-selses gitulah. Masalane ada di Joystick navigator.
Sebenere uda pernah aku servis pas lagi di rumah dan joystick itu resmi diganti dengan joystick lain. Inget banget aku, bapak yang ngurusi dan bayarin semua biayanya. Nach..Uda dipake lama dan enak, ga tau kapan tiba-tiba joystick itu rewel lagi. Awalnya tidak bisa arah atas, namun yang kemudian kekal hingga saat ini adalah disfungsi arah bawah. Tak pelak, aku kelabakan. Tapi enjoy juga akhirnya, sebab hape itu seakan hanya mau berfungsi jika aku yang make. Jika orang laen make, dijamin mereka kebingungan dan masih harus mendapatkan arahan dariku. Heheheh…
Yang bikin enjoy, juga, karena..aku bisa lebih kreatif saat keterbatasan itu datang. Intine, aku akan muter otak lagi untuk bisa menggunakan fitur navigator bawah dengan jalan pintas lain. Aku mulai mengakali hape itu saat dia tidak mau sama sekali berkompromi denganku. Hehe. Banyak yang berhasil sich..Meski peran navigator bawah itu tidak semuanya bisa tergantikan oleh jalan pintas yang aku bikin. Tapi minimallah, meski rewel, hape itu juga bisa membantuku dalam DEFINING MINE..Hehehe.Korban iklan banget aku ney…
Yah, meski gitu, aku sbenere uda tidak sabar untuk lepas dari hape itu dan akhirnya beli hape baru. Servis dulu, terus beli laen. Ya, intine harus ada pemasukan ini. Heheh..ya, berarti artinya aku harus kembali jadi mahluk yang mojok di pojok kamar dengan dahi berkerut dwonk?? OK, siapa takut..
Then, then, then, salah satu tugasku selanjutnya adalah….
HUNTING HAPE BARU. TAPI TIPE BERAPA YA?
Ya mbuhlah, dapetin uangnya dulu kalo gitu.
He, semangat, Ta!! Keterbatasanmu edisi ini akan berbuah hape baru. Yuk…Yuk..
0 comMentz:
Posting Komentar