Seingatku, sejak kecil aku uda sering bersinggungan dengan yang namanya televisi. Dulu, duluuuuuuuuuu banget, pas aku masih kecil (kayaknya pas aku masih TK), kakek punya tipi item putih yang manual itu. Channelnya kalo dak salah cuma da tiga, yakni TVRI, TPI, dan ANTV. Sama dwonk, kayak parpol waktu itu, adanya tiga thok. PPP, Golkar, dan PDI. Hehehe. Intine dulu aku inget sering nonton tipi item putih itu…Bareng keluarga, biasane malem, sesudah aku belajar ama kakek. Sekarang tipi tu aku dak tau ke mana. Yang jelas sudah ga ada di rumah. Popularitasnya mulai menurun sejak ia ada yang nggantiin.
Perkembangan selanjutnya, Bapak beli tipi warna yang saat itu lagi booming-boomingnya. Para tetangga uda banyak yang punya, jadi aku ngerengek ke bapak, minta dibeliin barang serupa. Nah, abis itu..Seingatku, tipi 20 inchi itu sempat digondol maling, pas aku kelas VI SD. Aku saat itu mungkin ga ingin terlalu banyak tau tentang gimana tipiku itu hilang dan semua hal yang berkaitan dengan itu, jadi aku mungkin hanya bisa mengingat-ingat saja. Hal yang paling aku inget, setelah digondol maling, tu tipi sempet ada lagi di rumahku. Gatau gimana prosesnya. Tapi yang jelas, stiker yang bertuliskan namaku di tipi itu belum diilangin ma pencurinya. Naksir barangkali, sama namaku. Hehehe.
Pas itu..karena ga ada telepisi di rumah, seingatku, aku nonton di tempat tetangga yang sebenarnya juga adalah keluargaku. Malem-malem pula. Berarti saat itu, aku uda kecanduan untuk nonton telepisi. Kecanduan ansich ya ndak juga, cuma aku tuch ngerasa ga lengkap jika gak nonton tipi, karena besok dak bisa nyambung ma perbinangan temen-temen Sdku yang suka ngrumpiin acara yang ditonton semalem. Hehehe..
Pas itu juga, seingatku, pernah ada pemadaman listerik massal di Madura karena kabel PLN yang menghubungkan Madura dan Surabaya korsleting di Selat Madura. Nah…pas itu juga, aku selalu ikutan rombongan rame-rame (pake pick-up) untuk nonton tipi di rumah keluarga yang punya diesel..Nah…Pas itu, aku biasane ga pernah absen, demi menjaga gengsi. Hehe. Jadi tempat saudara yang punya diesel itu ada di Larangan. Jadi dech, setelah isya’. Aku punya jadwal baru waktu itu..nah pesertanya dak hanya anak seumuran aku, tapi juga orangtua-orangtua gitu. Kecuali orang tuaku, mereka emoh gitu untuk ikutan.
Tau alasane apa? Atau tau apa yang ditonton? Hm..Ternyata yang ditonton adalah SINETRON, bukan apa. Belakangan aku baru tau bahwa sinetron itu adalah kependekan dari sinema elektron. Kalo definisi aplikatifnya sich, aku sudah faham..Tapi definsi linguistiknya tu aku baru tau dari Ra Faizi, sekitar taun 2004-2005, pas aku kelas II Aliyah.
Nah terus, jadi sinetron itu adalah semacam cerita bersambung di majalah yang bikin pensaran karena alur ceritanya dipenggal ma beberapa episode. Nach, ketika BERSAMBUNG itulah, si penonton suka menerka-nerka apa yang akan terjadi pada episode mendatang sehingga mereka merasa ga ok kalo sampe ketinggalan ga nonton episode selanjutnya itu..
Biasane, di awal dan akhir setiap episode, ada penanyangan episode sebelum dan sesudah epsode itu. Ya, sekadar membantu pemahaman penonton dalam memahami alur secara utuh dan…juga memunculkan rasa penasaran penonton..Agar mereka tetep mau nonton pada episode selanjutnya. Bahkan break iklan pun kadang diawali dengan cuplikan adegan yang akan ditampilkan sesudah iklan tersebut.
Aku juga masih inget, dulu aku suka baca ringkesan sinetron yang biasanya dimuat di media massa. Waktu itu kalo ga salah majalah Nova yang sering dikonsumsi tante-tanteku. Intine sinetron sebenere uda mendarah daging di masa kecilku. Soale sejak aku di pondok, aku dak bisa mengakses televisi dan akibatnya aku banyak ketinggalan update terbaru tentang persinetronan Indonesia. Heheheh…
Nah…Untuk apa aku nulis catatan ini? Jane aku hanya ingin bilang bahwa alur sinetron Indonesia (yang biasa aku tonton itu) kadang ga realistiiiiiiiiiiiiiiiiiis banget. Terkesan dipaksakan dan malah kesannya jadi kaku pwol. Meski yang namanya kemungkinan, dari skala terkecil hingga skala terbesar, pasti ada dalam kehidupan, tapi ritme idup juga kenyataannya ga selalu didominasi oleh kemungkinan2 dan kebetulan2 yang kesane dipaksain banget. Malah ga menarik jadinya.
Ya, itu sekadar uneg2ku aja. Aku sich dak lagi jadi pemerhati sinetron Indonesia sekarang, cuma ya…aku masih punya kontrak untuk selalu setia nonton satu sinetron yang juga menjadi idolanya anak kos..Lha katanya sinetron itu uda best watcer dech, tapi lama-lama irrasionalitasnya malah tambah dan semakin tampak. Ya meski aku emang dak bisa sok-sokan, sebab siaran di telepisi khan juga ga bisa dipisahkan dengan yang namanya rating—iklan—dan duit.
Ngomongin ini, aku malah inget dengan apa yang pernah disampaikan ma ustadku pas pengajian malam di pondok dulu. Dia bilang, alur sinetron itu terinspirasi oleh kehidupan nyata. Aku tidak membenarkan seratus persen sich, soale kabanyakan sinetron yang aku tonton itu pasti ngebahas masalah status seorang anak. Ya ternyata si A adalah bukan anaknya B dan malah anak biologisnya C, dan lain-lain. Pertanyaannya, apa emang alur kehidupan seperti itu? Kayaknya ga semonoton itu dech..
Tapi ucapan tersebut kerap memang benar adanya. Ya gimanapun, alur sebuah cerita rekaan sedikit banyak pasti diilhami dari cerita kehidupan nyata. Tapi, mungkin ngga ya, karena kebanyakan mengkonsumsi sinetron, si penonton malah sangat dan begitu terpengaruh dengan adegan yang ia tonton sehingga—sengaja maupun tidak—adegan dan atau alur itu malah balik mempengaruhi alur kehidupannya yang bener-bener nyata? (Seperti tingginya angka perceraian masyarakat karena melihat selebritis idolanya banyak yang bercerai?)
Well, Wallahu a’lam atas jawabannya. Tapi kebanyakan mengkonsumsi—atau sekadar bersingungan—dengan sesuatu kadang mudaaaaaaah banget menimbulkan adanya kontaminasi gitu. Ya nda? Terus, bagaimana dengan diriku sendiri? Adakah sinkronitas alur nyataku dengan alur rekaan yang disajikan sinetron—dan atau pilem yang pernah aku tonton? Mmm…Ga enak juga untuk ngejawab ini sebenere. Ya, tapi tak kasih gambaran ajah dah. Intine ada, aku ngerasa saat ini tengah masuk dalam pusaran alur yang cukup rumit, seperi Kak Ezy dan Salwa di Demi Cinta serta Kak Ilham dan Safa di Safa dan Marwa; keduanya sama-sama sinetron di RCTI. Herannya dua tokoh itu diperankan oleh orang yang sama, yakni RIONALDO STOCKHORST. Bravo for him!!!
Palagi ya? Hm..ada sebuah cerita yang mungkin akan jadi point akhir tulisan ini. Daya adiktif sinetron tidak jarang bisa bikin orang rela untuk TENGKAR (rebutan channel..), hehehe. Dan aktivitas ini bisa melampaui batas apapun, sesama temen, sesama saudara, bahkan antara ibu dengan anaknya. Hehehe. Seperti AKU!!
0 comMentz:
Posting Komentar