Life cOntains sOme poSSibilitieZ
Siang yang terik itu, aku dan Chiko berhasil membujuk Unyil untuk mau ikut kami makan barang di kosku. Chiko dan Unyil sebenarnya sudah sama-sama sarapan, namun mereka berdua ngangguk juga setelah kuiming-imingi abon yang aku bawa dari Madura pas pulang kemarin. Abon itu adalah ciri khas oleh-olehku yang selalu ditunggu-tunggu oleh temen-temen, khususnya teman-teman kelas. Mbah yang buatin, spesial untuk aku. Hehehe,,
MK 3 SKS yang cukup medddeni itu juga cukup sukses bikin perut keroncongan. Kami bertiga akhirnya sepakat akan transit dulu di kosku sebelum kemudian melanjutkan alur hidup masing-masing, di siang yang –masyaAllah—terik banget itu. Sip. Berangkat. Tak ada yang menarik di perjalanan. Semua terasa biasa-biasa aja..Kami memilih rute pulang lewat gedung teatrikal agar bisa sedikit meminimalisir kontak dengan sinar matahari.
Kami ngobrol-ngobrol santai (aku masih ingat waktu itu kami ngomongin ada orang mirip bule berambut pirang dengan kulit yang putih kemerahan namun dengan postur tubuh Indonesia). Kami sibuk berdebat apakah dia bule atau tidak, namun tidak ada yang berani mengajak kenalan dan ngetest speaking untuk mengetahui apakah orang tersebut memang benar-benar bule ataukah tidak. Dialog kecil-kecilpun dimulai..kami bertiga sama-sama mengangkat suara, hingga akhirnya…
Sampai di depan MP setelah melewati taman parkir sebelah selatan FaDa, aku tersenyum sendiri menyaksikan pemandangan yang bagiku nyaris baru. Seseorang (entah supir atau kenek bus) tengah tidur pulas di box barang di bagian bawah bus. Aku tersenyum dan diam sejenak, menghentikan langkahku. Tidurnya tampak puleeeees banget di tempat itu. Untungnya arah miring tidurnya membelakangiku sehingga aku pun bisa dengan mudah menjepretnya. Unyil dan Chiko dak protes sedikitpun, mereka senyum-senyum gajebo gitu…
Aku seneng akhirnya kameraku ndak hanya bisa dibuat ajang narcis-narcisan atau sekadar mengabadikan momen dan jepret pemandangan yang inththoy. Kali ini fungsinya juga bisa…mm…memotret kehidupan. Oalah, bahasane nggaya! Iya, beneran, aku ngeroso banyak belajar dari gambar yang aku potret ini. Yang pertama, aku mikir, bahwa hidup memang memiliki banyaaaaaaaaaaaaak kemungkinan. Dak ada single faktor, bahasa filsafatnya. Sebab itulah, selama masih dak nyalahi nurani, kemungkinan itu ok-ok ajah dimanfaatin. Dalam kasus ini, box barang di bawah badan bus khan fungsinya bukan untuk tidur tu, he..Bisa gosong kepanasan karena berdekatan terlalu close dengan mesin. Biasane dibuat tempat barang. Eh, tapi dalam keadaan bis parkit, ternyata tempat itu juga enak buat obob. Apalagi ditemani angin yang berdesir pelan..
Yo aku sendiri ndak bisa bayangin kayak gimana rasanya, nyenyak, nentramin, ato sebenere hanya karena terpaksa. Tapi dipikir-pikir ndak juga, lha wong di atas bus eksekutif itu masih banyak tempat kosong, napa si bapak tu lebih memanfaatkan tempat itu? Jika bukan karena tempat itu lebih representatif untuk istirahat? Ya nda?
Wah..wah..jika begitu keadaannya, berarti ne lumayan sama dengan teori generalisasi atau perluasan makna dalam Bahasa yang memang merupakan suatu keniscayaan dari berputarnya waktu. Box yang dulunya hanya bisa dijadikan tempat naruh barang (biasanya yang sudah tidak bisa diakomodir di dalam bis), maka dalam keadaan tertentu, tempat itu juga bisa jadi tempat yang enak buat tidur…Nah, terus intine, berarti waktu donk, yang menciptakan perubahan? Hm..yo ndak segitunya, waktu meniscayakan perubahan ajah..Hmhm,,,yang bikin berubah yang pikiran manusia (yang sebenere tidak bisa dilepaskan dari waktu itu sendiri…)
Dan epilognya adalah, karena hidup menyediakan banyak kemungkinan, maka…Cobalah untuk memiliki sebanyak mungkin pandangan/praduga dalam menilai sebuah persoalan. Intine yo, harus objektif ajah dan ndak perlu membatasi pandangan pada beberapa hipotesis saja. Asalkan beralasan, hadirkan ajah hipotesis sebanyak mungkin. Kenapa gitu? Yap, karena tidak ada yang bisa dengan pasti dan selalu tepat memprediksi apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang akan terjadi..jadi segala kemungkinan yang ada dak bisa begitu saja dinegasikan…(hehehe, ne ceramahi diri sendiri….Sok jadi detektif ajah..)
Yap, sebab terkadang, aku dewe merasa terlalu shock mendapati kenyataan hari kemarin yang baru saja aku tahu dan belum pernah aku bayangkan sebelumnya (wah..wah..apa asbabul wurudnya ya, ini?)
Jumat, 26 Februari 2010
AYOW MENABUNG!!
AYO MENABUNG!!!!!!
Aku termasuk orang yang suliiiiiiiit sekali untuk menabung. Banyak alasannya sich..selaen karena menabung aku anggap sebagai paksaan dan aku pernah melakukannya semata-mata karena mengikuti ritme orang yang di sekitarku, bapak-umi maupun temen-temen. Nabung tu pernah dinyanyiin ma Saskia-Geofany pas jaman aku kecil dulu..Katanya nabung tu bisa membuat kita mudah membeli apapun yang kita inginkan…Mau keliling dunia bisa, mau apapun bisa..
Di pelajaran IPS, kalo ndak salah pas kelas tiga SD, aku juga pernah dapat pelajaran tentang menabung. Prinsip menabung itu adalah SEDIKIT DEMI SEDIKIT MENJADI BUKIT. Hm, pada sekolah-sekolah maupun tempat yang aku singgahi, aku kerap juga ikut-ikutan nabung..Ikutan trend lah..lagian aku juga nyadar bahwa euforia saat menerima tabungan itu kereeeeen banget. Bahagiaaaaaaa banget rasanya. Tak terbayangkan dan emang tak tergantikan. Hm, jadi dari situ juga, aku kemudian berpikir, gapaplah, aku ikut ritme orang-orang di sekelilingku. Itung-ituang biar aku ndak oon sendirian saat temen2ku pada enak2an menikmati hasil tabungannya.
Dulu…pas masih SD, aku juga pernah berpikir bahwa tabungan itu juga berwujud dalam ritual arisan. Dan arisan ini dak hanya milik ibu-ibu, sebab pas SD, aku juga uda sering ikutan dan bahkan pernah menjadi EO sebuah arisan. Ada kebanggan tersendiri memang, belajar berkoloni dan berorganisasi dalam usia sedini itu. Meski tidak bisa disalurkan lagi saat ini, tapi kalo dikenang indah juga. Minimal ya biar tahu dikit lah, teknik-tekniknya. Beda dengan tabungan ansich, arisan itu juga memunat fortune timing gitu. Artine yang punya hoki di awal, maka ia bisa mendapatkan tabungannya pada periode-periode pertama. Kondisional juga sich, masalah fortune ini…kadang pas lagi butuh, arisane dak dapet2, tapi saat uda ga butuh, malam dapet.
Nach, kembali lagi ke aktivitas menabung, ketika kuliah, porsentase menabungku NOL BESAR! Aku dak sama sekali punya tabungan. Meskipun toh pada momen ini aku juga punya rekening di salah satu bank, tapi ga ada tuch, ceritanya aku menggunakan rekening itu untuk menabung. Punya rekening dan ATM hanya aku gunain untuk bisa nerima transferan dan terkadang transfer ke rekening orang lain. Pernah sich, sekali-kali nabung, tapi dak lama, pasti dibobol juga. Momen ini biasanya terjadi pas hampir registrasi-an. Aku ada uang untuk SPP sebelum hari H regis, dan itu sepenuhnya aku niatin untuk bayar SPPku. Karena takut ke mana-mana dan disalurkan pada hal yang bukan seharusnya, aku tabung ajah. Ya, meski harus bolak-balek ke bank..Makan biaya juga. Tapi untuk alasan keamanan uang itu, tak apalah.
Mungkin kondisi finansialku yang ndak stabil juga turut menjadi faktor kecil napa aku dak sekalipun bisa nabung. Jadi uang bulanan dari ortu maupun dari Tuhan itu uda ngepass (bahkan kurang) untuk kebutuhan sehari-hariku. Mana sempat untuk nabung? Untuk makan ajah sering dak cukup? Begitu biasanya aku berapologi. Aku menikmati ajah keadaan ini, meski aku sering iri banget, mendengar temen2ku (terutama UNYIL) cerita kalo dia punya tabungan. Berapa persen dari jatah bulanannya ditabung. Dan uang itu memang bisa jadi penyelamat paling ampuh saat dia lagi muflis dan ngidam beli sesuatu.
Aku pikir saat itu, aku berbeda ma dia..dari segi input income. Hehehe. Jadi aku enjoy-in ajah keadaanku dengan tetap berusaha memperbanyak, transferan dari Tuhan. Hmhm…Alhamdulillah dalam beberapa waktu terakhir, keadaan finansialku mulai membaik meski masih jauuuuuuuuuuuuh banget dari apa yang aku inginkan dan ukuran standard mahasiswa Jogja. Tapi syukur ajah, minimal aku bisa menapaki awal proses untuk bisa mandiri. Meski masih sering banget ngerengek ma orang tua minta jatah bulanan, tapi aku memang patut bersyukur sebab keadaanku uda jauh lebih baik dibanding pas semester-semester awal.
Ada ga enaknya juga ternyata berada dalam kondisi seperti ini. Potensi sophaholicku malah kambuh. Aku bisa gila-gilaan kalo dalam masalah ini. Anggaran Tak Terduga dalam satu hari itu bisa sangat besar untuk ukuran aku. Hfhh..Aku prihatin ajah meihat keadaanku, he, meski aku memang enjoy di dalamnya. Cuma aku mikir, kalo aku terus-terusan konsumtif kayak gene sedangkan aku masih dak punya kerjaan tetep, bisa berabe tuch. Kayak orang nyandu, pas punya uang yo gpp. Tapi pas lagi ga ada uang, rasain sendiri gimana bingungnya.
Aku mendadak punya hobi shoping. Sok-sokan banget emang. Yang dicomot kadang memang hanya barang-barang kecil yang dak gitu aku butuhin. Huh…padahal seharusnya aku bisa lebih menyisihkan uang itu menabung demi membeli barang yang aku idamkan pol, seperti ini ini dan ini. Barang-barang yang cukup mahal dan mengharuskan aku bekerja banting otak. Hehehe.
Dari keprihatinan yang bertubi2 namun dengan sikapku yang tetep enjoy, aku kemudian berinisiatif untuk menghadirkan konfirmasi eksternal dengan cara beli celengan. Hm…CELENGAN! Aku beli celengan size L itu di Ramayanan pas lagi hunting headphone gara-gara ketularan headphone milik temenku yang uda berapa hari tak rampok ke kos. Hehehe..dan jadila sekarang, celengan itu bertengger manis di atas lemariku. Moga istiqamah ajah aku nabungnya dan semoga momen ini bisa menjadi awal lahirnya proses besar lain.
Sati catatan terakhir tentang CELENGAN, aku baru tahu dari dosenku kemarin kalo yang namanya CELENGAN itu berkait erat (bahka bisa jadi berasal dari) CELENG yang artinya sama dengan BABI. Deu..berarti orang yang nabung itu haram disentuh dwonk? Eits..Nda gitu. Jadi kata bapak dosen tu, babi itu meski jorok, suka menabung juga. Wah…berarti aku kalah dwonk, ma babi? Katanya, pas babi itu dapat mangsa dan babi itu dak bisa ngabisin mangsanya itu dalam one-time-consuming, maka si babi itu akan menyimpannya. Untuk kemudian dimakan saat dia uda kelaperan dan belum dapat mangsa.
Keren nda, si babi tu? Instingnya ternyata lebih hebat dibanding akalku yang belum cukup kuat untuk boost my self, membiasakan diri menabung. Ya, meski, kata bapak tu, setelah dikumpulin (sisa makannya ditabung), sama si babi itu malah dkencingin biar ndak ada mahluk lain yang mau makan simpanannya itu selain dia sendiri. Ih…Babinya jorok dwonk..Ya, meski gitu, filosofi hidupnya yang suka menabung khan juga patut dijadikan pelajran, terlepas dari apapun kekurangannya. Seperti kata Nicji tuch, KAU SEMPURNA, JADI BAGIAN HIDUPKU. APAPUN KEKURANGANMU (Maksudnya, ndak mungkin kita dapetin seseorang atau suatu benda yang pwol bagus tanpa cacat. Sebab itulah, kita pelajari dan contoh bagus2nya ajah dari orang atau benda itu.)
Hmhm..terakhir, mungkin aku ingin berteriak dengan lantang ajah..AYO, ITA..MENABUNG UNTUK MASA DEPAN!!! PERBANYAK SALDOMU UNTUK MASA YANG AKAN DATANG!! KALO NDAK NABUNG SEKARANG, KAPAN LAGI?
Aku termasuk orang yang suliiiiiiiit sekali untuk menabung. Banyak alasannya sich..selaen karena menabung aku anggap sebagai paksaan dan aku pernah melakukannya semata-mata karena mengikuti ritme orang yang di sekitarku, bapak-umi maupun temen-temen. Nabung tu pernah dinyanyiin ma Saskia-Geofany pas jaman aku kecil dulu..Katanya nabung tu bisa membuat kita mudah membeli apapun yang kita inginkan…Mau keliling dunia bisa, mau apapun bisa..
Di pelajaran IPS, kalo ndak salah pas kelas tiga SD, aku juga pernah dapat pelajaran tentang menabung. Prinsip menabung itu adalah SEDIKIT DEMI SEDIKIT MENJADI BUKIT. Hm, pada sekolah-sekolah maupun tempat yang aku singgahi, aku kerap juga ikut-ikutan nabung..Ikutan trend lah..lagian aku juga nyadar bahwa euforia saat menerima tabungan itu kereeeeen banget. Bahagiaaaaaaa banget rasanya. Tak terbayangkan dan emang tak tergantikan. Hm, jadi dari situ juga, aku kemudian berpikir, gapaplah, aku ikut ritme orang-orang di sekelilingku. Itung-ituang biar aku ndak oon sendirian saat temen2ku pada enak2an menikmati hasil tabungannya.
Dulu…pas masih SD, aku juga pernah berpikir bahwa tabungan itu juga berwujud dalam ritual arisan. Dan arisan ini dak hanya milik ibu-ibu, sebab pas SD, aku juga uda sering ikutan dan bahkan pernah menjadi EO sebuah arisan. Ada kebanggan tersendiri memang, belajar berkoloni dan berorganisasi dalam usia sedini itu. Meski tidak bisa disalurkan lagi saat ini, tapi kalo dikenang indah juga. Minimal ya biar tahu dikit lah, teknik-tekniknya. Beda dengan tabungan ansich, arisan itu juga memunat fortune timing gitu. Artine yang punya hoki di awal, maka ia bisa mendapatkan tabungannya pada periode-periode pertama. Kondisional juga sich, masalah fortune ini…kadang pas lagi butuh, arisane dak dapet2, tapi saat uda ga butuh, malam dapet.
Nach, kembali lagi ke aktivitas menabung, ketika kuliah, porsentase menabungku NOL BESAR! Aku dak sama sekali punya tabungan. Meskipun toh pada momen ini aku juga punya rekening di salah satu bank, tapi ga ada tuch, ceritanya aku menggunakan rekening itu untuk menabung. Punya rekening dan ATM hanya aku gunain untuk bisa nerima transferan dan terkadang transfer ke rekening orang lain. Pernah sich, sekali-kali nabung, tapi dak lama, pasti dibobol juga. Momen ini biasanya terjadi pas hampir registrasi-an. Aku ada uang untuk SPP sebelum hari H regis, dan itu sepenuhnya aku niatin untuk bayar SPPku. Karena takut ke mana-mana dan disalurkan pada hal yang bukan seharusnya, aku tabung ajah. Ya, meski harus bolak-balek ke bank..Makan biaya juga. Tapi untuk alasan keamanan uang itu, tak apalah.
Mungkin kondisi finansialku yang ndak stabil juga turut menjadi faktor kecil napa aku dak sekalipun bisa nabung. Jadi uang bulanan dari ortu maupun dari Tuhan itu uda ngepass (bahkan kurang) untuk kebutuhan sehari-hariku. Mana sempat untuk nabung? Untuk makan ajah sering dak cukup? Begitu biasanya aku berapologi. Aku menikmati ajah keadaan ini, meski aku sering iri banget, mendengar temen2ku (terutama UNYIL) cerita kalo dia punya tabungan. Berapa persen dari jatah bulanannya ditabung. Dan uang itu memang bisa jadi penyelamat paling ampuh saat dia lagi muflis dan ngidam beli sesuatu.
Aku pikir saat itu, aku berbeda ma dia..dari segi input income. Hehehe. Jadi aku enjoy-in ajah keadaanku dengan tetap berusaha memperbanyak, transferan dari Tuhan. Hmhm…Alhamdulillah dalam beberapa waktu terakhir, keadaan finansialku mulai membaik meski masih jauuuuuuuuuuuuh banget dari apa yang aku inginkan dan ukuran standard mahasiswa Jogja. Tapi syukur ajah, minimal aku bisa menapaki awal proses untuk bisa mandiri. Meski masih sering banget ngerengek ma orang tua minta jatah bulanan, tapi aku memang patut bersyukur sebab keadaanku uda jauh lebih baik dibanding pas semester-semester awal.
Ada ga enaknya juga ternyata berada dalam kondisi seperti ini. Potensi sophaholicku malah kambuh. Aku bisa gila-gilaan kalo dalam masalah ini. Anggaran Tak Terduga dalam satu hari itu bisa sangat besar untuk ukuran aku. Hfhh..Aku prihatin ajah meihat keadaanku, he, meski aku memang enjoy di dalamnya. Cuma aku mikir, kalo aku terus-terusan konsumtif kayak gene sedangkan aku masih dak punya kerjaan tetep, bisa berabe tuch. Kayak orang nyandu, pas punya uang yo gpp. Tapi pas lagi ga ada uang, rasain sendiri gimana bingungnya.
Aku mendadak punya hobi shoping. Sok-sokan banget emang. Yang dicomot kadang memang hanya barang-barang kecil yang dak gitu aku butuhin. Huh…padahal seharusnya aku bisa lebih menyisihkan uang itu menabung demi membeli barang yang aku idamkan pol, seperti ini ini dan ini. Barang-barang yang cukup mahal dan mengharuskan aku bekerja banting otak. Hehehe.
Dari keprihatinan yang bertubi2 namun dengan sikapku yang tetep enjoy, aku kemudian berinisiatif untuk menghadirkan konfirmasi eksternal dengan cara beli celengan. Hm…CELENGAN! Aku beli celengan size L itu di Ramayanan pas lagi hunting headphone gara-gara ketularan headphone milik temenku yang uda berapa hari tak rampok ke kos. Hehehe..dan jadila sekarang, celengan itu bertengger manis di atas lemariku. Moga istiqamah ajah aku nabungnya dan semoga momen ini bisa menjadi awal lahirnya proses besar lain.
Sati catatan terakhir tentang CELENGAN, aku baru tahu dari dosenku kemarin kalo yang namanya CELENGAN itu berkait erat (bahka bisa jadi berasal dari) CELENG yang artinya sama dengan BABI. Deu..berarti orang yang nabung itu haram disentuh dwonk? Eits..Nda gitu. Jadi kata bapak dosen tu, babi itu meski jorok, suka menabung juga. Wah…berarti aku kalah dwonk, ma babi? Katanya, pas babi itu dapat mangsa dan babi itu dak bisa ngabisin mangsanya itu dalam one-time-consuming, maka si babi itu akan menyimpannya. Untuk kemudian dimakan saat dia uda kelaperan dan belum dapat mangsa.
Keren nda, si babi tu? Instingnya ternyata lebih hebat dibanding akalku yang belum cukup kuat untuk boost my self, membiasakan diri menabung. Ya, meski, kata bapak tu, setelah dikumpulin (sisa makannya ditabung), sama si babi itu malah dkencingin biar ndak ada mahluk lain yang mau makan simpanannya itu selain dia sendiri. Ih…Babinya jorok dwonk..Ya, meski gitu, filosofi hidupnya yang suka menabung khan juga patut dijadikan pelajran, terlepas dari apapun kekurangannya. Seperti kata Nicji tuch, KAU SEMPURNA, JADI BAGIAN HIDUPKU. APAPUN KEKURANGANMU (Maksudnya, ndak mungkin kita dapetin seseorang atau suatu benda yang pwol bagus tanpa cacat. Sebab itulah, kita pelajari dan contoh bagus2nya ajah dari orang atau benda itu.)
Hmhm..terakhir, mungkin aku ingin berteriak dengan lantang ajah..AYO, ITA..MENABUNG UNTUK MASA DEPAN!!! PERBANYAK SALDOMU UNTUK MASA YANG AKAN DATANG!! KALO NDAK NABUNG SEKARANG, KAPAN LAGI?
Hmhm...
adventure of me..
Agar tidak dibuang saja..
Pada akhirnya…
Pada akhirnya aku memang harus berpikir bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh keangkuhan..sesuatu yang jarang dan sulit banget bisa dilakukan tanpa memaksa hati untuk angkuh. Dan salah satu di antara beberapa hal tersebut tengah terjadi dalam babak hidupku hari ini..aku memang angkuh, namun banyak hal yang bisa menaklukkan benteng itu…Tapi jika aku sudah tidak punya pilihan lain yang lebih menentramkan, aku akan kembali ke tabiat dasarku itu..Menjadi mahluk super angkuh yang bahkan tdak memedulikan apapun selain diriku…
Barangkali aku memang terlalu rapuh menyadari kepergian sebuah babak dalam kehidupanku..Aku kira itu wajar, sebab itu sangatlah manusiawi, meskipun perubahan yang terjadi padaku cukup mengancam juga…Ya udah, aku biarkan kegilaan-kegilaan itu hadir satu persatu, ntar juga reda, pikirku…Dan seiring waktu, semua kebekuan itu memang mulai tercairkan..(meski tidak dengan luka di hatiku, sejarah terlanjur memuseumkannya…). Tapi ya itu, menghapus nama seseorang dari list hatiku tidak semudah aku membuang dan merobek-robek secarik alamat rumah yang selalu menjadi tujuan dari surat-suratku…
Masalahnya kemudian, ada skenario yang sangat merugikan aku. Skenario yang justeru mengharuskan aku berbenturan dengan barang yang luar biasa ingin aku lupakan, dengan barang yang mati-matian ingin aku tinggalkan. Aku kurang tahu, apakah skenario itu memang sengaja ditulis untuk mengukuhkan kerapuhanku atau memang seleksi alam. Tapi yang jelas, penulis skenario itu sangat mengetahui kelemahanku, sehingga ia mudah melumpuhkanku dari berbagai celah.
Aku memang tidak mau berprasangka, tapi kenyataan menyiratkan demikian. Skenario itu ada di depan mataku, terjasi utuh dan tanpa cacat, meski aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak bertatap muka dengannya. Ia tersaji di meja makan tempat aku melewatkan beberapa jam kehidupanku di sana..Ia benar-benar tersaji. Aku sudah membuang pandang dan menutup dengar. Namun rupanya adegan-adegan itu memang tidak pernah mau lari dari hadapanku. Aku speechless dan nothing to do. Barangkali yang harus aku salahkan bukanlah adegan-adegan yang tak terhindarkan itu..Tapi aku sendiri!!! AKU!!
Dan untuk membohongi hati, aku harus mengandalkan keangkuhanku..Memandang segala hal dari kacamata tergelap yang aku punya. Aku tempel aja pertanyaan-pertanyaan esensialis berikut di serambi hatiku..
• Eh, siapa kamu, sampe mau bikin idupku berantakan separah ini? Yang jelas kamu bukan tokoh utama dalam roman dalam hidupku, jadi ngapaen aku setengah mati kepikiran hanya karena kamu tak sempat memberikan maaf sebelum kamu pergi?
• Kalau kau mau pergi, pergi saja..Tak usah menyusun skenario lain. Belum puas kamu bikin perih lukaku semakin pedih? Lalu ada skenario apalagi? Don’t think I care. I care nothing at all!!! Buatlah skenario sebanyak mungkin…dak akan ngaruh buat aku
• Haalauwwwwwwwwww…kamu aja bisa setenang itu menyudahi babak ini, napa aku harus menjadi pesakitan CUMA KARENA KAMU? Wah…Harus segera bangkit aku, sebelum kau lebih jauh membungihanguskan tempatku berpijak..Kau tau peta-peta kelemahanku khan? Manfaatin aja…Aku dak akan terpengaruh sedikitpun oleh skenario yang disusun kamu…
Tapi…ada hati kecilku yang melantangkan teriaknya. Ia bilang bahwa aku tak akan pernah berhasil membencimu…(membuatku membencimu adalah salah satu proyek terbesarmu khan?? Kau pasti masih ingat..), aku tidak akan pernah mengalami sebuah konversi slide back untuk membencimu...Tindakanku membohongi hati dan segala follow upnya itu tidak akan cukup mampu menghapus namamu dalam list hatiku..(Duh, mengakui apa sebenarnya kata hati paling sering bikin teriris..)
Aku tetep pada keyakinanku semula..Bahwa aku harus mengandalkan keangkuhanku…HARUS!! Jika tidak ingin kau semakin jauh dan jauh meninggalkanku dalam keterpurukan. Betapapun aku sayang kamu, betapapun pagi ini aku kangen kamu, betapapun aku ingin kau datang kembali bentaaaaaaaaaaar aja, dan betapa-betapa lainnya, keadaan memang memaksa aku harus angkuh dan membohongi hati!!! Sebab hanya dengan itu, aku dapat melarang air mata tumpah lagi dan memaksa isak sedaku mengakhiri riwayatnya HANYA KARENA KAMU!!
Well, masih banyak hal yang lebih menarik dibanding babak yang sudah pergi itu…jadi pergi aja, gausa kembali. Aku juga uda ga ngarep lagi. Tanpa kamu aku masih tetep bisa tegak berdiri!! Kamu bukan apa-apa apalagi siapaku, jadi…jangan pernah berpikir bahwa skenario apapun yang kaubikin akan berpengaruh buat aku. TIDAK SAMA SEKALI!! NOT AT ALL!
Hm..Barangkali ini adalah jalan terbaik yang bisa aku tempuh..
Ok, Ta..Kamu bisa tenang sekarang…Jangan pernah ingat bahwa dia pernah menjadi dua puluh empat jam dalam seharimu…Jangan pernah ingat bahwa kau pernah menduga bahwa dia adalah malaikat yang diutus Tuhan untukmu…Hilang satu harus tumbuh seribu dwonk..Ok?
Dan…selamat datang, untuk kebahagiaanku…
Chayoooooooooooooooooo!!!
(Aku dak atu kapan nulis catatan ne..Tapi wis tak posting ajah dulu..kasian si biibii kalo nanggung beban keberatan..)
Pada akhirnya aku memang harus berpikir bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh keangkuhan..sesuatu yang jarang dan sulit banget bisa dilakukan tanpa memaksa hati untuk angkuh. Dan salah satu di antara beberapa hal tersebut tengah terjadi dalam babak hidupku hari ini..aku memang angkuh, namun banyak hal yang bisa menaklukkan benteng itu…Tapi jika aku sudah tidak punya pilihan lain yang lebih menentramkan, aku akan kembali ke tabiat dasarku itu..Menjadi mahluk super angkuh yang bahkan tdak memedulikan apapun selain diriku…
Barangkali aku memang terlalu rapuh menyadari kepergian sebuah babak dalam kehidupanku..Aku kira itu wajar, sebab itu sangatlah manusiawi, meskipun perubahan yang terjadi padaku cukup mengancam juga…Ya udah, aku biarkan kegilaan-kegilaan itu hadir satu persatu, ntar juga reda, pikirku…Dan seiring waktu, semua kebekuan itu memang mulai tercairkan..(meski tidak dengan luka di hatiku, sejarah terlanjur memuseumkannya…). Tapi ya itu, menghapus nama seseorang dari list hatiku tidak semudah aku membuang dan merobek-robek secarik alamat rumah yang selalu menjadi tujuan dari surat-suratku…
Masalahnya kemudian, ada skenario yang sangat merugikan aku. Skenario yang justeru mengharuskan aku berbenturan dengan barang yang luar biasa ingin aku lupakan, dengan barang yang mati-matian ingin aku tinggalkan. Aku kurang tahu, apakah skenario itu memang sengaja ditulis untuk mengukuhkan kerapuhanku atau memang seleksi alam. Tapi yang jelas, penulis skenario itu sangat mengetahui kelemahanku, sehingga ia mudah melumpuhkanku dari berbagai celah.
Aku memang tidak mau berprasangka, tapi kenyataan menyiratkan demikian. Skenario itu ada di depan mataku, terjasi utuh dan tanpa cacat, meski aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak bertatap muka dengannya. Ia tersaji di meja makan tempat aku melewatkan beberapa jam kehidupanku di sana..Ia benar-benar tersaji. Aku sudah membuang pandang dan menutup dengar. Namun rupanya adegan-adegan itu memang tidak pernah mau lari dari hadapanku. Aku speechless dan nothing to do. Barangkali yang harus aku salahkan bukanlah adegan-adegan yang tak terhindarkan itu..Tapi aku sendiri!!! AKU!!
Dan untuk membohongi hati, aku harus mengandalkan keangkuhanku..Memandang segala hal dari kacamata tergelap yang aku punya. Aku tempel aja pertanyaan-pertanyaan esensialis berikut di serambi hatiku..
• Eh, siapa kamu, sampe mau bikin idupku berantakan separah ini? Yang jelas kamu bukan tokoh utama dalam roman dalam hidupku, jadi ngapaen aku setengah mati kepikiran hanya karena kamu tak sempat memberikan maaf sebelum kamu pergi?
• Kalau kau mau pergi, pergi saja..Tak usah menyusun skenario lain. Belum puas kamu bikin perih lukaku semakin pedih? Lalu ada skenario apalagi? Don’t think I care. I care nothing at all!!! Buatlah skenario sebanyak mungkin…dak akan ngaruh buat aku
• Haalauwwwwwwwwww…kamu aja bisa setenang itu menyudahi babak ini, napa aku harus menjadi pesakitan CUMA KARENA KAMU? Wah…Harus segera bangkit aku, sebelum kau lebih jauh membungihanguskan tempatku berpijak..Kau tau peta-peta kelemahanku khan? Manfaatin aja…Aku dak akan terpengaruh sedikitpun oleh skenario yang disusun kamu…
Tapi…ada hati kecilku yang melantangkan teriaknya. Ia bilang bahwa aku tak akan pernah berhasil membencimu…(membuatku membencimu adalah salah satu proyek terbesarmu khan?? Kau pasti masih ingat..), aku tidak akan pernah mengalami sebuah konversi slide back untuk membencimu...Tindakanku membohongi hati dan segala follow upnya itu tidak akan cukup mampu menghapus namamu dalam list hatiku..(Duh, mengakui apa sebenarnya kata hati paling sering bikin teriris..)
Aku tetep pada keyakinanku semula..Bahwa aku harus mengandalkan keangkuhanku…HARUS!! Jika tidak ingin kau semakin jauh dan jauh meninggalkanku dalam keterpurukan. Betapapun aku sayang kamu, betapapun pagi ini aku kangen kamu, betapapun aku ingin kau datang kembali bentaaaaaaaaaaar aja, dan betapa-betapa lainnya, keadaan memang memaksa aku harus angkuh dan membohongi hati!!! Sebab hanya dengan itu, aku dapat melarang air mata tumpah lagi dan memaksa isak sedaku mengakhiri riwayatnya HANYA KARENA KAMU!!
Well, masih banyak hal yang lebih menarik dibanding babak yang sudah pergi itu…jadi pergi aja, gausa kembali. Aku juga uda ga ngarep lagi. Tanpa kamu aku masih tetep bisa tegak berdiri!! Kamu bukan apa-apa apalagi siapaku, jadi…jangan pernah berpikir bahwa skenario apapun yang kaubikin akan berpengaruh buat aku. TIDAK SAMA SEKALI!! NOT AT ALL!
Hm..Barangkali ini adalah jalan terbaik yang bisa aku tempuh..
Ok, Ta..Kamu bisa tenang sekarang…Jangan pernah ingat bahwa dia pernah menjadi dua puluh empat jam dalam seharimu…Jangan pernah ingat bahwa kau pernah menduga bahwa dia adalah malaikat yang diutus Tuhan untukmu…Hilang satu harus tumbuh seribu dwonk..Ok?
Dan…selamat datang, untuk kebahagiaanku…
Chayoooooooooooooooooo!!!
(Aku dak atu kapan nulis catatan ne..Tapi wis tak posting ajah dulu..kasian si biibii kalo nanggung beban keberatan..)
Hmhm...
NgoredZ
Daripada kebuang sia2
Aku hanya ingin nulis pagi ini…
Aku tidak akan bertutur tentang apa yang baru saja aku alami, bagaimana kacaunya pikiranku, bagaimana diktat-diktat dan file-file itu harus aku kutinggalkan, atau bagaimana luar biasa besar sesalku. Bukan, bukan itu. Aku masih tak sanggup mengkisahkannya pada apa dan siapapun. Aku hanya ingin memendamnya dalam hati…Menyimpannya rapi sampai suatu saat aku akan membuka dan kembali membaca catatan itu. Pagi ini aku hanya ingin menulis…Hanya menulis…Apa saja yang ada di pikirku..Apapun yang bisa membuatku tenang..Konon, perasaan apapun bisa diekspresikan dengan tulisan…
Dalam hidup, terkadang ada momen-momen kurang menyenangkan yang ingin aku lompati. Setelah tau betapa buruknya kejadian yang terjadi pada suatu hari, aku sering berpikir bahwa sebenarnya hari itu tak harus ada dalam kalender peradaban manusia. Aku ingin melompatinya, sehingga kejadian apapun yang kurang menyenangkan tak harus terjadi dan tercatat di atas lembar sejarah. Tapi sayang, lompatan yang memang mustahil itu semakin di-mustahilkan oleh keberadaannya di masa lampau. Sehingga ia tidak akan bisa diubah apalagi dihindari…Dan hanya bisa ditaruh dalam laci ingatan dan berangkas masa lalu.
Sebab waktu berjalan dengan sendirinya dan ia tak mau sejenakpun berhenti. Ia tak mau sekejappun berjalan dengan melewatkan gerbong yang harus ia singgahi. Hidupnya konsisten dan stabil. Ia tak menginginkan apapun, selain bisa berjalan melewati gerbong-gerbong yang telah disediakan. Barangkali juga ia tidak mau sedikitpun lelah apalagi berpikir untuk istirah. Waktu tak bisa menjanjikan apapun selain agar manusia mau berpikir banyak hal, tentang apa yang akan dan telah dilakukan. Dan dalam konteks aku saat ini, waktu juga tidak punya cukup kekuatan untuk mengembalikan momen-momen yang sudah lewat dalam satu episode hidupku..Betapapun inginnya aku…Ya, waktu memang tidak menjanjikan banyak hal…
Aku kemudian berpikir bahwa banyak hal di dunia yang tidak bisa diselesaikan dengan teori postivistik. Banyak hal lain setelah kubu hitam dan kubu putih, banyak tokoh-tokoh lain selain protagonis dan antagonis, dan bahwa masih ada arah lain selain utara, selatan, barat, dan timur. Ada banyak sisi yang tak bisa tertangkap oleh mata telanjang yang tidak filosofis. Sebab setiap tatanan yang sudah mapanpun, pasti mengandung unsur-unsur pegecualian meski tidak bisa menggugurkan sebuah teori besar, akan tetapi cukup mampu mengetengahkan bahwa ada banyak kemungkinan baru yang justeru muncul saat sebuah teori besar dicetuskan. Seperti juga beberapa perasaan dan pikiran yang menderaku beberapa waktu terakhir ini…Aku sering berpikir bahwa ada sangat banyak hal yang tidak akan tuntas jika hanya diselesaikan dengan teori yang mengawali lahirnya anomali-anomali sebagai embrio era atomistik pada babak sejarah selanjutnya itu.
Dan alur kehidupan manusia juga begitu. Tak ada alur cerita yang benar-benar sama. Dengan suspense yang sama, dengan konflik yang serupa, dan dengan penokohan yang sama sekali tidak berbeda. Tidak ada dan tidak akan pernah ada. Sebab itulah, aku merasa cerita-cerita dan pengalaman orang lain yang sempat mampir di kepalaku hanyala sekadar referensi untuk diambil hikmahnya.
Dan nila setitik memang bukan hanya mampu merusak susu sebelanga, namun juga air seluas samudera. Aku tidak akan mengatakan bahwa ada sesal yang masih membeku di sudut tercuram hatiku. Tidak, bukan itu yang ingin aku katakan. Aku hanya ingin berkata bahwa bagi maha luas selebar samudera pun, setitik nila dapat sangat kuat untuk mengakhiri sejarah samudera itu dan menyisakan nama. Dan nila itu jualah yang sudah menciptakan jarak dalam babak-babak episode hidupku. Dalam waktu yang tidak lama, aku harus menghadapi dua runtutan keadaan yang luar biasa berbeda dan bertolak belakang…
Aku memang menyesal, sangat…Namun aku juga tau bahwa semuanya tidak akan terselesaikan dengan hikayat sesal…
Setalah tulisan ini selesai, aku ingin berangkat tidur…Biarlah, barangkali diktat dan file itu belum saatnya aku sentuh. Meski deadline sudah kulangkahi dan kepercayaan sudah aku pertaruhkan. Tapi bukannya aku juga punya kemerdekaan untuk diam dan tidak melakukan apapun? Untuk mengajak semua penjuru hatiku berteriak, dan semua pikiranku memekik?
Dan ending dari tulisan ini, aku hanya ingin menegaskan pada diriku sendiri, bahwa aku ingin…momen-momen itu kembali. Aku ingin sang protagonis itu datang lagi..Meskipun toh aku tau bahwa dia telah pergi dengan sepenuhnya (yang pernah kubahasakan dengan pergi abadi; tak kembali dan tak kan terganti) dan sama sekali tidak akan kembali, tapi aku juga tau bahwa harapan yang akan aku simpan itu cukup kuat untuk menopang rapuhku..Minimal untuk tidak terjatuh dan terinjak-injak oleh laju waktu. Dan sebab ada banyak hal yang akan dengan enjoy aku lakukan, jika harapan itu benar-benar aku genggam,..
Harapan..Yang tidak akan menjatuhkan dan menyudutkan posisiku yang sudah terpojokkan,
Even, once more I FULLY REALIZE, bahwa HARAPAN ITU TIDAK AKAN DIJAWAB OLEH TUHAN!! Tapi, siapa yang bisa menghalangi lahirnya sebuah harapan, seperti halnya juga perasaan? Bukankah Tuhan bahkan menjanjikan bahwa tanpa harapan,
Pagi mengilu, 07 Januari 2010
Untuk FLMN, semoga kau tetap membaca…
Aku tidak akan bertutur tentang apa yang baru saja aku alami, bagaimana kacaunya pikiranku, bagaimana diktat-diktat dan file-file itu harus aku kutinggalkan, atau bagaimana luar biasa besar sesalku. Bukan, bukan itu. Aku masih tak sanggup mengkisahkannya pada apa dan siapapun. Aku hanya ingin memendamnya dalam hati…Menyimpannya rapi sampai suatu saat aku akan membuka dan kembali membaca catatan itu. Pagi ini aku hanya ingin menulis…Hanya menulis…Apa saja yang ada di pikirku..Apapun yang bisa membuatku tenang..Konon, perasaan apapun bisa diekspresikan dengan tulisan…
Dalam hidup, terkadang ada momen-momen kurang menyenangkan yang ingin aku lompati. Setelah tau betapa buruknya kejadian yang terjadi pada suatu hari, aku sering berpikir bahwa sebenarnya hari itu tak harus ada dalam kalender peradaban manusia. Aku ingin melompatinya, sehingga kejadian apapun yang kurang menyenangkan tak harus terjadi dan tercatat di atas lembar sejarah. Tapi sayang, lompatan yang memang mustahil itu semakin di-mustahilkan oleh keberadaannya di masa lampau. Sehingga ia tidak akan bisa diubah apalagi dihindari…Dan hanya bisa ditaruh dalam laci ingatan dan berangkas masa lalu.
Sebab waktu berjalan dengan sendirinya dan ia tak mau sejenakpun berhenti. Ia tak mau sekejappun berjalan dengan melewatkan gerbong yang harus ia singgahi. Hidupnya konsisten dan stabil. Ia tak menginginkan apapun, selain bisa berjalan melewati gerbong-gerbong yang telah disediakan. Barangkali juga ia tidak mau sedikitpun lelah apalagi berpikir untuk istirah. Waktu tak bisa menjanjikan apapun selain agar manusia mau berpikir banyak hal, tentang apa yang akan dan telah dilakukan. Dan dalam konteks aku saat ini, waktu juga tidak punya cukup kekuatan untuk mengembalikan momen-momen yang sudah lewat dalam satu episode hidupku..Betapapun inginnya aku…Ya, waktu memang tidak menjanjikan banyak hal…
Aku kemudian berpikir bahwa banyak hal di dunia yang tidak bisa diselesaikan dengan teori postivistik. Banyak hal lain setelah kubu hitam dan kubu putih, banyak tokoh-tokoh lain selain protagonis dan antagonis, dan bahwa masih ada arah lain selain utara, selatan, barat, dan timur. Ada banyak sisi yang tak bisa tertangkap oleh mata telanjang yang tidak filosofis. Sebab setiap tatanan yang sudah mapanpun, pasti mengandung unsur-unsur pegecualian meski tidak bisa menggugurkan sebuah teori besar, akan tetapi cukup mampu mengetengahkan bahwa ada banyak kemungkinan baru yang justeru muncul saat sebuah teori besar dicetuskan. Seperti juga beberapa perasaan dan pikiran yang menderaku beberapa waktu terakhir ini…Aku sering berpikir bahwa ada sangat banyak hal yang tidak akan tuntas jika hanya diselesaikan dengan teori yang mengawali lahirnya anomali-anomali sebagai embrio era atomistik pada babak sejarah selanjutnya itu.
Dan alur kehidupan manusia juga begitu. Tak ada alur cerita yang benar-benar sama. Dengan suspense yang sama, dengan konflik yang serupa, dan dengan penokohan yang sama sekali tidak berbeda. Tidak ada dan tidak akan pernah ada. Sebab itulah, aku merasa cerita-cerita dan pengalaman orang lain yang sempat mampir di kepalaku hanyala sekadar referensi untuk diambil hikmahnya.
Dan nila setitik memang bukan hanya mampu merusak susu sebelanga, namun juga air seluas samudera. Aku tidak akan mengatakan bahwa ada sesal yang masih membeku di sudut tercuram hatiku. Tidak, bukan itu yang ingin aku katakan. Aku hanya ingin berkata bahwa bagi maha luas selebar samudera pun, setitik nila dapat sangat kuat untuk mengakhiri sejarah samudera itu dan menyisakan nama. Dan nila itu jualah yang sudah menciptakan jarak dalam babak-babak episode hidupku. Dalam waktu yang tidak lama, aku harus menghadapi dua runtutan keadaan yang luar biasa berbeda dan bertolak belakang…
Aku memang menyesal, sangat…Namun aku juga tau bahwa semuanya tidak akan terselesaikan dengan hikayat sesal…
Setalah tulisan ini selesai, aku ingin berangkat tidur…Biarlah, barangkali diktat dan file itu belum saatnya aku sentuh. Meski deadline sudah kulangkahi dan kepercayaan sudah aku pertaruhkan. Tapi bukannya aku juga punya kemerdekaan untuk diam dan tidak melakukan apapun? Untuk mengajak semua penjuru hatiku berteriak, dan semua pikiranku memekik?
Dan ending dari tulisan ini, aku hanya ingin menegaskan pada diriku sendiri, bahwa aku ingin…momen-momen itu kembali. Aku ingin sang protagonis itu datang lagi..Meskipun toh aku tau bahwa dia telah pergi dengan sepenuhnya (yang pernah kubahasakan dengan pergi abadi; tak kembali dan tak kan terganti) dan sama sekali tidak akan kembali, tapi aku juga tau bahwa harapan yang akan aku simpan itu cukup kuat untuk menopang rapuhku..Minimal untuk tidak terjatuh dan terinjak-injak oleh laju waktu. Dan sebab ada banyak hal yang akan dengan enjoy aku lakukan, jika harapan itu benar-benar aku genggam,..
Harapan..Yang tidak akan menjatuhkan dan menyudutkan posisiku yang sudah terpojokkan,
Even, once more I FULLY REALIZE, bahwa HARAPAN ITU TIDAK AKAN DIJAWAB OLEH TUHAN!! Tapi, siapa yang bisa menghalangi lahirnya sebuah harapan, seperti halnya juga perasaan? Bukankah Tuhan bahkan menjanjikan bahwa tanpa harapan,
Pagi mengilu, 07 Januari 2010
Untuk FLMN, semoga kau tetap membaca…
Hmhm...
NgoredZ
Rabu, 24 Februari 2010
Bahkan mikir pun aku dak s4..
Awalnya aku emang sempat mikir kalo ada hal tak beres yang senyatanya uda lama menggerogoti episode hidupku yang satu ini. Tapi aku baru tau kalo kejadiane separah itu..aku yang kurang respek terhadap keadaan, terlalu cuek, atau terlalu mudah menganggap semuanya baik2 saja dan tidak separah yang kubayangkan, atau apalah alasane, intine aku baru tau bahwa ada praduga gajebo yang JELAS merugikan aku..
Bukan hanya karena praduga itu ga sama sekali beralasan bahkan aku jamin kebenarannya tidak pernah akan ditemui, tapi juga karena orang yang berpraduga itu justeru adalah orang yang cukup berpengaruh dalam hidup aku. Dak rela rasanya dia punya pikiran senengatif itu sedangkan aku tidak punya seikitpun kesempatan untuk melakukan klarifikasi. Dalam hal ini aku memang sudah tidak terlalu perduli tentang bagaimana orang lain memandangku, cuma..aku ingin meyakinkan dia kalo praduga itu sama sekali tidak benar..Aku ingin dia tahu bahwa..Betapapun jahatnya aku, aku dak akan mungkin sampe berbuat setega itu. TERLEBIH PADA DIA!!
Gerimis rasanya memiris siang ini..Aku terkejut bukan main dengan hal yang baru saja kusadari, padahal ia telah ingin menunjukkannya sejak beberapa hari yang lalu. Hhh…sayang memang, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sekadar menjelaskan kalo SEMUANYA TIDAKLAH BENAR!! Tapi ya sudahlah, barangkali waktu dan proses bisa sedikit aja membuka pintu kebenaran..Bahwa –bahkan—pikiran aneh itu tidak sama sekali pernah terlintas di pikirku. ULU N DAK PERNAH MAKSUD KAYAK GITU!!
Ok, ok, calm down, Ta…Gausa terlalu dipikirin lach..Bukannya uda biasa kamu dapet anggapan miring dari orang lain? (Ya gimana aku bisa diem ajah, lha wong orang yang bersangkutan itu adalah influential person buat aku?)
Barangkali sikapku selama ini memang terlalu over sama praktik SLI tu, sebab aku pernah jadi korbannya kaleeee…dan merasa bahwa hal semacam itu tidak pernah adil dan menentramkan. Tapi jujur, aku ndak pernah punya pikiran seperti itu..SAMA SEKALI! Dengan alasan balas dendam, penasaran, ato alasan-alasan gajebo lain. NDAK PERNAH!! APALAGI MENJADIKAN KAMU SEBAGAI OBJEK EGOKU!! Ndak,,aku dak pernah kepikiran sama sekali.
Duh,,,uda dulu dech, curhat dan ngomel2nya…Cape dan laper jadinya, kebakar2 emosi sejak tadi..Heheh. SMILE UP, TA!!!
Bukan hanya karena praduga itu ga sama sekali beralasan bahkan aku jamin kebenarannya tidak pernah akan ditemui, tapi juga karena orang yang berpraduga itu justeru adalah orang yang cukup berpengaruh dalam hidup aku. Dak rela rasanya dia punya pikiran senengatif itu sedangkan aku tidak punya seikitpun kesempatan untuk melakukan klarifikasi. Dalam hal ini aku memang sudah tidak terlalu perduli tentang bagaimana orang lain memandangku, cuma..aku ingin meyakinkan dia kalo praduga itu sama sekali tidak benar..Aku ingin dia tahu bahwa..Betapapun jahatnya aku, aku dak akan mungkin sampe berbuat setega itu. TERLEBIH PADA DIA!!
Gerimis rasanya memiris siang ini..Aku terkejut bukan main dengan hal yang baru saja kusadari, padahal ia telah ingin menunjukkannya sejak beberapa hari yang lalu. Hhh…sayang memang, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sekadar menjelaskan kalo SEMUANYA TIDAKLAH BENAR!! Tapi ya sudahlah, barangkali waktu dan proses bisa sedikit aja membuka pintu kebenaran..Bahwa –bahkan—pikiran aneh itu tidak sama sekali pernah terlintas di pikirku. ULU N DAK PERNAH MAKSUD KAYAK GITU!!
Ok, ok, calm down, Ta…Gausa terlalu dipikirin lach..Bukannya uda biasa kamu dapet anggapan miring dari orang lain? (Ya gimana aku bisa diem ajah, lha wong orang yang bersangkutan itu adalah influential person buat aku?)
Barangkali sikapku selama ini memang terlalu over sama praktik SLI tu, sebab aku pernah jadi korbannya kaleeee…dan merasa bahwa hal semacam itu tidak pernah adil dan menentramkan. Tapi jujur, aku ndak pernah punya pikiran seperti itu..SAMA SEKALI! Dengan alasan balas dendam, penasaran, ato alasan-alasan gajebo lain. NDAK PERNAH!! APALAGI MENJADIKAN KAMU SEBAGAI OBJEK EGOKU!! Ndak,,aku dak pernah kepikiran sama sekali.
Duh,,,uda dulu dech, curhat dan ngomel2nya…Cape dan laper jadinya, kebakar2 emosi sejak tadi..Heheh. SMILE UP, TA!!!
Hmhm...
NgoredZ
Cerita 24 Pheb, 2010
Semalem abis ol, aku sebenere uda punya planning untuk segera mojok dan menggelar dialog-dailog gajebo di depan biibii. Whatever I want lah...Pikirku. Tapi saying, rencana itu dak segera terlaksana gara2 aku nurutin mood untuk sejenak mending kerjaan itu..Aku piker suasana sekeliling dan terutama suasana hatiku sedang tidak bias dipaksa terlalu keras untuk terus-terusan menekuri kotak kecil putih ajaib itu...
Seperti biasa aku nogkrong di tipi, dan masyarakat tipi pun ndak jauh beda dengan malam-malam sebelumya. Akum ting-ting, dan Erma. Jenghol absent malam itu entah ke mana dan bagaimana. Aku nonton sambil sesekali berkomentar banyak dengan suara-suara yang ritmenya dak jelas. Asbun ajah. Oya sejak tinggal di kos dan melanjutkan hobbiku nonton tipi, aku juga merasa bisa belajar banyak dari apa yang namanya konsep mengalah, menghargai, dan bersikap sopan di depan keadaan yang sama sekali tidak diinginkan.
Konteksnya ya pas nentuin channel. Nonton rame-rame khan pastinya ada keinginan yang berbeda juga. Si A ingin channel RCTI, si B maunya SCTV. Belum lagi si D yang maunya ANTV. Kalo semuanya egois dan maunya menang sendiri sedangkan tivinya satu, khan berabe? Hmh..Palagi tv bersama aias tv kepunyaan ibu kos. Ya harus saling mengalah gitu kemudian..Barangkali karena factor inilah, temen-temen kos banyak yang tidak terlalu suka nonton tipi. Selain punya aktivitas laen, barangkali mereka juga terbilang sulit untuk bisa mengalah. Jika ndak ya, mereka emang ndak mania nonton.
Sayangnya, aku bukanlah termasuk tipe orang-orang itu. Aku sulit banget menyerap informasi dari bahan bacaan, aku lebih suka audiovisual atu minimal visua; or audio doang. Jadi aku harus berdamai dengan keadaanku. Caranya ya mencari sarana-sarana yang bisa bikin aku ga ketinggalan jaman namun dengan cara yang dak bikin tertekan. Salah satunya adalah NONTON. Baik tipi maupun pilem. Apapun lach, yang penting bisa bikin otakku keisi. Itu ajah. Dan karena kebutuhan ini, aku ya..harus bisa meredam egoku dengan cara mengalah...dan ikut menikmati channel yang dipilih temen yang saat itu tengah berkuasa sepenuhnya atas remot.
Watching is my world..Tapi aku milih-milih juga. Watching ya ndak sembarangan. Sekiranya bisa membunuh karakter dan bikin mentalku corrupted, aku say EMOH ajah. Semisal be ef dan pilem horror. Untuk urusan yang satu ini, aku emang dak mau gengsi-gengsian dan akan kubiarkan semua orang bilang AKU KETINGGALAN JAMAN. I DON'T CARE! Aku mending dibilang kayak gitu disbanding aku harus merelakan pikiranku kebayang asma adegan-adegan yang jorok-jorok atau hingga aku menjadi orang yang PENAKUT banget sampe harus minta dianterin ke mana-mana dengan alas an TAKUT HANTU!! Aku emang tidak mau sekalipun nyomba2 sok wani nonton pilem hantu. Itu prinsip mutlak yang tak boleh aku langgar. Hehehe..
Ok, back to the main intention I write this..jadi aku sebnere ingin cerita bahwa malem itu aku merasa LOVABLE. Untuk mengartikan kata ini, aku belum bisa cari padanan kata yang representatif. Ok, malem itu sebenere pedih perihku masih belum sepenuhnya sembuh..Palagi sorenya baru diremukin lagi. Tapi main pointnya, aku sudah biasa dengan keadaan yang sebenernya tidak kuharapkan itu. Nah jadi selepas jam sembilan, batas jam di mana anak cewe bisa keluyuran dengan bebas di kota ini, aku sudah meringkuk di depan tipi bersama ting2 dan erma. Menonton apapun yang bisa ditonton, Erma sudah berangkat tidur, tapi ting2 masih melek.
Pas itu aku lagi sms-an ma orang yang membutuhkan sedikit bantuanku. Gak sulit koq, sebab malam itu aku bisa menjadi informer kecil-kecilan. Itu ajah yang ada dalam pikiranku. Aku bahagia bisa membantu orang lain. Aku senang meski dengan kondisi yang serba berbatas ini, masih ada orang yang bisa mengandalkanku. Barangkali karena aku lagi sensitif ma hal-hal seputar ini, jadinya arah pikiranku masih ke sini. Aku melanjutkan aktitvitas sms hingga malam semakin menjauh dan hapeku muali rewel. Tapi tak sabar-sabarin, berharap dia masih bisa mengerti aku.
Lepas jam setengah sepuluh, suasana masih tidak banyak berubah. Tiba-tiba dating tiga sms yang isinya hampir senada. Ada tiga orang yang membutuhkan pertolonganku malam itu juga. Aku sanggupi semua meski sebenere aku skeptis. Ya aku ngasih tau thok nek keadaanku yang sebenere kayak gini. Jadi orang yang bersangkutan bisa memperkirakan, semaksimal apakah aku bisa membantu mereka.
Hmh...aku semakin bahagia sampai pada titik ini, Rasanya aku ingin senyum-senyum sendiro thok. Ya bukan gimana-gimana, aku hanya merasa bahagia bisa membalas kebaikan mereka yang juga pernah baik sama aku. Aku uda prepare segala hal yang kira2 dibutuhkan dalam membantu tiga orang itu, Sayang, rasanya ada yang harus aku korbankan..Tapi aku belum yakin. Jadi aku tunggu saja..Sembari menonton. Ya, never ending watching..
Orang pertama dating....Tak butuh banyak proses dan aku sudah menyelesaikan segala sesuatunya. Mereka datang berdua dan aku hanya haha hihi ringan saat mendapati dua orang itu sudah mejeng di depan kosku yang malam itu Cuma diterangi bulan separuh dan lampu yang ga gitu terang. Dan sebagai tuan rumah yang baik, aku mengantarkan dua orang temenku itu sampe di depan rumah Haki. Eh, ternyata orang kedua baru aja marker motornya di sana. Yauda sekalian tak samperin dan segera tak kasih apa yang tengah ia butuhkan. Sayang ia keburu pulang karena –ucapnya—ada hal yang harus segera diselesaikan. Abis dia pulang, aku masih nongkrong2 gajebo bareng dua temenku itu di BURJO baru depan kos..
Hmh, ternyata masih ada orang yang akan menemuiku malam itu cuma dia belum sempat konfirmasi viasms. Jadi kutunggu ajah sekalian membiarkan temenku menghabiskan segelas es teh yang ia pesen dari Burjo. Eh, tapi si actor tambahan ne ga dateng2. Kami bertiga sampe kegaringan nunggu dia dating. Nah terusssss..abis tu, aku mutusiSemalem abis ol, aku sebenere uda punya planning untuk segera mojok dan menggelar dialog-dailog gajebo di depan biibii. Whatever I want lah...Pikirku. Tapi saying, rencana itu dak segera terlaksana gara2 aku nurutin mood untuk sejenak mending kerjaan itu..Aku piker suasana sekeliling dan terutama suasana hatiku sedang tidak bias dipaksa terlalu keras untuk terus-terusan menekuri kotak kecil putih ajaib itu...
Seperti biasa aku nogkrong di tipi, dan masyarakat tipi pun ndak jauh beda dengan malam-malam sebelumya. Akum ting-ting, dan Erma. Jenghol absent malam itu entah ke mana dan bagaimana. Aku nonton sambil sesekali berkomentar banyak dengan suara-suara yang ritmenya dak jelas. Asbun ajah. Oya sejak tinggal di kos dan melanjutkan hobbiku nonton tipi, aku juga merasa bisa belajar banyak dari apa yang namanya konsep mengalah, menghargai, dan bersikap sopan di depan keadaan yang sama sekali tidak diinginkan.
Konteksnya ya pas nentuin channel. Nonton rame-rame khan pastinya ada keinginan yang berbeda juga. Si A ingin channel RCTI, si B maunya SCTV. Belum lagi si D yang maunya ANTV. Kalo semuanya egois dan maunya menang sendiri sedangkan tivinya satu, khan berabe? Hmh..Palagi tv bersama aias tv kepunyaan ibu kos. Ya harus saling mengalah gitu kemudian..Barangkali karena factor inilah, temen-temen kos banyak yang tidak terlalu suka nonton tipi. Selain punya aktivitas laen, barangkali mereka juga terbilang sulit untuk bisa mengalah. Jika ndak ya, mereka emang ndak mania nonton.
Sayangnya, aku bukanlah termasuk tipe orang-orang itu. Aku sulit banget menyerap informasi dari bahan bacaan, aku lebih suka audiovisual atu minimal visua; or audio doang. Jadi aku harus berdamai dengan keadaanku. Caranya ya mencari sarana-sarana yang bisa bikin aku ga ketinggalan jaman namun dengan cara yang dak bikin tertekan. Salah satunya adalah NONTON. Baik tipi maupun pilem. Apapun lach, yang penting bisa bikin otakku keisi. Itu ajah. Dan karena kebutuhan ini, aku ya..harus bisa meredam egoku dengan cara mengalah...dan ikut menikmati channel yang dipilih temen yang saat itu tengah berkuasa sepenuhnya atas remot.
Watching is my world..Tapi aku milih-milih juga. Watching ya ndak sembarangan. Sekiranya bisa membunuh karakter dan bikin mentalku corrupted, aku say EMOH ajah. Semisal be ef dan pilem horror. Untuk urusan yang satu ini, aku emang dak mau gengsi-gengsian dan akan kubiarkan semua orang bilang AKU KETINGGALAN JAMAN. I DON'T CARE! Aku mending dibilang kayak gitu disbanding aku harus merelakan pikiranku kebayang asma adegan-adegan yang jorok-jorok atau hingga aku menjadi orang yang PENAKUT banget sampe harus minta dianterin ke mana-mana dengan alas an TAKUT HANTU!! Aku emang tidak mau sekalipun nyomba2 sok wani nonton pilem hantu. Itu prinsip mutlak yang tak boleh aku langgar. Hehehe..
Ok, back to the main intention I write this..jadi aku sebnere ingin cerita bahwa malem itu aku merasa LOVABLE. Untuk mengartikan kata ini, aku belum bisa cari padanan kata yang representatif. Ok, malem itu sebenere pedih perihku masih belum sepenuhnya sembuh..Palagi sorenya baru diremukin lagi. Tapi main pointnya, aku sudah biasa dengan keadaan yang sebenernya tidak kuharapkan itu. Nah jadi selepas jam sembilan, batas jam di mana anak cewe bisa keluyuran dengan bebas di kota ini, aku sudah meringkuk di depan tipi bersama ting2 dan erma. Menonton apapun yang bisa ditonton, Erma sudah berangkat tidur, tapi ting2 masih melek.
Pas itu aku lagi sms-an ma orang yang membutuhkan sedikit bantuanku. Gak sulit koq, sebab malam itu aku bisa menjadi informer kecil-kecilan. Itu ajah yang ada dalam pikiranku. Aku bahagia bisa membantu orang lain. Aku senang meski dengan kondisi yang serba berbatas ini, masih ada orang yang bisa mengandalkanku. Barangkali karena aku lagi sensitif ma hal-hal seputar ini, jadinya arah pikiranku masih ke sini. Aku melanjutkan aktitvitas sms hingga malam semakin menjauh dan hapeku muali rewel. Tapi tak sabar-sabarin, berharap dia masih bisa mengerti aku.
Lepas jam setengah sepuluh, suasana masih tidak banyak berubah. Tiba-tiba dating tiga sms yang isinya hampir senada. Ada tiga orang yang membutuhkan pertolonganku malam itu juga. Aku sanggupi semua meski sebenere aku skeptis. Ya aku ngasih tau thok nek keadaanku yang sebenere kayak gini. Jadi orang yang bersangkutan bisa memperkirakan, semaksimal apakah aku bisa membantu mereka.
Hmh...aku semakin bahagia sampai pada titik ini, Rasanya aku ingin senyum-senyum sendiro thok. Ya bukan gimana-gimana, aku hanya merasa bahagia bisa membalas kebaikan mereka yang juga pernah baik sama aku. Aku uda prepare segala hal yang kira2 dibutuhkan dalam membantu tiga orang itu, Sayang, rasanya ada yang harus aku korbankan..Tapi aku belum yakin. Jadi aku tunggu saja..Sembari menonton. Ya, never ending watching..
Orang pertama datang....Tak butuh banyak proses dan aku sudah menyelesaikan segala sesuatunya. Mereka datang berdua dan aku hanya haha hihi ringan saat mendapati dua orang itu sudah mejeng di depan kosku yang malam itu Cuma diterangi bulan separuh dan lampu yang ga gitu terang. Dan sebagai tuan rumah yang baik, aku mengantarkan dua orang temenku itu sampe di depan rumah Haki. Eh, ternyata orang kedua baru aja marker motornya di sana. Yauda sekalian tak samperin dan segera tak kasih apa yang tengah ia butuhkan. Sayang ia keburu pulang karena –ucapnya—ada hal yang harus segera diselesaikan. Abis dia pulang, aku masih nongkrong2 gajebo bareng dua temenku itu di BURJO baru depan kos..
Hmh, ternyata masih ada orang yang akan menemuiku malam itu cuma dia belum sempat konfirmasi viasms. Jadi kutunggu ajah sekalian membiarkan temenku menghabiskan segelas es teh yang ia pesen dari Burjo. Eh, tapi si actor tambahan ne ga dateng2. Kami bertiga sampe kegaringan nunggu dia dating. Nah terusssss..abis tu, aku mutusin untuk pulang ke kos sembari nunggu aktor dadakan itu dateng. Eh, dianya ternyata baru dateng ampir jam duabelasan gitu. Hmhm,,jadi dech, dia bikin insomniaku kambuh sekaligus bikin aku ndak jadi bantuin orang ketiga yang sms aku itu,,,
Hhhhhh.,,,Malem menjelang pagi itu, aku merasa seneng ajah,,,Bisa menerima beberapa ucapan terimakasih dari orang-orang yang sudah seriiiiiiiing banget bantu aku. Ya bukan mau bales2an sich, cuma sebagai mahluk sosial, kita khan uda selayaknya tuch, saling tolong menolong? Hm? Aku bahagia aja, ngerasa bisa diandalkan oleh temen2ku meski dalam skala yang kecil..Smoga terus berlanjut ajah. Hehehe. Bless me, God..Aku ingin menikamati hidupku saja saat ini, tanpa peduli apapun kondisi yang menghinggapiku..
Sayang memang, hari yang penuh perjuangan itu harus ditutup dengan INSOMNIA, hingga aku tak bisa melepaskan headset dari kepalaku...Sampai pagi bangunin aku..Duh,,
Seperti biasa aku nogkrong di tipi, dan masyarakat tipi pun ndak jauh beda dengan malam-malam sebelumya. Akum ting-ting, dan Erma. Jenghol absent malam itu entah ke mana dan bagaimana. Aku nonton sambil sesekali berkomentar banyak dengan suara-suara yang ritmenya dak jelas. Asbun ajah. Oya sejak tinggal di kos dan melanjutkan hobbiku nonton tipi, aku juga merasa bisa belajar banyak dari apa yang namanya konsep mengalah, menghargai, dan bersikap sopan di depan keadaan yang sama sekali tidak diinginkan.
Konteksnya ya pas nentuin channel. Nonton rame-rame khan pastinya ada keinginan yang berbeda juga. Si A ingin channel RCTI, si B maunya SCTV. Belum lagi si D yang maunya ANTV. Kalo semuanya egois dan maunya menang sendiri sedangkan tivinya satu, khan berabe? Hmh..Palagi tv bersama aias tv kepunyaan ibu kos. Ya harus saling mengalah gitu kemudian..Barangkali karena factor inilah, temen-temen kos banyak yang tidak terlalu suka nonton tipi. Selain punya aktivitas laen, barangkali mereka juga terbilang sulit untuk bisa mengalah. Jika ndak ya, mereka emang ndak mania nonton.
Sayangnya, aku bukanlah termasuk tipe orang-orang itu. Aku sulit banget menyerap informasi dari bahan bacaan, aku lebih suka audiovisual atu minimal visua; or audio doang. Jadi aku harus berdamai dengan keadaanku. Caranya ya mencari sarana-sarana yang bisa bikin aku ga ketinggalan jaman namun dengan cara yang dak bikin tertekan. Salah satunya adalah NONTON. Baik tipi maupun pilem. Apapun lach, yang penting bisa bikin otakku keisi. Itu ajah. Dan karena kebutuhan ini, aku ya..harus bisa meredam egoku dengan cara mengalah...dan ikut menikmati channel yang dipilih temen yang saat itu tengah berkuasa sepenuhnya atas remot.
Watching is my world..Tapi aku milih-milih juga. Watching ya ndak sembarangan. Sekiranya bisa membunuh karakter dan bikin mentalku corrupted, aku say EMOH ajah. Semisal be ef dan pilem horror. Untuk urusan yang satu ini, aku emang dak mau gengsi-gengsian dan akan kubiarkan semua orang bilang AKU KETINGGALAN JAMAN. I DON'T CARE! Aku mending dibilang kayak gitu disbanding aku harus merelakan pikiranku kebayang asma adegan-adegan yang jorok-jorok atau hingga aku menjadi orang yang PENAKUT banget sampe harus minta dianterin ke mana-mana dengan alas an TAKUT HANTU!! Aku emang tidak mau sekalipun nyomba2 sok wani nonton pilem hantu. Itu prinsip mutlak yang tak boleh aku langgar. Hehehe..
Ok, back to the main intention I write this..jadi aku sebnere ingin cerita bahwa malem itu aku merasa LOVABLE. Untuk mengartikan kata ini, aku belum bisa cari padanan kata yang representatif. Ok, malem itu sebenere pedih perihku masih belum sepenuhnya sembuh..Palagi sorenya baru diremukin lagi. Tapi main pointnya, aku sudah biasa dengan keadaan yang sebenernya tidak kuharapkan itu. Nah jadi selepas jam sembilan, batas jam di mana anak cewe bisa keluyuran dengan bebas di kota ini, aku sudah meringkuk di depan tipi bersama ting2 dan erma. Menonton apapun yang bisa ditonton, Erma sudah berangkat tidur, tapi ting2 masih melek.
Pas itu aku lagi sms-an ma orang yang membutuhkan sedikit bantuanku. Gak sulit koq, sebab malam itu aku bisa menjadi informer kecil-kecilan. Itu ajah yang ada dalam pikiranku. Aku bahagia bisa membantu orang lain. Aku senang meski dengan kondisi yang serba berbatas ini, masih ada orang yang bisa mengandalkanku. Barangkali karena aku lagi sensitif ma hal-hal seputar ini, jadinya arah pikiranku masih ke sini. Aku melanjutkan aktitvitas sms hingga malam semakin menjauh dan hapeku muali rewel. Tapi tak sabar-sabarin, berharap dia masih bisa mengerti aku.
Lepas jam setengah sepuluh, suasana masih tidak banyak berubah. Tiba-tiba dating tiga sms yang isinya hampir senada. Ada tiga orang yang membutuhkan pertolonganku malam itu juga. Aku sanggupi semua meski sebenere aku skeptis. Ya aku ngasih tau thok nek keadaanku yang sebenere kayak gini. Jadi orang yang bersangkutan bisa memperkirakan, semaksimal apakah aku bisa membantu mereka.
Hmh...aku semakin bahagia sampai pada titik ini, Rasanya aku ingin senyum-senyum sendiro thok. Ya bukan gimana-gimana, aku hanya merasa bahagia bisa membalas kebaikan mereka yang juga pernah baik sama aku. Aku uda prepare segala hal yang kira2 dibutuhkan dalam membantu tiga orang itu, Sayang, rasanya ada yang harus aku korbankan..Tapi aku belum yakin. Jadi aku tunggu saja..Sembari menonton. Ya, never ending watching..
Orang pertama dating....Tak butuh banyak proses dan aku sudah menyelesaikan segala sesuatunya. Mereka datang berdua dan aku hanya haha hihi ringan saat mendapati dua orang itu sudah mejeng di depan kosku yang malam itu Cuma diterangi bulan separuh dan lampu yang ga gitu terang. Dan sebagai tuan rumah yang baik, aku mengantarkan dua orang temenku itu sampe di depan rumah Haki. Eh, ternyata orang kedua baru aja marker motornya di sana. Yauda sekalian tak samperin dan segera tak kasih apa yang tengah ia butuhkan. Sayang ia keburu pulang karena –ucapnya—ada hal yang harus segera diselesaikan. Abis dia pulang, aku masih nongkrong2 gajebo bareng dua temenku itu di BURJO baru depan kos..
Hmh, ternyata masih ada orang yang akan menemuiku malam itu cuma dia belum sempat konfirmasi viasms. Jadi kutunggu ajah sekalian membiarkan temenku menghabiskan segelas es teh yang ia pesen dari Burjo. Eh, tapi si actor tambahan ne ga dateng2. Kami bertiga sampe kegaringan nunggu dia dating. Nah terusssss..abis tu, aku mutusiSemalem abis ol, aku sebenere uda punya planning untuk segera mojok dan menggelar dialog-dailog gajebo di depan biibii. Whatever I want lah...Pikirku. Tapi saying, rencana itu dak segera terlaksana gara2 aku nurutin mood untuk sejenak mending kerjaan itu..Aku piker suasana sekeliling dan terutama suasana hatiku sedang tidak bias dipaksa terlalu keras untuk terus-terusan menekuri kotak kecil putih ajaib itu...
Seperti biasa aku nogkrong di tipi, dan masyarakat tipi pun ndak jauh beda dengan malam-malam sebelumya. Akum ting-ting, dan Erma. Jenghol absent malam itu entah ke mana dan bagaimana. Aku nonton sambil sesekali berkomentar banyak dengan suara-suara yang ritmenya dak jelas. Asbun ajah. Oya sejak tinggal di kos dan melanjutkan hobbiku nonton tipi, aku juga merasa bisa belajar banyak dari apa yang namanya konsep mengalah, menghargai, dan bersikap sopan di depan keadaan yang sama sekali tidak diinginkan.
Konteksnya ya pas nentuin channel. Nonton rame-rame khan pastinya ada keinginan yang berbeda juga. Si A ingin channel RCTI, si B maunya SCTV. Belum lagi si D yang maunya ANTV. Kalo semuanya egois dan maunya menang sendiri sedangkan tivinya satu, khan berabe? Hmh..Palagi tv bersama aias tv kepunyaan ibu kos. Ya harus saling mengalah gitu kemudian..Barangkali karena factor inilah, temen-temen kos banyak yang tidak terlalu suka nonton tipi. Selain punya aktivitas laen, barangkali mereka juga terbilang sulit untuk bisa mengalah. Jika ndak ya, mereka emang ndak mania nonton.
Sayangnya, aku bukanlah termasuk tipe orang-orang itu. Aku sulit banget menyerap informasi dari bahan bacaan, aku lebih suka audiovisual atu minimal visua; or audio doang. Jadi aku harus berdamai dengan keadaanku. Caranya ya mencari sarana-sarana yang bisa bikin aku ga ketinggalan jaman namun dengan cara yang dak bikin tertekan. Salah satunya adalah NONTON. Baik tipi maupun pilem. Apapun lach, yang penting bisa bikin otakku keisi. Itu ajah. Dan karena kebutuhan ini, aku ya..harus bisa meredam egoku dengan cara mengalah...dan ikut menikmati channel yang dipilih temen yang saat itu tengah berkuasa sepenuhnya atas remot.
Watching is my world..Tapi aku milih-milih juga. Watching ya ndak sembarangan. Sekiranya bisa membunuh karakter dan bikin mentalku corrupted, aku say EMOH ajah. Semisal be ef dan pilem horror. Untuk urusan yang satu ini, aku emang dak mau gengsi-gengsian dan akan kubiarkan semua orang bilang AKU KETINGGALAN JAMAN. I DON'T CARE! Aku mending dibilang kayak gitu disbanding aku harus merelakan pikiranku kebayang asma adegan-adegan yang jorok-jorok atau hingga aku menjadi orang yang PENAKUT banget sampe harus minta dianterin ke mana-mana dengan alas an TAKUT HANTU!! Aku emang tidak mau sekalipun nyomba2 sok wani nonton pilem hantu. Itu prinsip mutlak yang tak boleh aku langgar. Hehehe..
Ok, back to the main intention I write this..jadi aku sebnere ingin cerita bahwa malem itu aku merasa LOVABLE. Untuk mengartikan kata ini, aku belum bisa cari padanan kata yang representatif. Ok, malem itu sebenere pedih perihku masih belum sepenuhnya sembuh..Palagi sorenya baru diremukin lagi. Tapi main pointnya, aku sudah biasa dengan keadaan yang sebenernya tidak kuharapkan itu. Nah jadi selepas jam sembilan, batas jam di mana anak cewe bisa keluyuran dengan bebas di kota ini, aku sudah meringkuk di depan tipi bersama ting2 dan erma. Menonton apapun yang bisa ditonton, Erma sudah berangkat tidur, tapi ting2 masih melek.
Pas itu aku lagi sms-an ma orang yang membutuhkan sedikit bantuanku. Gak sulit koq, sebab malam itu aku bisa menjadi informer kecil-kecilan. Itu ajah yang ada dalam pikiranku. Aku bahagia bisa membantu orang lain. Aku senang meski dengan kondisi yang serba berbatas ini, masih ada orang yang bisa mengandalkanku. Barangkali karena aku lagi sensitif ma hal-hal seputar ini, jadinya arah pikiranku masih ke sini. Aku melanjutkan aktitvitas sms hingga malam semakin menjauh dan hapeku muali rewel. Tapi tak sabar-sabarin, berharap dia masih bisa mengerti aku.
Lepas jam setengah sepuluh, suasana masih tidak banyak berubah. Tiba-tiba dating tiga sms yang isinya hampir senada. Ada tiga orang yang membutuhkan pertolonganku malam itu juga. Aku sanggupi semua meski sebenere aku skeptis. Ya aku ngasih tau thok nek keadaanku yang sebenere kayak gini. Jadi orang yang bersangkutan bisa memperkirakan, semaksimal apakah aku bisa membantu mereka.
Hmh...aku semakin bahagia sampai pada titik ini, Rasanya aku ingin senyum-senyum sendiro thok. Ya bukan gimana-gimana, aku hanya merasa bahagia bisa membalas kebaikan mereka yang juga pernah baik sama aku. Aku uda prepare segala hal yang kira2 dibutuhkan dalam membantu tiga orang itu, Sayang, rasanya ada yang harus aku korbankan..Tapi aku belum yakin. Jadi aku tunggu saja..Sembari menonton. Ya, never ending watching..
Orang pertama datang....Tak butuh banyak proses dan aku sudah menyelesaikan segala sesuatunya. Mereka datang berdua dan aku hanya haha hihi ringan saat mendapati dua orang itu sudah mejeng di depan kosku yang malam itu Cuma diterangi bulan separuh dan lampu yang ga gitu terang. Dan sebagai tuan rumah yang baik, aku mengantarkan dua orang temenku itu sampe di depan rumah Haki. Eh, ternyata orang kedua baru aja marker motornya di sana. Yauda sekalian tak samperin dan segera tak kasih apa yang tengah ia butuhkan. Sayang ia keburu pulang karena –ucapnya—ada hal yang harus segera diselesaikan. Abis dia pulang, aku masih nongkrong2 gajebo bareng dua temenku itu di BURJO baru depan kos..
Hmh, ternyata masih ada orang yang akan menemuiku malam itu cuma dia belum sempat konfirmasi viasms. Jadi kutunggu ajah sekalian membiarkan temenku menghabiskan segelas es teh yang ia pesen dari Burjo. Eh, tapi si actor tambahan ne ga dateng2. Kami bertiga sampe kegaringan nunggu dia dating. Nah terusssss..abis tu, aku mutusin untuk pulang ke kos sembari nunggu aktor dadakan itu dateng. Eh, dianya ternyata baru dateng ampir jam duabelasan gitu. Hmhm,,jadi dech, dia bikin insomniaku kambuh sekaligus bikin aku ndak jadi bantuin orang ketiga yang sms aku itu,,,
Hhhhhh.,,,Malem menjelang pagi itu, aku merasa seneng ajah,,,Bisa menerima beberapa ucapan terimakasih dari orang-orang yang sudah seriiiiiiiing banget bantu aku. Ya bukan mau bales2an sich, cuma sebagai mahluk sosial, kita khan uda selayaknya tuch, saling tolong menolong? Hm? Aku bahagia aja, ngerasa bisa diandalkan oleh temen2ku meski dalam skala yang kecil..Smoga terus berlanjut ajah. Hehehe. Bless me, God..Aku ingin menikamati hidupku saja saat ini, tanpa peduli apapun kondisi yang menghinggapiku..
Sayang memang, hari yang penuh perjuangan itu harus ditutup dengan INSOMNIA, hingga aku tak bisa melepaskan headset dari kepalaku...Sampai pagi bangunin aku..Duh,,
Hmhm...
adventure of me..
Untuk yang pertama (dan semoga bukan yang terakhir…)
For the SixTh cHamber..(24 phebruAri, 2010)
Chiko: Dari kos sampe kampus gak pede, hanya coz kerudung merah buanget euy..tapi sampe kampus seneng coz pa Suryadi yang baik..Kulnya Cuma bentar gitu lho..hehehe
Unyil: Masih kebayang-bayang ma temen Qt yang meninggal kemaren..Jadi was-was dan takut nich..Upz..perut juga keroncongan jg euy..Belum emam.. :-)
UmiQ: Ngos2an…
Boy-Yat: Hidup bagaikan lorong panjang yang gelap..Pelita yang dulu pernah menanungi lorong telah dipadamkan oleh sang pencipta..
Mas Ubed: Hidung meler, perut agak kongslet. Pokoe awkQ kurang enak
Mada: Kul si cuma 1 mapel..Tapi hari ini bakal padet kegiatannya-prepare BOP DBS di teatrikal pusat bahasa dan prepare go 2 Bandung ntar malem…Go freedom!!!
Fasmi: Tak ada yang sulit kalau kita bersungguh2. Ta’awanu alaa al birri wa at-taqwa
A’Din: Demi kau, kudatang ke kotamu. Demi kau ku meluangkan waktuku,,Tapi kau tega sakitiku…
Tata: Perihnya pedih lukaQ koq baru keroso sekarang ya? Padahal hikayat lukanya tuch uda start beberapa hari yang lalu…mana di t4 strategis pula..Dweuh…
Chiko: Dari kos sampe kampus gak pede, hanya coz kerudung merah buanget euy..tapi sampe kampus seneng coz pa Suryadi yang baik..Kulnya Cuma bentar gitu lho..hehehe
Unyil: Masih kebayang-bayang ma temen Qt yang meninggal kemaren..Jadi was-was dan takut nich..Upz..perut juga keroncongan jg euy..Belum emam.. :-)
UmiQ: Ngos2an…
Boy-Yat: Hidup bagaikan lorong panjang yang gelap..Pelita yang dulu pernah menanungi lorong telah dipadamkan oleh sang pencipta..
Mas Ubed: Hidung meler, perut agak kongslet. Pokoe awkQ kurang enak
Mada: Kul si cuma 1 mapel..Tapi hari ini bakal padet kegiatannya-prepare BOP DBS di teatrikal pusat bahasa dan prepare go 2 Bandung ntar malem…Go freedom!!!
Fasmi: Tak ada yang sulit kalau kita bersungguh2. Ta’awanu alaa al birri wa at-taqwa
A’Din: Demi kau, kudatang ke kotamu. Demi kau ku meluangkan waktuku,,Tapi kau tega sakitiku…
Tata: Perihnya pedih lukaQ koq baru keroso sekarang ya? Padahal hikayat lukanya tuch uda start beberapa hari yang lalu…mana di t4 strategis pula..Dweuh…
Hmhm...
adventure of me..
Senin, 22 Februari 2010
Makalah Pertama...Semester Enam
A. WACANA AWAL
Bagi masyarakat Indonesia, kitab Bulughul Maram tentu bukan merupakan sebuah referensi yang asing. Kitab ini banyak digunakan di berbagai institusi pendidikan maupun dalan komunitas-komunitas majlis ta’lim yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Kitab ini ternyata tidak hanya digemari di Indonesia. Komunitas cendekiawan barat maupun timur juga turut menjadikan kitab ini sebagai referensi yang cukup dipertimbangkan dalam keilmuan hadist. Beberapa tulisan menyangkut kitab ini telah banyak bermunculan, dari level tulisan ringan artikel dan book review hingga pegalihbahasaan dan penulisan kitab syarh.
Barangkali ada banyak alasan mengapa kitab karangan Ibnu Hajar ini hampir bisa dibilang sukses menjadi referensi dan konsumsi utama masyarakat Islam di Indonesia. Salah satu alasan yang paling tampak adalah karena kitab ini terkesan sengaja disusun agar bisa memiliki daya fungsi aplikatif. Sebagaimana kitab-kitab kumpulan hadist mu’tabar, kitab ini juga disusun berdasarkan urutan bab-bab fiqh. Sehingga tidak lagi mengherankan jika kitab ini cukup diminati, terkait dengan sistematika penyusunannya yang ramah dan aplikatif serta kandungan hadist yang tidak terlalu banyak namun mengena pada permasalahan yang –barangkali—sering ditemui.
Popularitas kitab ini, bagi masyarakat awam di Indonesia, bisa jadi jauh lebih populer dan dikenal dibanding kitab-kitab mu’tabar. Padahal dalam kajian ilmu hadist, kitab mu’tabar yang menduduki posisi nomor satu adalah kitab Shahih Bukhari dan dianggap memuat hadist-hadist yang berkualitas tinggi. Disusul kemudian dengan Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasai.
Gradasi kitab-kitab hadist mu’tabar tersebut—meski masih belum lepas dari kontroversi-kontroversi—menjadi ikon gradasi kitab hadist secara umum. Gradasi ini menunjukkan kualitas hadist yang menjadi sumber ajaran kedua dalam agama Islam. Pertanyaannya kemudin, jika kitab Bulughul Maram memiliki popularitas yang lebih tinggi dibanding beberapa kitab mu’tabar tersebut, maka bagaimanakah kualitas hadist yang ada dalam kitab Bulughul Maram? Sinkronkah dengan popularitas yang dimlikinya?
B. KAJIAN KITAB (REVIEW, MINI-RESEARCH)
• Bulughul Maram dan Ibnu Hajar Al Asqalani
Karakteristik seseorang bisa dengan mudah terbaca dari genre dan ciri khas karya yang dihasilkannya. Suatu karya –utamanya karya tulis—bukanlah hanya dilatarbelakangi oleh aspek intelektual seorang penulis, akan tetapi juga banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, semisal lingkungan kehidupan penulis, lingkungan akademik, keadaan sosial politik ekonomi, serta masa hidup seorang penulis.
Ibnu Hajar Al Asqalani (773-852 M) merupakan salah satu cendekiawan muslim yang cukup produktif dalam memperkaya khazanah keilmuan Islam. Karyanya—yang konon berjumlah 150an—tersebar dalam berbagai disiplin ilmu dan ia pun cukup tekun dalam menseriusi beberapa bidang keilmuan Islam. Produktivitas Ibnu Hajar yang sedemikian tinggi ini paling tidak menyiratkan bahwa semasa hidupnya, literatur-literatur keislaman masih belum banyak terjamah oleh tangan-tangan intelektual dan akibatnya kurang bisa down to earth terhadap masyarakat muslim secara luas. Keadaan ini yang barangkali memotivasi Ibnu Hajar untuk terus produktif semasa hidupnya.
Sejarah juga mencatat bahwa Ibnu Hajar sempat menjadi qadhi terkemuka di daerah Mesir pada masa mudanya. Kendati begitu, ia tidak hanya aktif di dunia peradilan. Ibnu Hajar merupakan ahli di berbagai bidang dan karenanya mendapat gelar akademik dan menadi steak holder dalam beberapa disiplin ilmu tertentu. Asumsi ini dibuktikan dengan penyematan gelar sebagai ahli hadist tingkatan Al-hafidz yang diberikan oleh Al Albani kepada Ibnu Hajar . Cendekiawan asal Gaza Palestina ini juga mendapat gelar sebagai pemerhati papan atas dalam kajian fiqh (dengan penyematan gelar Al Imam Alim Allamah), gelar Aimmatul Alim yang diberikan pakar ilmu pengetahuan, gelar Khatimatul Huffadz yang diberikan oleh pemerhati bidang qiraah, dan Al Qudhah Al Masyhurin yang ia dapat saat tengah concern dalam bidang peradilan dan perundang-undangan.
Dengan demikian, kredibilitas Ibnu Hajar dalam keilmuan akademik sudah tidak diragukan lagi. Meski ia banyak mendalami beberapa disiplin, akan tetapi dedikasi Ibnu Hajar pada masing-masing disiplin yang digelutinya ternyata cukup fenomenal. Sebab jika tidak demikian, mustahil rasanya Ibnu Hajar akan mendapat gelar dari berbagai pemerhati bidang tersebut. Perhatiannya di bidang hadist berwujud properti yang bisa diandalkan cendekiawan selanjutnya. Ia berhasil menelorkan beberapa karya dalam disiplin ilmu hadist. Dua di antaranya adalah Fathul Bari (syarh kitab Shahih BUkhari) dan Bulughul Maram (Kumpulan kitab hadist terpilih)
Bulughul Maram merupakan salah satu di antara beberapa karya Ibnu Hajar yang hingga saat ini sudah diterjemankah ke dalam beberapa bahasa. Kitab ini berjudul asli Bulughul Maram fi Adillatil Ahkam. Pemilihan judul ini cukup menyiratkan bahwa Ibnu Hajar Al Asqalani memaksudkan penulisan kitab ini sebagai pembahasan dalam bidang hukum—fiqh—
Latar belakang penulisan kitab ini agaknya tidak jauh berbeda dengan beberapa kitab lain, yakni memberikan pedoman aplikatif kepada muslimin dalam kegiatan sehari-harinya dengan berpedoman pada sumber ajaran Islam. Dalam hal ini, Ibnu Hajar memilih hadist sebagai sumber ajaran sekaligus ‘kendaraan’nya dalam menyajikan pedoman hidup bagi muslim. Hal ini tersirat dalam pencantuman sebuah ayat Al-Qur’an yang diberikan Ibnu Hajar pada bab pertama kitab nya ini.
Lebih lanjut pada bagian pendahuluan, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa ia memaksudkan penulisan kitab ini agar bisa dinikmati semua kalangan, baik kalangan orang awam hingga ulama’. Orang awam bisa menjadikan kitab ini sebagai pedoman hidup, pelajar bisa lebih mudah menghafalkan kitab ini, dan cendekiawan pun tidak bisa lepas dari kitab ini. Untuk mencapai tujuan ini, Ibnu Hajar berusaha sedemikian rupa untuk menyajikan segala halnya agar bisa meng-goal-kan tujuan tersebut.
Untuk mewujudkan keinginan yang tidak mudah dicapai ini, Ibnu Hajar tentu harus memiliki trik-trik sendiri. Sebab, bukanlah perkara mudah untuk bisa menyajikan sebuah karya antologi yang bisa nyaman dikonsumsi semua kalangan dari level yang berbeda. Trik-trik yang dipakai Ibnu Hajar tersebut tampak dalam ciri-ciri menonjol (featured characteristic) yang kemudian menjadi identitas dan ciri khas tersendiri dalam kitabnya ini.
• Featured Characteristic dalam Bulughul Maram
Kitab Bulguhul maram barangkali tidak banyak berbeda dengan beberapa kitab mu’tabar lain yang menjadi kitab induk dalam disiplin ilmu hadist. Sistematikanya sarat dengan nuansa fiqh yang kemudian menjadikan kitab ini sebagai kitab yang bisa diandalkan dalam referensi pemecahan masalah hukum dengan akurasi waktu dan validitas yang juga tidak perlu diragukan lagi.
Namun begitu, ada beberapa hal yang cukup berbeda dengan kitab kebanyakan dan hal-hal tersebut menjadi ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki kitab antologi hadist lain. Salah satu ciri khas tersebut adalah adanya beberapa nomor hadist yang tidak mencantumkan sebuah hadist mandiri, akan tetapi merupakan penjelas dari hadist yang ada di atasnya. Sebagai contoh, pada hadist nomor 90 dan 91 bab Perihal yang membatalkan wudhu’ dalam kitab Thaharah, tidak ada hadist mandiri yang dimuat. Dua nomor tersebut menyatakan bahwa hadist sebelumnya (89) juga terdapat dalam kitab lain, yakni shahih Bukhari Muslim dari hadist Abdullah bin Zaid (hadist 90) dan hadit dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah (hadist 91).
Sedangkan pada hadist nomor 97, Ibnu Hadjar mencantumkan tiga penjelasan mengenai sebuan hadist, sehingga satu hadist bisa memakan empat nomor atau lebih. Nomor pertama adalah hadist yang dimaksud, sedangkan tiga lainnya adalah penjelas dari hadist mandiri tersebut. Tiga penjelas ini berupa penyajian matan lain dari hadist yang sema’na dengan berpedoman pada rawi lain, yakni riwayat Abu Daud, riwayat Ahmad Ibnu Abbas, dan riwayat Imam Thabrani. Ketiga riwayat ini merupakan pemaparan beberapa versi lain dari hadist nomor 97, yakni hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dengan demikian, sebuah hadist bisa memiliki beberapa nomor hadist penjelas yang memaparkan beberapa hal tentang hadist tersebut.
Ada kalanya, penjelas yang diberikan Ibnu Hajar dalam nomorisasi setelah nomor hadist yang bersangkutan merupakan pendapat atau penilaian seorang tokoh mengenai kualitas sebuah hadist yang tertera pada nomor sebelumnya. Hal ini misalnya terjadi pada nomor hadis nomor 114 yang menjelaskan status atau kualitas hadist sebelumnya (menurut pandangan Ibnu Huzaimah), yakni hadist nomor 113.
Karakteristik yang demikian secara langsung menandakan bahwa jumlah –yang berkisar antara angka 1596-1597 bukanlah jumlah keseluruhan hadist yang ada di dalam kitab ini. Hal ini disebabkan penomoran yang ada dalam kitab ini tidak hanya diberikan untuk memberi nomor suatu hadist, akan tetapi juga sebagai penjelas-penjelas dari suatu hadist. Penjelasan mengenai kualitas suatu hadist maupun hal-hal yang berkaitan dengan matan hadist inilah yang penulis anggap sebagai ciri khas Ibnu Hajar yang diandalkannya untuk menjadikan kitabnya ini bisa representatif pada semua kalangan dengan gradasi intelektual yang berbeda.
Karakteristik lain yang digunakan oleh Ibnu Hajar adalah penyebutan Imam yang disimbolkan dalam bentuk angka. Penulis hingga saat ini belum mengetahui secara jelas siapakah pelopor penggunaan simbolisasi tersebut. Posisi Ibnu Hajar sebagai pelopor dalam penggunaan simbol tersebut merupakan hipotesis yang belum ditemukan jawabannya.
Sebab dalam kitab Bulughul Maram ini, Ibnu Hajar kerap memberikan penjelasan rawi dengan simbol-simbol angka. Senyatanya hal ini masih sangat riskan, sebab urutan mukharij hadist hingga saat ini belumlah mencapai kesepakatan final. Kemungkinan ini sudah terlebih dahulu diantisipasi oleh Ibnu Hajar dengan memberikan keterangan di pendahuluan kitabnya. Penjelasan tersebut adalah sebagai berikut;
Imam yang tujuh: Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah
Imam yang enam: Semua nama di atas kecuali Ahmad
Imam yang lima: Semua nama dalam imam 7 selain Bukhari Muslim
Imam yang empat: Semua nama dari as-Sab’ah kecuali tiga orang yang pertama (Ahmad, Bukhari, Musli)
Imam yang tiga:Semua nama yang ada dalam as-sab’ah kecuali tiga nama pertama dan satu nama terakhir, yakni Abu Daud, Nasai, dan Tirmidzi.
Meskipun demikian, dalam banyak kesempatan, Ibnu Hajar kerap memberikan penjelasan tentang pengecualian yang tejadi dalam simbolisasi ini. Misalnya adalah hadist nomor 161 yang dijelaskan bahwa hadist tersebut dikeluarkan oleh Imam yang lima selain Nasai.
Selain beberapa simbol tersebut, Ibnu Hajar juga kerap menggunakan simbol muttafaq alaih. Ia memaksudkan penamaan ini dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Kendatipun ada rawi lain yang mengeluarkan hadist tersebut, terkadang Ibnu Hajar tidak menyebutkan rawi-rawi tersebut. Hal demikian disebutkan Ibnu Hajar dalam pendahuluannya.
Dalam perhatian terhadap aspek sanad, Ibnu Hajar tampak tidak terlalu respek. Pernyataan ini tidak kemudian menegasikan kredibilitas Ibnu Hajar dalam hal hadist yang diriwayatkannya. Asumsi penulis yang demikian didasari kenyataan bahwa Ibnu Hajar tampak lebih memerhatikan aspek aplikasi hadist dibanding memberikan perhatian banyak pada aspek sanad. Hal ini hanya terlihat dari penyajian hadist-hadist dalam kitab ini yang hanya menyebutkan rawi dari golongan sahabat.
Sehingga, bagi pemerhati hadist –yang misalnya akan melakukan takhrij manual—kitab ini agaknya tidak bisa terlalu banyak membantu. Mereka masih diharuskan untuk mencari hadist yang bersangkutan ke dalam kitab induk dan referensi lain. Meski sekali lagi, jalan yang ditempuh Ibnu Hajar ini bukannya tanpa alasan. Prediksi penulis, Ibnu Hajar sengaja hanya menyebutkan nama sahabat agar memudahkan pemahaman sehingga orang awam tidak juga dipusingkan dengan masalah sanad.
Selain itu, ‘kesengajaan’ Ibnu Hajar untuk tidak menyebutkan rawi lain yang meriwayatkan sebuah hadist yang juga diriwayatkan oleh dengan Bukhari Muslim juga turut menguatkan asumsi bahwa Ibnu Hajar lebih banyak memperhatikan aspek aplikasi. Dalam kasus ini, barangkali tindakan Ibnu hajar memang wajar, sebab kualifikasi tertinggi suatu hadist adalah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Akan tetapi, penghilangan (dengan tidak menyebutkan) rawi lain juga akan cukup menyulitkan bagi peneliti hadist
Anggapan bahwa Ibnu Hajar tidak memberi banyak perhatian pada aspek sanad sebenarnya tidak se-ansich demikian. Buktinya, dalam beberapa kesempatan, Ibnu Hajar kerap memberikan nomor khusus untuk memberi penjelasan mengenai hal yang berkaitan dengan hadist, baik dalam segi sanad maupun dalam segi matan. Kualitas hadist yang dimuat dalam kitabnya juga banyak ia jelaskan dengan pemaparan singkat dalam satu nomor yang tidak terpisah, sebagaimana ia juga sering memberikan keterangan mengenai lafadz hadist dan mushahhih maupun mudha’if hadist yang bersangkutan.
Ia pun kerap memberikan catatan kaki untuk menerangkan biografi singkat mengenai rawi yang tercantum dalam kitabnya ini. Ciri lain yang menjadi keunggulan kitab ini adalah adanya catatan kaki yang tentu akan sangat berguna bagi pembaca. Hampir dalam setiap nomorisasi hadist, Ibnu Hajar memberikan catatan kaki yang dimaksudkan sebagai penjelas matan maupun sanad hadist.
Terlepas dari beberapa respon tersebut, ada sementara anggapan bahwa kitab kumpulan hadist ini senyatanya tidaklah representatif jika dikonsumsi oleh masyarakat awam yang asing dengan disiplin ilmu musthalahul hadist
Adapun susunan yang ada dalam penomoran kitab maupun bab dalam kitab Bulughul Maram ini juga menjadi pertanyaan sendiri. Namun begitu, penulis sementara beranggapan bahwa sistematika tersebut didasarkan pada ibadah amaliah yang dianggap paling utama dan menduduki peringkat teratas dalam rukun islam, yakni shalat, zakat, puasa, haji. Susunan berikutnya kemudian dilanjutkan dengan fiqh muamalah, munakahah (ahwal syakhsiyah), fiqih jinayah, serta kitab pamungkas yang mencantumkan hadist yang belum tercover dalam kitab-kitab sebelumnya.
• BULUGHUL MARAM; POPULARITAS DAN KREDIBILITASNYA
Di Indonesia sendiri, popularitas kitab ini cukup besar dan menyebar di dunia akademika formal maupun nonformal. Isinya yang lugas, singkat, serta langsung mengena pada persoalan daily fiqh merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam popularitas kitab ini. Hal ini pulalah yang menjadi motivasi beberapa cendekiawan untuk untuk menghadirkan karya terjemahan versi Bahasa Indonesia dari kitab kumpulan hadist ini. Dan hingga hari ini, sudah ada banyak karya terjemahan dalam bentuk softcopy maupun hardcopy yang bisa diakses oleh muslimin.
Idealnya, popularitas yang demikian melambung ini berbanding lurus dengan kualitas hadist yang terkandung dalam kitab Bulughul Maram tersebut. Sebab bagaimanapun, hadist ditransmisikan dan sampai pada generarasi kita hari ini tidaklah melalui jalur mutawattir an-sich seperti halnya Al-Qur’an. Karena itulah semua hadist yang sampai pada kita hari ini tidak semuanya berstatus shahih (yang kemudian bisa segera diterapkan dan dijadikan landasan suatu perbuatan), meski tidak pula seuanya dhaif (yang berarti tidak segera –atau bahkan tidak bisa—dijadikan pedoman dalam bertindak).
Sehingga, kitab yang populer idealnya juga memuat semua hadist dengan kualitas yang tinggi, semisal shahih dan dhaif.
Lalu bagaimanakah dengan kitab Bulughul Maram ini? Apakah kredibiliatas (kualitas hadistnya) benar-benar sepadan dengan ppopularitas yang dimilikinya? Pertanyaan ini agaknya tidak bisa dijawab dengan satu atau dua kalimat saja. Sebab, kitab kecil ini memuat 1600-an hadist dan karenanya asumsi yang dibangun haruslah benar-benar representatif.
Hal yang barangkali perlu digarisbawahi pertama kali adalah bahwa Ibnu Hajar menggunakan referensi kitab hadist mu’tabar (yakni Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah) untuk menyusun antologinya ini. Dengan demikian, kualitas hadist yang ada dalam kitab ini, secara umum bisa dipertanggungjawabkan. Namun begitu, Ibnu Hajar juga menggunakan referensi dari beberapa Imam hadist yang tidak termasuk dalam enam imam tersebut, seperti Ibnu Khuzaimah, DaruQuthni, dll.
Beragamnya referensi ini, apakah kemudian bisa dijadikan alasan untuk meganggap bahwa hadist yang ada dalam kitab ini tidak semuanya shahih sebab tidak semuanya bersumber dari kitab mu’tabar yang sudah qualified? Anggapan tersebut barangkali bisa dibenarkan, setidaknya hal ini bisa dibuktikan dengan keterengan yang kerap kali diberikan oleh Ibnu Hajar bahwa sebuah hadist diriwayatkan oleh seorang mukharij dengan sanad yang dhaief, semisal hadist nomor 54 (yang diriwayatkan oleh Daruquthni dengan sanad yang dhaif)
Pertanyannya kemudian, apakah semua hadist yang diriwayatkan oleh imam-imam penulis kitab mu’tabar berkualitas tinggi dan apakah hadist yang dikeluarkan oleh imam-imam lain tidak berkualitas tinggi? Ternyata tidak demikian, misalnya ketika kita melihat hadist nomor 93 yang walupun dikeluarkan oleh Imam yang empat, akan tetapi berstatus ma’lul. Sedangkan hadist nomor 108, meskipun diriwayatkan oleh Daruquthni, akan tetapi dinilai shahih.
Adanya ragam referensi ini tentu memunculkan pertanyaan mengenai kriteria apa yang dipakai Ibnu Hajar dalam memilih hadist yang ia muat dalam kitabnya ini. Jika benar ia menggunakan referensi dari beberapa imam tersebut, tentunya ada banyak hadist yang ia jadikan acuan, namun mengapa hadist yang ada dalam kitab kumpulannya ini hanya berjumlah 1600-an? Hemat penulis, minimalisasi jumlah hadist yag dicantumkan dalam kitabnya ini dilatarbelakangi oleh alasan simplisitas dan keinginan untuk hanya mencantumkan hadist yang paling sering dibutuhkan muslimin menjadi pedoman hidup.
Penulis sempat melakukan takhrij terhadap hadist nomor 6 dengan berpedoman pada software mausuah al hadist al syarif. Penulis menemukan hadist dalam kitab muslim nomor 426 yang sama (juga diriwayatkan oleh seorang sahabat, yakni Abu Hurairah) vdengan apa yang ditulis Ibnu Hajar dalam hadist nomor 6 bab air dalam kitab thaharah. Sayangnya ada tambahan yang terdapat dalam kitab muslim namun tidak disebutkan oleh Ibnu Hajar, yakni
و حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَأَبُو الطَّاهِرِ وَأَحْمَدُ بْنُ عِيسَى جَمِيعًا عَنْ ابْنِ وَهْبٍ قَالَ هَارُونُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ بُكَيْرِ بْنِ الْأَشَجِّ أَنَّ أَبَا السَّائِبِ مَوْلَى هِشَامِ بْنِ زُهْرَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْتَسِلْ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ وَهُوَ جُنُبٌ فَقَالَ كَيْفَ يَفْعَلُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ يَتَنَاوَلُهُ تَنَاوُلًا
Satu proses takhrij ini setidaknya menunjukkan bahwa tambahan penjelasan (yang dalam kasus ini dipaparkan dalam nomor lain) tidak sepenuhnya representatif, sebab masih ada hal yang terlupakan. Meski demikian, upaya Ibnu Hajar memberikan perbandingan lafadz, penjelasan ashal lafadz dan versi-versi tambahan maupun lafadz dalam hadist yang dicantumkan dalam kitabnya ini layak diapresiasi.
C. FOLLOW-UP RESEARCH
Di balik popularitasnya yang demikian menjulang, kitab ini ternyata belum banyak memancing para cendekiawan untuk menghasilkan beberapa karya. Karya yang terkait dengan kitab ini lebih banyak merupakan karya berupa syarh yang membahas keterangan-keterangan mengenai substansi hadist yang bersangkutan. Kodikologi maupun tekstologi kitab ini masih merupakan dua hal yang tidak terjamah oleh sentuhan-sentuhan intelektual. Hal itulah yang barangkali menjadi PR bagi kita bersama. Allah Knows Best.
Bagi masyarakat Indonesia, kitab Bulughul Maram tentu bukan merupakan sebuah referensi yang asing. Kitab ini banyak digunakan di berbagai institusi pendidikan maupun dalan komunitas-komunitas majlis ta’lim yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Kitab ini ternyata tidak hanya digemari di Indonesia. Komunitas cendekiawan barat maupun timur juga turut menjadikan kitab ini sebagai referensi yang cukup dipertimbangkan dalam keilmuan hadist. Beberapa tulisan menyangkut kitab ini telah banyak bermunculan, dari level tulisan ringan artikel dan book review hingga pegalihbahasaan dan penulisan kitab syarh.
Barangkali ada banyak alasan mengapa kitab karangan Ibnu Hajar ini hampir bisa dibilang sukses menjadi referensi dan konsumsi utama masyarakat Islam di Indonesia. Salah satu alasan yang paling tampak adalah karena kitab ini terkesan sengaja disusun agar bisa memiliki daya fungsi aplikatif. Sebagaimana kitab-kitab kumpulan hadist mu’tabar, kitab ini juga disusun berdasarkan urutan bab-bab fiqh. Sehingga tidak lagi mengherankan jika kitab ini cukup diminati, terkait dengan sistematika penyusunannya yang ramah dan aplikatif serta kandungan hadist yang tidak terlalu banyak namun mengena pada permasalahan yang –barangkali—sering ditemui.
Popularitas kitab ini, bagi masyarakat awam di Indonesia, bisa jadi jauh lebih populer dan dikenal dibanding kitab-kitab mu’tabar. Padahal dalam kajian ilmu hadist, kitab mu’tabar yang menduduki posisi nomor satu adalah kitab Shahih Bukhari dan dianggap memuat hadist-hadist yang berkualitas tinggi. Disusul kemudian dengan Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasai.
Gradasi kitab-kitab hadist mu’tabar tersebut—meski masih belum lepas dari kontroversi-kontroversi—menjadi ikon gradasi kitab hadist secara umum. Gradasi ini menunjukkan kualitas hadist yang menjadi sumber ajaran kedua dalam agama Islam. Pertanyaannya kemudin, jika kitab Bulughul Maram memiliki popularitas yang lebih tinggi dibanding beberapa kitab mu’tabar tersebut, maka bagaimanakah kualitas hadist yang ada dalam kitab Bulughul Maram? Sinkronkah dengan popularitas yang dimlikinya?
B. KAJIAN KITAB (REVIEW, MINI-RESEARCH)
• Bulughul Maram dan Ibnu Hajar Al Asqalani
Karakteristik seseorang bisa dengan mudah terbaca dari genre dan ciri khas karya yang dihasilkannya. Suatu karya –utamanya karya tulis—bukanlah hanya dilatarbelakangi oleh aspek intelektual seorang penulis, akan tetapi juga banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, semisal lingkungan kehidupan penulis, lingkungan akademik, keadaan sosial politik ekonomi, serta masa hidup seorang penulis.
Ibnu Hajar Al Asqalani (773-852 M) merupakan salah satu cendekiawan muslim yang cukup produktif dalam memperkaya khazanah keilmuan Islam. Karyanya—yang konon berjumlah 150an—tersebar dalam berbagai disiplin ilmu dan ia pun cukup tekun dalam menseriusi beberapa bidang keilmuan Islam. Produktivitas Ibnu Hajar yang sedemikian tinggi ini paling tidak menyiratkan bahwa semasa hidupnya, literatur-literatur keislaman masih belum banyak terjamah oleh tangan-tangan intelektual dan akibatnya kurang bisa down to earth terhadap masyarakat muslim secara luas. Keadaan ini yang barangkali memotivasi Ibnu Hajar untuk terus produktif semasa hidupnya.
Sejarah juga mencatat bahwa Ibnu Hajar sempat menjadi qadhi terkemuka di daerah Mesir pada masa mudanya. Kendati begitu, ia tidak hanya aktif di dunia peradilan. Ibnu Hajar merupakan ahli di berbagai bidang dan karenanya mendapat gelar akademik dan menadi steak holder dalam beberapa disiplin ilmu tertentu. Asumsi ini dibuktikan dengan penyematan gelar sebagai ahli hadist tingkatan Al-hafidz yang diberikan oleh Al Albani kepada Ibnu Hajar . Cendekiawan asal Gaza Palestina ini juga mendapat gelar sebagai pemerhati papan atas dalam kajian fiqh (dengan penyematan gelar Al Imam Alim Allamah), gelar Aimmatul Alim yang diberikan pakar ilmu pengetahuan, gelar Khatimatul Huffadz yang diberikan oleh pemerhati bidang qiraah, dan Al Qudhah Al Masyhurin yang ia dapat saat tengah concern dalam bidang peradilan dan perundang-undangan.
Dengan demikian, kredibilitas Ibnu Hajar dalam keilmuan akademik sudah tidak diragukan lagi. Meski ia banyak mendalami beberapa disiplin, akan tetapi dedikasi Ibnu Hajar pada masing-masing disiplin yang digelutinya ternyata cukup fenomenal. Sebab jika tidak demikian, mustahil rasanya Ibnu Hajar akan mendapat gelar dari berbagai pemerhati bidang tersebut. Perhatiannya di bidang hadist berwujud properti yang bisa diandalkan cendekiawan selanjutnya. Ia berhasil menelorkan beberapa karya dalam disiplin ilmu hadist. Dua di antaranya adalah Fathul Bari (syarh kitab Shahih BUkhari) dan Bulughul Maram (Kumpulan kitab hadist terpilih)
Bulughul Maram merupakan salah satu di antara beberapa karya Ibnu Hajar yang hingga saat ini sudah diterjemankah ke dalam beberapa bahasa. Kitab ini berjudul asli Bulughul Maram fi Adillatil Ahkam. Pemilihan judul ini cukup menyiratkan bahwa Ibnu Hajar Al Asqalani memaksudkan penulisan kitab ini sebagai pembahasan dalam bidang hukum—fiqh—
Latar belakang penulisan kitab ini agaknya tidak jauh berbeda dengan beberapa kitab lain, yakni memberikan pedoman aplikatif kepada muslimin dalam kegiatan sehari-harinya dengan berpedoman pada sumber ajaran Islam. Dalam hal ini, Ibnu Hajar memilih hadist sebagai sumber ajaran sekaligus ‘kendaraan’nya dalam menyajikan pedoman hidup bagi muslim. Hal ini tersirat dalam pencantuman sebuah ayat Al-Qur’an yang diberikan Ibnu Hajar pada bab pertama kitab nya ini.
Lebih lanjut pada bagian pendahuluan, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa ia memaksudkan penulisan kitab ini agar bisa dinikmati semua kalangan, baik kalangan orang awam hingga ulama’. Orang awam bisa menjadikan kitab ini sebagai pedoman hidup, pelajar bisa lebih mudah menghafalkan kitab ini, dan cendekiawan pun tidak bisa lepas dari kitab ini. Untuk mencapai tujuan ini, Ibnu Hajar berusaha sedemikian rupa untuk menyajikan segala halnya agar bisa meng-goal-kan tujuan tersebut.
Untuk mewujudkan keinginan yang tidak mudah dicapai ini, Ibnu Hajar tentu harus memiliki trik-trik sendiri. Sebab, bukanlah perkara mudah untuk bisa menyajikan sebuah karya antologi yang bisa nyaman dikonsumsi semua kalangan dari level yang berbeda. Trik-trik yang dipakai Ibnu Hajar tersebut tampak dalam ciri-ciri menonjol (featured characteristic) yang kemudian menjadi identitas dan ciri khas tersendiri dalam kitabnya ini.
• Featured Characteristic dalam Bulughul Maram
Kitab Bulguhul maram barangkali tidak banyak berbeda dengan beberapa kitab mu’tabar lain yang menjadi kitab induk dalam disiplin ilmu hadist. Sistematikanya sarat dengan nuansa fiqh yang kemudian menjadikan kitab ini sebagai kitab yang bisa diandalkan dalam referensi pemecahan masalah hukum dengan akurasi waktu dan validitas yang juga tidak perlu diragukan lagi.
Namun begitu, ada beberapa hal yang cukup berbeda dengan kitab kebanyakan dan hal-hal tersebut menjadi ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki kitab antologi hadist lain. Salah satu ciri khas tersebut adalah adanya beberapa nomor hadist yang tidak mencantumkan sebuah hadist mandiri, akan tetapi merupakan penjelas dari hadist yang ada di atasnya. Sebagai contoh, pada hadist nomor 90 dan 91 bab Perihal yang membatalkan wudhu’ dalam kitab Thaharah, tidak ada hadist mandiri yang dimuat. Dua nomor tersebut menyatakan bahwa hadist sebelumnya (89) juga terdapat dalam kitab lain, yakni shahih Bukhari Muslim dari hadist Abdullah bin Zaid (hadist 90) dan hadit dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah (hadist 91).
Sedangkan pada hadist nomor 97, Ibnu Hadjar mencantumkan tiga penjelasan mengenai sebuan hadist, sehingga satu hadist bisa memakan empat nomor atau lebih. Nomor pertama adalah hadist yang dimaksud, sedangkan tiga lainnya adalah penjelas dari hadist mandiri tersebut. Tiga penjelas ini berupa penyajian matan lain dari hadist yang sema’na dengan berpedoman pada rawi lain, yakni riwayat Abu Daud, riwayat Ahmad Ibnu Abbas, dan riwayat Imam Thabrani. Ketiga riwayat ini merupakan pemaparan beberapa versi lain dari hadist nomor 97, yakni hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dengan demikian, sebuah hadist bisa memiliki beberapa nomor hadist penjelas yang memaparkan beberapa hal tentang hadist tersebut.
Ada kalanya, penjelas yang diberikan Ibnu Hajar dalam nomorisasi setelah nomor hadist yang bersangkutan merupakan pendapat atau penilaian seorang tokoh mengenai kualitas sebuah hadist yang tertera pada nomor sebelumnya. Hal ini misalnya terjadi pada nomor hadis nomor 114 yang menjelaskan status atau kualitas hadist sebelumnya (menurut pandangan Ibnu Huzaimah), yakni hadist nomor 113.
Karakteristik yang demikian secara langsung menandakan bahwa jumlah –yang berkisar antara angka 1596-1597 bukanlah jumlah keseluruhan hadist yang ada di dalam kitab ini. Hal ini disebabkan penomoran yang ada dalam kitab ini tidak hanya diberikan untuk memberi nomor suatu hadist, akan tetapi juga sebagai penjelas-penjelas dari suatu hadist. Penjelasan mengenai kualitas suatu hadist maupun hal-hal yang berkaitan dengan matan hadist inilah yang penulis anggap sebagai ciri khas Ibnu Hajar yang diandalkannya untuk menjadikan kitabnya ini bisa representatif pada semua kalangan dengan gradasi intelektual yang berbeda.
Karakteristik lain yang digunakan oleh Ibnu Hajar adalah penyebutan Imam yang disimbolkan dalam bentuk angka. Penulis hingga saat ini belum mengetahui secara jelas siapakah pelopor penggunaan simbolisasi tersebut. Posisi Ibnu Hajar sebagai pelopor dalam penggunaan simbol tersebut merupakan hipotesis yang belum ditemukan jawabannya.
Sebab dalam kitab Bulughul Maram ini, Ibnu Hajar kerap memberikan penjelasan rawi dengan simbol-simbol angka. Senyatanya hal ini masih sangat riskan, sebab urutan mukharij hadist hingga saat ini belumlah mencapai kesepakatan final. Kemungkinan ini sudah terlebih dahulu diantisipasi oleh Ibnu Hajar dengan memberikan keterangan di pendahuluan kitabnya. Penjelasan tersebut adalah sebagai berikut;
Imam yang tujuh: Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah
Imam yang enam: Semua nama di atas kecuali Ahmad
Imam yang lima: Semua nama dalam imam 7 selain Bukhari Muslim
Imam yang empat: Semua nama dari as-Sab’ah kecuali tiga orang yang pertama (Ahmad, Bukhari, Musli)
Imam yang tiga:Semua nama yang ada dalam as-sab’ah kecuali tiga nama pertama dan satu nama terakhir, yakni Abu Daud, Nasai, dan Tirmidzi.
Meskipun demikian, dalam banyak kesempatan, Ibnu Hajar kerap memberikan penjelasan tentang pengecualian yang tejadi dalam simbolisasi ini. Misalnya adalah hadist nomor 161 yang dijelaskan bahwa hadist tersebut dikeluarkan oleh Imam yang lima selain Nasai.
Selain beberapa simbol tersebut, Ibnu Hajar juga kerap menggunakan simbol muttafaq alaih. Ia memaksudkan penamaan ini dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Kendatipun ada rawi lain yang mengeluarkan hadist tersebut, terkadang Ibnu Hajar tidak menyebutkan rawi-rawi tersebut. Hal demikian disebutkan Ibnu Hajar dalam pendahuluannya.
Dalam perhatian terhadap aspek sanad, Ibnu Hajar tampak tidak terlalu respek. Pernyataan ini tidak kemudian menegasikan kredibilitas Ibnu Hajar dalam hal hadist yang diriwayatkannya. Asumsi penulis yang demikian didasari kenyataan bahwa Ibnu Hajar tampak lebih memerhatikan aspek aplikasi hadist dibanding memberikan perhatian banyak pada aspek sanad. Hal ini hanya terlihat dari penyajian hadist-hadist dalam kitab ini yang hanya menyebutkan rawi dari golongan sahabat.
Sehingga, bagi pemerhati hadist –yang misalnya akan melakukan takhrij manual—kitab ini agaknya tidak bisa terlalu banyak membantu. Mereka masih diharuskan untuk mencari hadist yang bersangkutan ke dalam kitab induk dan referensi lain. Meski sekali lagi, jalan yang ditempuh Ibnu Hajar ini bukannya tanpa alasan. Prediksi penulis, Ibnu Hajar sengaja hanya menyebutkan nama sahabat agar memudahkan pemahaman sehingga orang awam tidak juga dipusingkan dengan masalah sanad.
Selain itu, ‘kesengajaan’ Ibnu Hajar untuk tidak menyebutkan rawi lain yang meriwayatkan sebuah hadist yang juga diriwayatkan oleh dengan Bukhari Muslim juga turut menguatkan asumsi bahwa Ibnu Hajar lebih banyak memperhatikan aspek aplikasi. Dalam kasus ini, barangkali tindakan Ibnu hajar memang wajar, sebab kualifikasi tertinggi suatu hadist adalah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Akan tetapi, penghilangan (dengan tidak menyebutkan) rawi lain juga akan cukup menyulitkan bagi peneliti hadist
Anggapan bahwa Ibnu Hajar tidak memberi banyak perhatian pada aspek sanad sebenarnya tidak se-ansich demikian. Buktinya, dalam beberapa kesempatan, Ibnu Hajar kerap memberikan nomor khusus untuk memberi penjelasan mengenai hal yang berkaitan dengan hadist, baik dalam segi sanad maupun dalam segi matan. Kualitas hadist yang dimuat dalam kitabnya juga banyak ia jelaskan dengan pemaparan singkat dalam satu nomor yang tidak terpisah, sebagaimana ia juga sering memberikan keterangan mengenai lafadz hadist dan mushahhih maupun mudha’if hadist yang bersangkutan.
Ia pun kerap memberikan catatan kaki untuk menerangkan biografi singkat mengenai rawi yang tercantum dalam kitabnya ini. Ciri lain yang menjadi keunggulan kitab ini adalah adanya catatan kaki yang tentu akan sangat berguna bagi pembaca. Hampir dalam setiap nomorisasi hadist, Ibnu Hajar memberikan catatan kaki yang dimaksudkan sebagai penjelas matan maupun sanad hadist.
Terlepas dari beberapa respon tersebut, ada sementara anggapan bahwa kitab kumpulan hadist ini senyatanya tidaklah representatif jika dikonsumsi oleh masyarakat awam yang asing dengan disiplin ilmu musthalahul hadist
Adapun susunan yang ada dalam penomoran kitab maupun bab dalam kitab Bulughul Maram ini juga menjadi pertanyaan sendiri. Namun begitu, penulis sementara beranggapan bahwa sistematika tersebut didasarkan pada ibadah amaliah yang dianggap paling utama dan menduduki peringkat teratas dalam rukun islam, yakni shalat, zakat, puasa, haji. Susunan berikutnya kemudian dilanjutkan dengan fiqh muamalah, munakahah (ahwal syakhsiyah), fiqih jinayah, serta kitab pamungkas yang mencantumkan hadist yang belum tercover dalam kitab-kitab sebelumnya.
• BULUGHUL MARAM; POPULARITAS DAN KREDIBILITASNYA
Di Indonesia sendiri, popularitas kitab ini cukup besar dan menyebar di dunia akademika formal maupun nonformal. Isinya yang lugas, singkat, serta langsung mengena pada persoalan daily fiqh merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam popularitas kitab ini. Hal ini pulalah yang menjadi motivasi beberapa cendekiawan untuk untuk menghadirkan karya terjemahan versi Bahasa Indonesia dari kitab kumpulan hadist ini. Dan hingga hari ini, sudah ada banyak karya terjemahan dalam bentuk softcopy maupun hardcopy yang bisa diakses oleh muslimin.
Idealnya, popularitas yang demikian melambung ini berbanding lurus dengan kualitas hadist yang terkandung dalam kitab Bulughul Maram tersebut. Sebab bagaimanapun, hadist ditransmisikan dan sampai pada generarasi kita hari ini tidaklah melalui jalur mutawattir an-sich seperti halnya Al-Qur’an. Karena itulah semua hadist yang sampai pada kita hari ini tidak semuanya berstatus shahih (yang kemudian bisa segera diterapkan dan dijadikan landasan suatu perbuatan), meski tidak pula seuanya dhaif (yang berarti tidak segera –atau bahkan tidak bisa—dijadikan pedoman dalam bertindak).
Sehingga, kitab yang populer idealnya juga memuat semua hadist dengan kualitas yang tinggi, semisal shahih dan dhaif.
Lalu bagaimanakah dengan kitab Bulughul Maram ini? Apakah kredibiliatas (kualitas hadistnya) benar-benar sepadan dengan ppopularitas yang dimilikinya? Pertanyaan ini agaknya tidak bisa dijawab dengan satu atau dua kalimat saja. Sebab, kitab kecil ini memuat 1600-an hadist dan karenanya asumsi yang dibangun haruslah benar-benar representatif.
Hal yang barangkali perlu digarisbawahi pertama kali adalah bahwa Ibnu Hajar menggunakan referensi kitab hadist mu’tabar (yakni Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah) untuk menyusun antologinya ini. Dengan demikian, kualitas hadist yang ada dalam kitab ini, secara umum bisa dipertanggungjawabkan. Namun begitu, Ibnu Hajar juga menggunakan referensi dari beberapa Imam hadist yang tidak termasuk dalam enam imam tersebut, seperti Ibnu Khuzaimah, DaruQuthni, dll.
Beragamnya referensi ini, apakah kemudian bisa dijadikan alasan untuk meganggap bahwa hadist yang ada dalam kitab ini tidak semuanya shahih sebab tidak semuanya bersumber dari kitab mu’tabar yang sudah qualified? Anggapan tersebut barangkali bisa dibenarkan, setidaknya hal ini bisa dibuktikan dengan keterengan yang kerap kali diberikan oleh Ibnu Hajar bahwa sebuah hadist diriwayatkan oleh seorang mukharij dengan sanad yang dhaief, semisal hadist nomor 54 (yang diriwayatkan oleh Daruquthni dengan sanad yang dhaif)
Pertanyannya kemudian, apakah semua hadist yang diriwayatkan oleh imam-imam penulis kitab mu’tabar berkualitas tinggi dan apakah hadist yang dikeluarkan oleh imam-imam lain tidak berkualitas tinggi? Ternyata tidak demikian, misalnya ketika kita melihat hadist nomor 93 yang walupun dikeluarkan oleh Imam yang empat, akan tetapi berstatus ma’lul. Sedangkan hadist nomor 108, meskipun diriwayatkan oleh Daruquthni, akan tetapi dinilai shahih.
Adanya ragam referensi ini tentu memunculkan pertanyaan mengenai kriteria apa yang dipakai Ibnu Hajar dalam memilih hadist yang ia muat dalam kitabnya ini. Jika benar ia menggunakan referensi dari beberapa imam tersebut, tentunya ada banyak hadist yang ia jadikan acuan, namun mengapa hadist yang ada dalam kitab kumpulannya ini hanya berjumlah 1600-an? Hemat penulis, minimalisasi jumlah hadist yag dicantumkan dalam kitabnya ini dilatarbelakangi oleh alasan simplisitas dan keinginan untuk hanya mencantumkan hadist yang paling sering dibutuhkan muslimin menjadi pedoman hidup.
Penulis sempat melakukan takhrij terhadap hadist nomor 6 dengan berpedoman pada software mausuah al hadist al syarif. Penulis menemukan hadist dalam kitab muslim nomor 426 yang sama (juga diriwayatkan oleh seorang sahabat, yakni Abu Hurairah) vdengan apa yang ditulis Ibnu Hajar dalam hadist nomor 6 bab air dalam kitab thaharah. Sayangnya ada tambahan yang terdapat dalam kitab muslim namun tidak disebutkan oleh Ibnu Hajar, yakni
و حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَأَبُو الطَّاهِرِ وَأَحْمَدُ بْنُ عِيسَى جَمِيعًا عَنْ ابْنِ وَهْبٍ قَالَ هَارُونُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ بُكَيْرِ بْنِ الْأَشَجِّ أَنَّ أَبَا السَّائِبِ مَوْلَى هِشَامِ بْنِ زُهْرَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْتَسِلْ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ وَهُوَ جُنُبٌ فَقَالَ كَيْفَ يَفْعَلُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ يَتَنَاوَلُهُ تَنَاوُلًا
Satu proses takhrij ini setidaknya menunjukkan bahwa tambahan penjelasan (yang dalam kasus ini dipaparkan dalam nomor lain) tidak sepenuhnya representatif, sebab masih ada hal yang terlupakan. Meski demikian, upaya Ibnu Hajar memberikan perbandingan lafadz, penjelasan ashal lafadz dan versi-versi tambahan maupun lafadz dalam hadist yang dicantumkan dalam kitabnya ini layak diapresiasi.
C. FOLLOW-UP RESEARCH
Di balik popularitasnya yang demikian menjulang, kitab ini ternyata belum banyak memancing para cendekiawan untuk menghasilkan beberapa karya. Karya yang terkait dengan kitab ini lebih banyak merupakan karya berupa syarh yang membahas keterangan-keterangan mengenai substansi hadist yang bersangkutan. Kodikologi maupun tekstologi kitab ini masih merupakan dua hal yang tidak terjamah oleh sentuhan-sentuhan intelektual. Hal itulah yang barangkali menjadi PR bagi kita bersama. Allah Knows Best.
Hmhm...
TugaZ dari doZhen
Minggu, 14 Februari 2010
S-K-R-I-P-S-I
It sounds scream..Meddeni alias nakutin. Meski jane ndak juga, lha sejak semester I, aku uda terbiasa dengan tugas menulis dan bikin makalah juga presentasi dan pembantaiain, mengapa harus sok nervous untuk menghadapi gerbang-gerbang akhir masa kuliah S-1 ini ya?
Aku kemudian sibuk menghibur hati dan perasaanku, meyakinkan bahwa aku bisa melewati keadaan penuh tekanan itu dan menyelesaikan semuanya dengan baik. Aku buat konfirmasi eksternal sebanyak mungkin agar aku selalu tersadarkan dengan tuntutan yang sudah ada di depan idungku itu. Alhamdulillah juga, ada banyak orangh-orang berarti yang sangat perhatian dalam masalah akademikku dan juga memberikan amat sangat banyak hal; Bantuan, semangat, dan kasih sayang. Ya, aku memang harus berterimakasih pada mereka..Unyil, Ksatria, Cacak, Bak Rom, de el el.
Barusan,,aku ma Unyil uda mengantongi dua berkas yang bisa memuluskan keinginanku untk segera menapaki proses panjang penulisan skripsi. Hm, perjuangan yang tidak begitu berarti, meski aku kemudian merasa takut setelah dua berkas itu mendarat di tanganku. Hffh..Semoga ajah ne skripsi ga molor-molor banget,,
Tuhan..Hindarkanlah aku dari rasa males yang kadang bisa melumpuhkan semangatku sepenuhnya..
Go, go, go!! Cepet lulus!!
Aku kemudian sibuk menghibur hati dan perasaanku, meyakinkan bahwa aku bisa melewati keadaan penuh tekanan itu dan menyelesaikan semuanya dengan baik. Aku buat konfirmasi eksternal sebanyak mungkin agar aku selalu tersadarkan dengan tuntutan yang sudah ada di depan idungku itu. Alhamdulillah juga, ada banyak orangh-orang berarti yang sangat perhatian dalam masalah akademikku dan juga memberikan amat sangat banyak hal; Bantuan, semangat, dan kasih sayang. Ya, aku memang harus berterimakasih pada mereka..Unyil, Ksatria, Cacak, Bak Rom, de el el.
Barusan,,aku ma Unyil uda mengantongi dua berkas yang bisa memuluskan keinginanku untk segera menapaki proses panjang penulisan skripsi. Hm, perjuangan yang tidak begitu berarti, meski aku kemudian merasa takut setelah dua berkas itu mendarat di tanganku. Hffh..Semoga ajah ne skripsi ga molor-molor banget,,
Tuhan..Hindarkanlah aku dari rasa males yang kadang bisa melumpuhkan semangatku sepenuhnya..
Go, go, go!! Cepet lulus!!
Hmhm...
adventure of me..
Chine-Tron
Seingatku, sejak kecil aku uda sering bersinggungan dengan yang namanya televisi. Dulu, duluuuuuuuuuu banget, pas aku masih kecil (kayaknya pas aku masih TK), kakek punya tipi item putih yang manual itu. Channelnya kalo dak salah cuma da tiga, yakni TVRI, TPI, dan ANTV. Sama dwonk, kayak parpol waktu itu, adanya tiga thok. PPP, Golkar, dan PDI. Hehehe. Intine dulu aku inget sering nonton tipi item putih itu…Bareng keluarga, biasane malem, sesudah aku belajar ama kakek. Sekarang tipi tu aku dak tau ke mana. Yang jelas sudah ga ada di rumah. Popularitasnya mulai menurun sejak ia ada yang nggantiin.
Perkembangan selanjutnya, Bapak beli tipi warna yang saat itu lagi booming-boomingnya. Para tetangga uda banyak yang punya, jadi aku ngerengek ke bapak, minta dibeliin barang serupa. Nah, abis itu..Seingatku, tipi 20 inchi itu sempat digondol maling, pas aku kelas VI SD. Aku saat itu mungkin ga ingin terlalu banyak tau tentang gimana tipiku itu hilang dan semua hal yang berkaitan dengan itu, jadi aku mungkin hanya bisa mengingat-ingat saja. Hal yang paling aku inget, setelah digondol maling, tu tipi sempet ada lagi di rumahku. Gatau gimana prosesnya. Tapi yang jelas, stiker yang bertuliskan namaku di tipi itu belum diilangin ma pencurinya. Naksir barangkali, sama namaku. Hehehe.
Pas itu..karena ga ada telepisi di rumah, seingatku, aku nonton di tempat tetangga yang sebenarnya juga adalah keluargaku. Malem-malem pula. Berarti saat itu, aku uda kecanduan untuk nonton telepisi. Kecanduan ansich ya ndak juga, cuma aku tuch ngerasa ga lengkap jika gak nonton tipi, karena besok dak bisa nyambung ma perbinangan temen-temen Sdku yang suka ngrumpiin acara yang ditonton semalem. Hehehe..
Pas itu juga, seingatku, pernah ada pemadaman listerik massal di Madura karena kabel PLN yang menghubungkan Madura dan Surabaya korsleting di Selat Madura. Nah…pas itu juga, aku selalu ikutan rombongan rame-rame (pake pick-up) untuk nonton tipi di rumah keluarga yang punya diesel..Nah…Pas itu, aku biasane ga pernah absen, demi menjaga gengsi. Hehe. Jadi tempat saudara yang punya diesel itu ada di Larangan. Jadi dech, setelah isya’. Aku punya jadwal baru waktu itu..nah pesertanya dak hanya anak seumuran aku, tapi juga orangtua-orangtua gitu. Kecuali orang tuaku, mereka emoh gitu untuk ikutan.
Tau alasane apa? Atau tau apa yang ditonton? Hm..Ternyata yang ditonton adalah SINETRON, bukan apa. Belakangan aku baru tau bahwa sinetron itu adalah kependekan dari sinema elektron. Kalo definisi aplikatifnya sich, aku sudah faham..Tapi definsi linguistiknya tu aku baru tau dari Ra Faizi, sekitar taun 2004-2005, pas aku kelas II Aliyah.
Nah terus, jadi sinetron itu adalah semacam cerita bersambung di majalah yang bikin pensaran karena alur ceritanya dipenggal ma beberapa episode. Nach, ketika BERSAMBUNG itulah, si penonton suka menerka-nerka apa yang akan terjadi pada episode mendatang sehingga mereka merasa ga ok kalo sampe ketinggalan ga nonton episode selanjutnya itu..
Biasane, di awal dan akhir setiap episode, ada penanyangan episode sebelum dan sesudah epsode itu. Ya, sekadar membantu pemahaman penonton dalam memahami alur secara utuh dan…juga memunculkan rasa penasaran penonton..Agar mereka tetep mau nonton pada episode selanjutnya. Bahkan break iklan pun kadang diawali dengan cuplikan adegan yang akan ditampilkan sesudah iklan tersebut.
Aku juga masih inget, dulu aku suka baca ringkesan sinetron yang biasanya dimuat di media massa. Waktu itu kalo ga salah majalah Nova yang sering dikonsumsi tante-tanteku. Intine sinetron sebenere uda mendarah daging di masa kecilku. Soale sejak aku di pondok, aku dak bisa mengakses televisi dan akibatnya aku banyak ketinggalan update terbaru tentang persinetronan Indonesia. Heheheh…
Nah…Untuk apa aku nulis catatan ini? Jane aku hanya ingin bilang bahwa alur sinetron Indonesia (yang biasa aku tonton itu) kadang ga realistiiiiiiiiiiiiiiiiiis banget. Terkesan dipaksakan dan malah kesannya jadi kaku pwol. Meski yang namanya kemungkinan, dari skala terkecil hingga skala terbesar, pasti ada dalam kehidupan, tapi ritme idup juga kenyataannya ga selalu didominasi oleh kemungkinan2 dan kebetulan2 yang kesane dipaksain banget. Malah ga menarik jadinya.
Ya, itu sekadar uneg2ku aja. Aku sich dak lagi jadi pemerhati sinetron Indonesia sekarang, cuma ya…aku masih punya kontrak untuk selalu setia nonton satu sinetron yang juga menjadi idolanya anak kos..Lha katanya sinetron itu uda best watcer dech, tapi lama-lama irrasionalitasnya malah tambah dan semakin tampak. Ya meski aku emang dak bisa sok-sokan, sebab siaran di telepisi khan juga ga bisa dipisahkan dengan yang namanya rating—iklan—dan duit.
Ngomongin ini, aku malah inget dengan apa yang pernah disampaikan ma ustadku pas pengajian malam di pondok dulu. Dia bilang, alur sinetron itu terinspirasi oleh kehidupan nyata. Aku tidak membenarkan seratus persen sich, soale kabanyakan sinetron yang aku tonton itu pasti ngebahas masalah status seorang anak. Ya ternyata si A adalah bukan anaknya B dan malah anak biologisnya C, dan lain-lain. Pertanyaannya, apa emang alur kehidupan seperti itu? Kayaknya ga semonoton itu dech..
Tapi ucapan tersebut kerap memang benar adanya. Ya gimanapun, alur sebuah cerita rekaan sedikit banyak pasti diilhami dari cerita kehidupan nyata. Tapi, mungkin ngga ya, karena kebanyakan mengkonsumsi sinetron, si penonton malah sangat dan begitu terpengaruh dengan adegan yang ia tonton sehingga—sengaja maupun tidak—adegan dan atau alur itu malah balik mempengaruhi alur kehidupannya yang bener-bener nyata? (Seperti tingginya angka perceraian masyarakat karena melihat selebritis idolanya banyak yang bercerai?)
Well, Wallahu a’lam atas jawabannya. Tapi kebanyakan mengkonsumsi—atau sekadar bersingungan—dengan sesuatu kadang mudaaaaaaah banget menimbulkan adanya kontaminasi gitu. Ya nda? Terus, bagaimana dengan diriku sendiri? Adakah sinkronitas alur nyataku dengan alur rekaan yang disajikan sinetron—dan atau pilem yang pernah aku tonton? Mmm…Ga enak juga untuk ngejawab ini sebenere. Ya, tapi tak kasih gambaran ajah dah. Intine ada, aku ngerasa saat ini tengah masuk dalam pusaran alur yang cukup rumit, seperi Kak Ezy dan Salwa di Demi Cinta serta Kak Ilham dan Safa di Safa dan Marwa; keduanya sama-sama sinetron di RCTI. Herannya dua tokoh itu diperankan oleh orang yang sama, yakni RIONALDO STOCKHORST. Bravo for him!!!
Palagi ya? Hm..ada sebuah cerita yang mungkin akan jadi point akhir tulisan ini. Daya adiktif sinetron tidak jarang bisa bikin orang rela untuk TENGKAR (rebutan channel..), hehehe. Dan aktivitas ini bisa melampaui batas apapun, sesama temen, sesama saudara, bahkan antara ibu dengan anaknya. Hehehe. Seperti AKU!!
Perkembangan selanjutnya, Bapak beli tipi warna yang saat itu lagi booming-boomingnya. Para tetangga uda banyak yang punya, jadi aku ngerengek ke bapak, minta dibeliin barang serupa. Nah, abis itu..Seingatku, tipi 20 inchi itu sempat digondol maling, pas aku kelas VI SD. Aku saat itu mungkin ga ingin terlalu banyak tau tentang gimana tipiku itu hilang dan semua hal yang berkaitan dengan itu, jadi aku mungkin hanya bisa mengingat-ingat saja. Hal yang paling aku inget, setelah digondol maling, tu tipi sempet ada lagi di rumahku. Gatau gimana prosesnya. Tapi yang jelas, stiker yang bertuliskan namaku di tipi itu belum diilangin ma pencurinya. Naksir barangkali, sama namaku. Hehehe.
Pas itu..karena ga ada telepisi di rumah, seingatku, aku nonton di tempat tetangga yang sebenarnya juga adalah keluargaku. Malem-malem pula. Berarti saat itu, aku uda kecanduan untuk nonton telepisi. Kecanduan ansich ya ndak juga, cuma aku tuch ngerasa ga lengkap jika gak nonton tipi, karena besok dak bisa nyambung ma perbinangan temen-temen Sdku yang suka ngrumpiin acara yang ditonton semalem. Hehehe..
Pas itu juga, seingatku, pernah ada pemadaman listerik massal di Madura karena kabel PLN yang menghubungkan Madura dan Surabaya korsleting di Selat Madura. Nah…pas itu juga, aku selalu ikutan rombongan rame-rame (pake pick-up) untuk nonton tipi di rumah keluarga yang punya diesel..Nah…Pas itu, aku biasane ga pernah absen, demi menjaga gengsi. Hehe. Jadi tempat saudara yang punya diesel itu ada di Larangan. Jadi dech, setelah isya’. Aku punya jadwal baru waktu itu..nah pesertanya dak hanya anak seumuran aku, tapi juga orangtua-orangtua gitu. Kecuali orang tuaku, mereka emoh gitu untuk ikutan.
Tau alasane apa? Atau tau apa yang ditonton? Hm..Ternyata yang ditonton adalah SINETRON, bukan apa. Belakangan aku baru tau bahwa sinetron itu adalah kependekan dari sinema elektron. Kalo definisi aplikatifnya sich, aku sudah faham..Tapi definsi linguistiknya tu aku baru tau dari Ra Faizi, sekitar taun 2004-2005, pas aku kelas II Aliyah.
Nah terus, jadi sinetron itu adalah semacam cerita bersambung di majalah yang bikin pensaran karena alur ceritanya dipenggal ma beberapa episode. Nach, ketika BERSAMBUNG itulah, si penonton suka menerka-nerka apa yang akan terjadi pada episode mendatang sehingga mereka merasa ga ok kalo sampe ketinggalan ga nonton episode selanjutnya itu..
Biasane, di awal dan akhir setiap episode, ada penanyangan episode sebelum dan sesudah epsode itu. Ya, sekadar membantu pemahaman penonton dalam memahami alur secara utuh dan…juga memunculkan rasa penasaran penonton..Agar mereka tetep mau nonton pada episode selanjutnya. Bahkan break iklan pun kadang diawali dengan cuplikan adegan yang akan ditampilkan sesudah iklan tersebut.
Aku juga masih inget, dulu aku suka baca ringkesan sinetron yang biasanya dimuat di media massa. Waktu itu kalo ga salah majalah Nova yang sering dikonsumsi tante-tanteku. Intine sinetron sebenere uda mendarah daging di masa kecilku. Soale sejak aku di pondok, aku dak bisa mengakses televisi dan akibatnya aku banyak ketinggalan update terbaru tentang persinetronan Indonesia. Heheheh…
Nah…Untuk apa aku nulis catatan ini? Jane aku hanya ingin bilang bahwa alur sinetron Indonesia (yang biasa aku tonton itu) kadang ga realistiiiiiiiiiiiiiiiiiis banget. Terkesan dipaksakan dan malah kesannya jadi kaku pwol. Meski yang namanya kemungkinan, dari skala terkecil hingga skala terbesar, pasti ada dalam kehidupan, tapi ritme idup juga kenyataannya ga selalu didominasi oleh kemungkinan2 dan kebetulan2 yang kesane dipaksain banget. Malah ga menarik jadinya.
Ya, itu sekadar uneg2ku aja. Aku sich dak lagi jadi pemerhati sinetron Indonesia sekarang, cuma ya…aku masih punya kontrak untuk selalu setia nonton satu sinetron yang juga menjadi idolanya anak kos..Lha katanya sinetron itu uda best watcer dech, tapi lama-lama irrasionalitasnya malah tambah dan semakin tampak. Ya meski aku emang dak bisa sok-sokan, sebab siaran di telepisi khan juga ga bisa dipisahkan dengan yang namanya rating—iklan—dan duit.
Ngomongin ini, aku malah inget dengan apa yang pernah disampaikan ma ustadku pas pengajian malam di pondok dulu. Dia bilang, alur sinetron itu terinspirasi oleh kehidupan nyata. Aku tidak membenarkan seratus persen sich, soale kabanyakan sinetron yang aku tonton itu pasti ngebahas masalah status seorang anak. Ya ternyata si A adalah bukan anaknya B dan malah anak biologisnya C, dan lain-lain. Pertanyaannya, apa emang alur kehidupan seperti itu? Kayaknya ga semonoton itu dech..
Tapi ucapan tersebut kerap memang benar adanya. Ya gimanapun, alur sebuah cerita rekaan sedikit banyak pasti diilhami dari cerita kehidupan nyata. Tapi, mungkin ngga ya, karena kebanyakan mengkonsumsi sinetron, si penonton malah sangat dan begitu terpengaruh dengan adegan yang ia tonton sehingga—sengaja maupun tidak—adegan dan atau alur itu malah balik mempengaruhi alur kehidupannya yang bener-bener nyata? (Seperti tingginya angka perceraian masyarakat karena melihat selebritis idolanya banyak yang bercerai?)
Well, Wallahu a’lam atas jawabannya. Tapi kebanyakan mengkonsumsi—atau sekadar bersingungan—dengan sesuatu kadang mudaaaaaaah banget menimbulkan adanya kontaminasi gitu. Ya nda? Terus, bagaimana dengan diriku sendiri? Adakah sinkronitas alur nyataku dengan alur rekaan yang disajikan sinetron—dan atau pilem yang pernah aku tonton? Mmm…Ga enak juga untuk ngejawab ini sebenere. Ya, tapi tak kasih gambaran ajah dah. Intine ada, aku ngerasa saat ini tengah masuk dalam pusaran alur yang cukup rumit, seperi Kak Ezy dan Salwa di Demi Cinta serta Kak Ilham dan Safa di Safa dan Marwa; keduanya sama-sama sinetron di RCTI. Herannya dua tokoh itu diperankan oleh orang yang sama, yakni RIONALDO STOCKHORST. Bravo for him!!!
Palagi ya? Hm..ada sebuah cerita yang mungkin akan jadi point akhir tulisan ini. Daya adiktif sinetron tidak jarang bisa bikin orang rela untuk TENGKAR (rebutan channel..), hehehe. Dan aktivitas ini bisa melampaui batas apapun, sesama temen, sesama saudara, bahkan antara ibu dengan anaknya. Hehehe. Seperti AKU!!
Hmhm...
adventure of me..
Sabtu, 13 Februari 2010
VoLunteer Valentine
Jane aku lagi sok momentum gitu, napa harus nulis dengan judul ini. Ya setidaknya original dari aku lah, meski tidak menutup kemungkinan ada orang yang sama berpikir demikian, meski konstruksi dan aplikasinya dimungkinkan akan sangat berbeda.
Btw otw, besok katanya hari kasih sayang ato kerennya tuch, valentine’s day. Sejarahnya mungkin sudah banyak diketahui publik. Ya, bahwa sebenere tradisi ini bermula dari cerita cinta sepasang anak manusia yang menemukan aral cukup berarti di dalam perjalanannya. Banyak versi memang. Intine hal yang menjadi titik temu antar beberapa versi tersebut adalah adanya PENGORBANAN atau what is used to called by SACRIFICE. Barangkali karena faktor inilah, aku kemudian memaksakan volunteer yang hampir sama kedengerannya dengan valentine untuk kemudian disandingkan. Soale aku rasa ada juga sinkronitas arti dari dua kata tersebut.
Well, ngomongin cinta mungkin emang dak akan pernah ada abisnya. Padahal ritual percintaan ya itu-itu aja, seperti tutur Rendra. Perkenalan, jadian, pernikahan, dan perpisahan…Alur lain ya patah hati, cinta tak direstui, bertepuk sebelah tangan, atau putus di tengah jalan yang kadang bisa diterjemahkan dengan perceraian. Tapi hebatnya Tuhan memang, tidak ada alur yang persis plek sama. Kendatipun ada beberapa hal yang mempertemukan dua alur sehingga menjadikannya sama, aku yakin pasti ada digresi atau alur kecil yang kemudian membuat asumsi dua alur tersebut sama menjadi GUGUR.
Ok, aku tidak sedang ingin ngomongin cinta di sini. Aku lebih ingin ngomongin tentang pengorbanan. Meski ia adalah bagian tak terpisahkan dari cinta itu sendiri, aku koq malah emoh rasanya untuk ngomongin cinta. Males aja jane. Ga ada apa-apa yang bikin aku kayak gitu. Mmm..Ok, pengorbanan itu semacam apa ya? Aktivitas memilih satu hal yang harus ditinggalkan atau dinomorduakan demi mendapatkan suatu hal lain yang barangkali lebih menjadi orientasi utama. Pada akhirnya, asumsi ini mengantarkan aku pada satu kesimpulan bahwa hidup memang menyajikan banyaaaaaaaaak sekali pilihan. Dan kita haruslah berani memilih di antara beberapa opsi itu. Tidak jarang memang, ada lebih dari satu opsi yang ingin kita pilih. Tapi keadaan menuntut kita mengambil satu opsi saja. That’s why, kita harus benar-benar berani memilih…Mmmm..Memilih yang lebih prioritas dan mengorbankan opsi yang –katakanlah—lebih rendah prioritasnya.
Gitu ya? Intine kalo ngomong pengorbanan, maka imajinasiku akan mengembangkan sebuah layar bahwa hal yang dikorbankan itu senyatanya merupakan hal yang juga di-kemani. Tapi karena seseorang harus ngemani barang yang lebih penting, so, barang pertama tersebut kemudian ia korbankan, misalnya untuk tidak dimiliki. Kalo begitu, tidakkan pengorbanan kemudian akan setali tiga uang dengan kehidupan yang memang memiliki banyak pilihan? So, kalo emang begeto, kenapa pengorbana aktor Valentine ini kemudian pwol kesohor bahkan menjadi ikon tradisi masyarakat dunia? Ada apa dengan pengorbanannya?
Diajukan pertayaan ini—meski oleh diriku sendiri—aku kemudian ingat dengan apa yang diktakan Halim dan pernah dia tulis di makalahnya. Intine, be different, and you will be famous. Nah, different ini juga bisa diartikan dengan nyelenneh ya, mungkin? Meski konotasinya ga harus negatif kayak kata nyelenneh, akan tetapi aku mikirnya, bahwa keberbedaan memang meniscayakan popularitas yang lebih dan tentunya, curiosuty, especially from the others. Nah, barangkali, yang bikin si Valentinos tu beda adalah karena..dia melakukan pengorbanan yang waktu itu masih tergolong langka dan bikin orang terheran-heran..Yakni ngorbanin segala yang ia punya hanya demi cintanya. Beh, bukan cinta butakah itu namanya???
Ya, mungkin ini ajah yang ingin aku tulisin..Intine minimal, aku uda punya sang untuk menghadapi valentine esok hari..; Sangu yang dak hanya itu-itu aja. Idup khan butuh dinamika dan inovasi..Sebab keduanya memang idup itu sendiri. Kalo kita tetep diem, kapan akan diakui sebagai bagian dari dunia??? Ya nda???
Selamat berfilosofi aja dah,, di hari valentine. Setuju ndak setuju yo karepmu dewe. Tapi kalo hare gene masih sok esktrim2an, koq aku mikire uda dak marketable ya?? Hehehe…Pisss…Pisss…
Btw otw, besok katanya hari kasih sayang ato kerennya tuch, valentine’s day. Sejarahnya mungkin sudah banyak diketahui publik. Ya, bahwa sebenere tradisi ini bermula dari cerita cinta sepasang anak manusia yang menemukan aral cukup berarti di dalam perjalanannya. Banyak versi memang. Intine hal yang menjadi titik temu antar beberapa versi tersebut adalah adanya PENGORBANAN atau what is used to called by SACRIFICE. Barangkali karena faktor inilah, aku kemudian memaksakan volunteer yang hampir sama kedengerannya dengan valentine untuk kemudian disandingkan. Soale aku rasa ada juga sinkronitas arti dari dua kata tersebut.
Well, ngomongin cinta mungkin emang dak akan pernah ada abisnya. Padahal ritual percintaan ya itu-itu aja, seperti tutur Rendra. Perkenalan, jadian, pernikahan, dan perpisahan…Alur lain ya patah hati, cinta tak direstui, bertepuk sebelah tangan, atau putus di tengah jalan yang kadang bisa diterjemahkan dengan perceraian. Tapi hebatnya Tuhan memang, tidak ada alur yang persis plek sama. Kendatipun ada beberapa hal yang mempertemukan dua alur sehingga menjadikannya sama, aku yakin pasti ada digresi atau alur kecil yang kemudian membuat asumsi dua alur tersebut sama menjadi GUGUR.
Ok, aku tidak sedang ingin ngomongin cinta di sini. Aku lebih ingin ngomongin tentang pengorbanan. Meski ia adalah bagian tak terpisahkan dari cinta itu sendiri, aku koq malah emoh rasanya untuk ngomongin cinta. Males aja jane. Ga ada apa-apa yang bikin aku kayak gitu. Mmm..Ok, pengorbanan itu semacam apa ya? Aktivitas memilih satu hal yang harus ditinggalkan atau dinomorduakan demi mendapatkan suatu hal lain yang barangkali lebih menjadi orientasi utama. Pada akhirnya, asumsi ini mengantarkan aku pada satu kesimpulan bahwa hidup memang menyajikan banyaaaaaaaaak sekali pilihan. Dan kita haruslah berani memilih di antara beberapa opsi itu. Tidak jarang memang, ada lebih dari satu opsi yang ingin kita pilih. Tapi keadaan menuntut kita mengambil satu opsi saja. That’s why, kita harus benar-benar berani memilih…Mmmm..Memilih yang lebih prioritas dan mengorbankan opsi yang –katakanlah—lebih rendah prioritasnya.
Gitu ya? Intine kalo ngomong pengorbanan, maka imajinasiku akan mengembangkan sebuah layar bahwa hal yang dikorbankan itu senyatanya merupakan hal yang juga di-kemani. Tapi karena seseorang harus ngemani barang yang lebih penting, so, barang pertama tersebut kemudian ia korbankan, misalnya untuk tidak dimiliki. Kalo begitu, tidakkan pengorbanan kemudian akan setali tiga uang dengan kehidupan yang memang memiliki banyak pilihan? So, kalo emang begeto, kenapa pengorbana aktor Valentine ini kemudian pwol kesohor bahkan menjadi ikon tradisi masyarakat dunia? Ada apa dengan pengorbanannya?
Diajukan pertayaan ini—meski oleh diriku sendiri—aku kemudian ingat dengan apa yang diktakan Halim dan pernah dia tulis di makalahnya. Intine, be different, and you will be famous. Nah, different ini juga bisa diartikan dengan nyelenneh ya, mungkin? Meski konotasinya ga harus negatif kayak kata nyelenneh, akan tetapi aku mikirnya, bahwa keberbedaan memang meniscayakan popularitas yang lebih dan tentunya, curiosuty, especially from the others. Nah, barangkali, yang bikin si Valentinos tu beda adalah karena..dia melakukan pengorbanan yang waktu itu masih tergolong langka dan bikin orang terheran-heran..Yakni ngorbanin segala yang ia punya hanya demi cintanya. Beh, bukan cinta butakah itu namanya???
Ya, mungkin ini ajah yang ingin aku tulisin..Intine minimal, aku uda punya sang untuk menghadapi valentine esok hari..; Sangu yang dak hanya itu-itu aja. Idup khan butuh dinamika dan inovasi..Sebab keduanya memang idup itu sendiri. Kalo kita tetep diem, kapan akan diakui sebagai bagian dari dunia??? Ya nda???
Selamat berfilosofi aja dah,, di hari valentine. Setuju ndak setuju yo karepmu dewe. Tapi kalo hare gene masih sok esktrim2an, koq aku mikire uda dak marketable ya?? Hehehe…Pisss…Pisss…
Hmhm...
NgoredZ
Kamis, 11 Februari 2010
LIMITATION DAN THE POWER MORE
Keadaan under pressure kadang aku bahasakan dengan limitation. Keduanya memang bukan merupakan entitas yang sama, cuma cukup bersinggungan. Berada dalam sebuah tekanan mungkin lebih kepada deskripsi adanya sebuah tuntutan yang harus dipenuhi, sedangkan keterbatasn berarti ketikda atau kekurangmampuan untuk memaksimlkan tuntutan tersebut. Ketemu khan?
Baru-baru ini aku coba bikin teori-teori sendiri dari pengalaman kehidupan yang aku dapetin. Ya, seenggaknya karena aku uda ga seintens dulu nulis diary, aku ya harus bisa menggantinya dengan hal yang juga berharga, meski tidak harus sama. Nah, dari mengingat kejadian yang pernah aku alami dan merenungkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama, aku kemudian mendapatkan aha (bahasa Bu Adib)..
Salah satu AHA itu adalah bahwa..Keterbatasan kerap menjadi sebuah dorongan untuk memiliki power to do more (wah..Bahasanya sok iklan banget)..Dan dalam keadaan ini, gak seharusnya manusia –terutama aku—semakin membatasi keterbatasan itu. Sebab, dalam keterbatasan apapun, pasti ada hal yang bisa dilakukan. Nah, kalo masih mau nunggu keterbatasan itu ilang, kapan actionnya? Salah-salah malah muter-muter ga selesei di wilayah wacana. Ya ndak sich?
Anyway by the way, jane teori ini pernah disampaikan oleh salah satu dosenku, pengampu mata kuliah QK pas semester empat kemarin. Aku diam-diam membenarkannya dan mulai merumuskan versiku sendiri, minimal biar bisa define me ajah. Nach jadi sebenere, keterbatasa itu bikin kita punya power lebih. Untuk melakukan sesuatu yang juga lebih. Contohnya gini, dulu pas masih di pondok, aku pernah mania banget sama dunia kata-kata dan puisi. Wis pwool pokoe. Selaen karena lingkungan, aku rasa saat itu aku tengah jatuh cinta ajah. Hehe..
Pas itu, konsumsi buku sangat terbatas dan aku tidak punya cukup banyak akses untuk bersentuhan dengan dunia keindahan kata. ya dengan orang-orang yang berkompeten, forum yang supporting my will, dan mungkin komunitas dan lingkngan yang kondusif. Hanya ada beberapa sarana yang bisa aku manfaatkan saat itu. Semuanya serba minim. Tapi keminiman itu malah bikin aku berbuat banyak hal. Waktu itu mungkin aku berpikir bahwa dalam tempat yang penuh keterbatasan itu, aku juga masih bisa berkarya. Meski dak banyak puisi yang aku konsumsi, dak banyak referensi yang aku miliki, itu semua dak kemudian berarti aku dak bisa berkarya.
Dan hasilnya memang ada! Saat itu tiap hari aku bisa nulis sebuah puisi. Arsipnya masih ada hingga saat ini. Aku membayangkan, saat itu, ketka miliuku uda mendukung ntar, aku akan semakin produktif dll. Tapi ternyata perkiraan itu cukup meleset. Buktinya sampai di Yk ini, aku malah kurang produktif bahkan bisa dibilang sama sekali tidak produktif jika dibandingkan dengan keadaan dan intensitas nulisku pas masih di pondok dulu. Faktor lain sech emang ada, tapi aku juga ga faham nama semangatku untuk menseriusi puisi justeru surut saat aku sudah berada di kota budaya ini…
Dari situ aku kemudian berpikir, bahwa keterbatasan kerap menjadi sebuah motivasi terkuat untuk memberikan dan meniciptkan hal yang lebih baik. Hm..dan teori ini cocok untk disamakan dengan keadaanku sekarang. Weh, keterbatasan yang bagaimana dwonk???
Cerita bermula saat hape yang aku pegang mulai rewel. Emang sejak awal dia uda rewel. Kena virus pertamanya. Masalah kedua sering nge-hang, dan lola. Sangat tidak kondusif dengan aku yang biasa ngetik sms cepat dan mau segalanya segera selese. He. Emang untuk urusan sms, aku doyannya pwol. Dan masalah ketiga, seperti halnya dua masalah laen, tidak berkesesudahan artinya SUSTAINABLE alias berkelanjutan. Ga selese-selses gitulah. Masalane ada di Joystick navigator.
Sebenere uda pernah aku servis pas lagi di rumah dan joystick itu resmi diganti dengan joystick lain. Inget banget aku, bapak yang ngurusi dan bayarin semua biayanya. Nach..Uda dipake lama dan enak, ga tau kapan tiba-tiba joystick itu rewel lagi. Awalnya tidak bisa arah atas, namun yang kemudian kekal hingga saat ini adalah disfungsi arah bawah. Tak pelak, aku kelabakan. Tapi enjoy juga akhirnya, sebab hape itu seakan hanya mau berfungsi jika aku yang make. Jika orang laen make, dijamin mereka kebingungan dan masih harus mendapatkan arahan dariku. Heheheh…
Yang bikin enjoy, juga, karena..aku bisa lebih kreatif saat keterbatasan itu datang. Intine, aku akan muter otak lagi untuk bisa menggunakan fitur navigator bawah dengan jalan pintas lain. Aku mulai mengakali hape itu saat dia tidak mau sama sekali berkompromi denganku. Hehe. Banyak yang berhasil sich..Meski peran navigator bawah itu tidak semuanya bisa tergantikan oleh jalan pintas yang aku bikin. Tapi minimallah, meski rewel, hape itu juga bisa membantuku dalam DEFINING MINE..Hehehe.Korban iklan banget aku ney…
Yah, meski gitu, aku sbenere uda tidak sabar untuk lepas dari hape itu dan akhirnya beli hape baru. Servis dulu, terus beli laen. Ya, intine harus ada pemasukan ini. Heheh..ya, berarti artinya aku harus kembali jadi mahluk yang mojok di pojok kamar dengan dahi berkerut dwonk?? OK, siapa takut..
Then, then, then, salah satu tugasku selanjutnya adalah….
HUNTING HAPE BARU. TAPI TIPE BERAPA YA?
Ya mbuhlah, dapetin uangnya dulu kalo gitu.
He, semangat, Ta!! Keterbatasanmu edisi ini akan berbuah hape baru. Yuk…Yuk..
Baru-baru ini aku coba bikin teori-teori sendiri dari pengalaman kehidupan yang aku dapetin. Ya, seenggaknya karena aku uda ga seintens dulu nulis diary, aku ya harus bisa menggantinya dengan hal yang juga berharga, meski tidak harus sama. Nah, dari mengingat kejadian yang pernah aku alami dan merenungkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama, aku kemudian mendapatkan aha (bahasa Bu Adib)..
Salah satu AHA itu adalah bahwa..Keterbatasan kerap menjadi sebuah dorongan untuk memiliki power to do more (wah..Bahasanya sok iklan banget)..Dan dalam keadaan ini, gak seharusnya manusia –terutama aku—semakin membatasi keterbatasan itu. Sebab, dalam keterbatasan apapun, pasti ada hal yang bisa dilakukan. Nah, kalo masih mau nunggu keterbatasan itu ilang, kapan actionnya? Salah-salah malah muter-muter ga selesei di wilayah wacana. Ya ndak sich?
Anyway by the way, jane teori ini pernah disampaikan oleh salah satu dosenku, pengampu mata kuliah QK pas semester empat kemarin. Aku diam-diam membenarkannya dan mulai merumuskan versiku sendiri, minimal biar bisa define me ajah. Nach jadi sebenere, keterbatasa itu bikin kita punya power lebih. Untuk melakukan sesuatu yang juga lebih. Contohnya gini, dulu pas masih di pondok, aku pernah mania banget sama dunia kata-kata dan puisi. Wis pwool pokoe. Selaen karena lingkungan, aku rasa saat itu aku tengah jatuh cinta ajah. Hehe..
Pas itu, konsumsi buku sangat terbatas dan aku tidak punya cukup banyak akses untuk bersentuhan dengan dunia keindahan kata. ya dengan orang-orang yang berkompeten, forum yang supporting my will, dan mungkin komunitas dan lingkngan yang kondusif. Hanya ada beberapa sarana yang bisa aku manfaatkan saat itu. Semuanya serba minim. Tapi keminiman itu malah bikin aku berbuat banyak hal. Waktu itu mungkin aku berpikir bahwa dalam tempat yang penuh keterbatasan itu, aku juga masih bisa berkarya. Meski dak banyak puisi yang aku konsumsi, dak banyak referensi yang aku miliki, itu semua dak kemudian berarti aku dak bisa berkarya.
Dan hasilnya memang ada! Saat itu tiap hari aku bisa nulis sebuah puisi. Arsipnya masih ada hingga saat ini. Aku membayangkan, saat itu, ketka miliuku uda mendukung ntar, aku akan semakin produktif dll. Tapi ternyata perkiraan itu cukup meleset. Buktinya sampai di Yk ini, aku malah kurang produktif bahkan bisa dibilang sama sekali tidak produktif jika dibandingkan dengan keadaan dan intensitas nulisku pas masih di pondok dulu. Faktor lain sech emang ada, tapi aku juga ga faham nama semangatku untuk menseriusi puisi justeru surut saat aku sudah berada di kota budaya ini…
Dari situ aku kemudian berpikir, bahwa keterbatasan kerap menjadi sebuah motivasi terkuat untuk memberikan dan meniciptkan hal yang lebih baik. Hm..dan teori ini cocok untk disamakan dengan keadaanku sekarang. Weh, keterbatasan yang bagaimana dwonk???
Cerita bermula saat hape yang aku pegang mulai rewel. Emang sejak awal dia uda rewel. Kena virus pertamanya. Masalah kedua sering nge-hang, dan lola. Sangat tidak kondusif dengan aku yang biasa ngetik sms cepat dan mau segalanya segera selese. He. Emang untuk urusan sms, aku doyannya pwol. Dan masalah ketiga, seperti halnya dua masalah laen, tidak berkesesudahan artinya SUSTAINABLE alias berkelanjutan. Ga selese-selses gitulah. Masalane ada di Joystick navigator.
Sebenere uda pernah aku servis pas lagi di rumah dan joystick itu resmi diganti dengan joystick lain. Inget banget aku, bapak yang ngurusi dan bayarin semua biayanya. Nach..Uda dipake lama dan enak, ga tau kapan tiba-tiba joystick itu rewel lagi. Awalnya tidak bisa arah atas, namun yang kemudian kekal hingga saat ini adalah disfungsi arah bawah. Tak pelak, aku kelabakan. Tapi enjoy juga akhirnya, sebab hape itu seakan hanya mau berfungsi jika aku yang make. Jika orang laen make, dijamin mereka kebingungan dan masih harus mendapatkan arahan dariku. Heheheh…
Yang bikin enjoy, juga, karena..aku bisa lebih kreatif saat keterbatasan itu datang. Intine, aku akan muter otak lagi untuk bisa menggunakan fitur navigator bawah dengan jalan pintas lain. Aku mulai mengakali hape itu saat dia tidak mau sama sekali berkompromi denganku. Hehe. Banyak yang berhasil sich..Meski peran navigator bawah itu tidak semuanya bisa tergantikan oleh jalan pintas yang aku bikin. Tapi minimallah, meski rewel, hape itu juga bisa membantuku dalam DEFINING MINE..Hehehe.Korban iklan banget aku ney…
Yah, meski gitu, aku sbenere uda tidak sabar untuk lepas dari hape itu dan akhirnya beli hape baru. Servis dulu, terus beli laen. Ya, intine harus ada pemasukan ini. Heheh..ya, berarti artinya aku harus kembali jadi mahluk yang mojok di pojok kamar dengan dahi berkerut dwonk?? OK, siapa takut..
Then, then, then, salah satu tugasku selanjutnya adalah….
HUNTING HAPE BARU. TAPI TIPE BERAPA YA?
Ya mbuhlah, dapetin uangnya dulu kalo gitu.
He, semangat, Ta!! Keterbatasanmu edisi ini akan berbuah hape baru. Yuk…Yuk..
Hmhm...
NgoredZ
Holiday at my Homeland
Holiday emang semacam rutinitas yang ditunggu-tunggu banyak orang. Kehadirannya menyajikan semacam ruh dan suasana baru yang –mungkin—sempat hilang dan terlupakan di tengah rigidnya kegiatan sehari-hari yang uda terschedule dengan sedetail-detailnya. Kalo orang kantoran dan anak kuliahan, hari Sabtu dan Ahad, serta hari-hari besar mungkin adalah hari di mana mereka merayakan holiday. Anak SD pe SMA biasanya akan lebih menunggu hari Ahad saja. Ada juga yang nunggu hari Jumat karena sekul libur dan kiriman akan datang (yang terakhir ne khusus untuk anak pondokan..)
Well, ngomongin holiday emang selalu bikin inget ma lagunya Scorpion yang uda lawas itu..Sekalian dech, aku mau nyinggung sedikit tentang beberapa hal yang disampaikan dalam lagu itu dan mungkin akan menarik jika dihubungkan dengan apa yang ingin aku tulis. Mmm…
Bait pertama, would me take you far away, you would like a holiday..Konteksnya sich, mungkin emang ingin ngajakin seseorang untuk liburan bareng ato jalan-jalan gitu, tapi buat aku, kalimat keduanya sangat kuat menunjukkan, bahwa semua orang pasti ingin –bahkan membutuhkan—momen-momen liburan dalam hidupnya. You would like, aku artiin dengan kamu pasti lagi ingin berlibur. Mungkin karena sumpek dengan aktivitas yang gitu-gitu aja atau bahkan memang tengah ingin mencari sisi lain yang sudah lama terlupakan dalam kehidupan seseorang.
Ngomong ini, aku jadi inget cerita salah seorang temen kelasku yang pas semster dua ngajakin kami-kami jalan ke Baron. Itu penglaman pertama aku jalan ma anak kelas ke tempat wisata, sebelumnya mungkin cuma ke tempat makan pas buka bareng bulan Ramadhan. Belakangan aku tau kalo temenku yang memprakarsai acara jalan-jalan itu tengah ada masalah karena kekasihnya dinikahin ma lelaki pilihan orang tua kekasihnya tu. Mungkin pikirane saat itu uda sekusut benang yang uda super duper ga jelas arahnya…Dari situ mungkin dia pikir, dia butuh suasana baru yang bisa menyembuhkan luka hatinya atau minimal mencari hal yang bisa membuatnya senang dan kembali bangkit serta berkata, selamat tinggal keterpurukan. Gitu.
Cocok banget jika kemudian disandingkan dengan bait lain dari lagu Holiday-nya Scorpion. Di situ ada EXCHANGE THE COLD DAY FOR THE SUN, EXCHANGE YOUR TROUBLE WITH SOME LOVE…Nah, jadi aku rasa liburan itu memang menawarkan hal-hal baru yang juga lebih mencerahkan dan menggembirakan bagi orang yang menjalaninya. Setidaknya, subjek itu akan berpikir bahwa banyak hal lain yang lebih menarik di luar kesibukannya yang itu-itu aja..Setidaknya ia akan berpikir bahwa liburan itu kemudian menjadi semacam penyeimbang dari rutinitasnya yang lurus-lurus aja. Liburan bisa bikin dia deket ma keluarga, misalnya, nyobain hal-hal baru, ngeliat panorama-panorama baru, dan lain-lain.
Karena itu jugalah liburan terkadang menjadi agenda rutin bagi sebagian orang. Dan aku emang mau niru-niru orang ini, meski dengan level yang tentunya berbeda dan disesuaikan dengan keadaanku. Intine liburan itu dak perlu ke luar kota dan ngabisin budget banyak menurutku. Asal kita uda bisa manfaatin waktu senggang yang kita punya dengan sesuatu yang lebih mencerahkan dan memompa semangat untuk kembali menekuri aktivitas—yang bisa menjadi sangat membosankan—yang menjadi kewajiban kita, itu uda bisa dinamakan liburan. Ya masing-masing orang khan selera dan keadaannya berbeda. Jadi emang harus disesuaikan, sehingga ga ada format liburan yang clear and distinct.
Namun begitu, buat aku, liburan skala gede itu indetik dengan acara jalan-jalan ke sebuah tempat baru yang menarik, bisa jadi tempat wisata atau tempat yang belum pernah aku temui sebelumnya. Biasane nek kayak ini aku lebih suka rame-rame sama temen-temen. Dan biasane juga, ada budget yang cukup harus diperhitungkan untuk menyelenggarakan liburan skala gede ini. Hmmm…Ya karena itu juga, aku jadwalin liburan yang kayak gene ne setaon dua kali ajah..Pas liburan semester. Kalo tiap pekan sich kadang juga liburan, tapi liburane dak harus mengeluarkan banyak budget gitu…heheh…
Well, next..dari tadi aku muter2 ngomong liburan sebener ingin menceritakan bahwa aku sekarang sedang BERLIBUR. Kebetulan sejak taon 2010 dan beberapa pekan sebelumnya, aku sempat berlibur ke beberapa tempat yang sebelumnya belum pernah aku kunjungi dan belum sempat tak simpan dalam bentuk tulisan. Seingatku, aku ke Semarang awal bulan Desember lalu, itu kunjungan pertamaku ke Semarang.. So sweet banget pastinya, meski aku sempat kesasar. Yang jadi kenangan juga pas momen ini adalah karena aku sempat ngerasain gimana jadi orang kaya dalam beberapa menit. Beh…Aku langsung jadi super duper imajinatif untuk urusan yang satu ini. Hehehe..
Selanjutnya, aku ke Kebumen. Kayakanya satu atau dua pekan gitu setelah aku ke Semarang. Nikahan teman tapi aku sempat mampir ke rumah temen kosku dan pada akhirnya benar-benar menyatu dengan alam…Dengan masa kecilku, dengan hijau dan biru, serta dengan hobi lama yang sudah tidak tersalurkan sejak pitnya Bak Eka vacuum di kos; yakni BERSEPEDA. Hm…bener-bener refresh pikiran banget waktu itu, apalagi rute yang aku lewati bener-bener pwool baru tapi ga terlalu melelahkan. Sip…Meski banyak juga hal-hal yang kurang ngenakin, seperti STNK dan SIM yang ketinggalan, konsumsi, dll dll.
Terus ke mana lagi ya? Oya, malam taon baru. Meski pas itu aku dak bisa berpartisipasi aktif dalam pesta Duren, tapi minimal aku sudah bisa memenuhi undangan temen dan rekan kerjaku itu. Abis gitu, semarak taun baru di benteng Malioboro. Rame dan meriah kayak biasanya, meski dak sama dengan taun lalu. Aku inget banget pas setaon lalu, pertama kali ngeryain malam taun baru di luar kos, suasana meriah pwol..pesta kembang api dan tiupan terompet banget meriuhkan suasana malem itu..mungkin faktor bosen, ga mud, ato emang kurang meriah, malam itu aku keroso kurang begitu menikmati malam taun baru. Padahal cemilan dan segala hal sudah aku siapkan. Tapi tetep aja aku lagi jadwalnya badmud malam itu. Terlebih lagi, pas itu aku mati gaya karena ga bisa jeprat jepret, digcam belum punya dan batre hapeku tinggal satu…Hmm…
Dan momen ujian dengan segala rentetannya yang melelahkan kemudian bikin aku mikir banyak hal, kalo aku harus balas dendam setelah berdarah-darah dalam ujian semester lima itu. Aku cukup pesimis nilaiku bakal nae dari smester kemarin, sebab nilai UTSku hampir semuanya mengecewakan. Sayang, abis ujian, aku masih harus muter otak dan lebih meras pikiran saat kejar tayang proyek demi obsesi membeli DIGCAM. Alhamdulillah digcam Sony item metalik itu uda ada di tanganku. Terimakasih, Tuhan..Kau beri inginku dengan perjuangan yang sebenarnya tidak begitu berarti. Dan terimakasih juga untuk mister eksekutor yang pesonanya selalu menguatkan aku,,,
Then, then, aku emang harua berlibur setelah pikiranku keroso keriting banget berhadapan dengan tuts-tuts biibii dan diksi serta kamus yang bikin aku ruwet, meski kadang menyenangkan. Aku ke Glagah ma temen-temen korp, malam mingguan bareng. So sweet banget, uda aku ceritain di posting laen…Nah, abis itu, aku bermalam di Glagah, paginya aku balek ke Jogja, gak sempat tidur pulas, aku sudah berangkat lagi membelah hari ke MAGELANG..KYAI LANGGENG…Kali ni ma temen-temen kelas. Ga nyangka yang ngikut banyak, jadi perjalanane asyik. Terlebih aku uda tau rutenya, jadi dak harus terpaku pada orang di depanku. Aku malah sampai duluan di Kyai Langgeng.
Banyak hal yang menarik di Kyai Langgeng. Buat aku sendiri, juga mungkin bagi temen2. Kerosone tu, kami bener-bener bisa melepas beban di pundak dengan mencoba adrenalin dan ketegangan-ketegangan dalm permainan yang disediakan taman itu. Pwol balek ke masa-masa kecil..Tapi malah asyik, buat aku, jalan-jalan pas itu banyak mengajarkan sesuatu yang selama ini sempat aku remehkan. Konsep belajar sambil bermain, konsep kerjasama, konsep keberanian, dan banyak dech. Aku merasa otakku bener-bener kecuci gitu dengan permainan dan suasana yang ada di sekelilingku. Hmhmhm…
Abis dari Kyai Langgeng, seri liburan terakhir adalah PULANG KE MADURA ALIAS MUDIK. Sayang aku dak bisa berlama-lama di rumah dan hanya bisa berdiam di tempat yang paling banyak mengisi masa kecilku selama + 7ari. Sabtu sore aku nyampe rumah, dan ahad pagi pekan depannya aku uda harus berangkat untuk balek ke Yk, meski masih transit di mana-mana. Hm..Emang tumben banget dan ne adalah momen pertama aku mudik ke Madura pas abis semester ganjil. Biasane aku nang Jogja wae. Tapi banyak alasan lah, napa aku harus memutuskan untuk pulang..Meski dengan durasi yang sangat banget tipis. Hf. Tapi he juga.
Kembali dan tinggal di rumah selama beberapa hari cukup memberikan nuansa yang berbeda dibanding apa yang selama ini aku dapatkan di Jogja. Yang paling jelas, aku merasa dimanjakan dengan keadaan yang terkesan mau bikin aku nyantai njalani idup. Makan uda ada, nyuci uda beres, bersih-bersih kamar uda ada yang handle, dll. Hehe…Ngeroso enak pwol kalo dalam masalah ne. tapi dak enaknya juga ada, misalane aku jadi sulit ke mana-mana. Dak kayak di Yk mungkin..jAdi pas aku ingin ke suatu tempat, aku tinggal melangkah dan atau menancp gas. Sendirian bisa. Di rumah tidak sesimpel itu ternyata. Well, aku mengerti. Dan aku menikmati kepulangan itu.
Nostalgia sudah pasti. Dengan langit dan dinding-dinding kamar, dengan aroma parfum keluargaku, dengan ruas-ruas bangunan rumah yang beranjak senja, dengan suasana kebersamaan, dan juga…dengan segala hal di masa lalu, yang sangat memiliki andil dalam membesarkanku. Lingkungan sekitar, tetangga, famili, sekulku, dan tempat-tempat yang biasa aku kunjungi dahulu. Terasa mengasyikkan memang, kembali pada masa-masa itu..Meski sadar bahwa waktu tidak akan mau berbalik arah, namun nostalgia menjanjikan banyak hal. Aku rasa, aku bisa lebih banyak merenungkan perubahan-perubahan yang menjembatani masa lalu dan masa kini. Sebuah kesnicayaan hidup yang memang harus selalu ada. Sehingga pertanyaan yang bisa aku munculkan adalah WHAT SHOULD BE DONE, dan WHAT HAS BEEN ACHIVED?
Pada akhirnya, jane aku ingin bilang bahwa liburan kadang bahkan kerap mengajarkan bahwa tidak ada singel factor dalam hidup ini. Hidup butuh inovasi, sebab ia adalah sebuah dinamika yang akan tersangkut di putaran waktu jika hanya melakukan suatu tindakan yang tidak pernah berubah. Momen liburan dapat mengajak siapapun bahwa banyak hal lain dalam hidup yang tidak kalah berarti dibanding rutinitas yang uda terschedule. Liburan bikin manusia sadar bahwa kehidupan itu dak hanya di meja kerja, dak hanya di meja kuliah, dak hanya di meja dokter, dak hanya di depan komputer, dak hanya di dalam ruangan berAC, dan lain-lain. Barangkali karena itulah, manusia akan lebih mudah menyadari bahwa ia adalah partikel kecil dari kerajaan agung Tuhan, yang tidak hanya membutuhkan alur tunggal dalam kehidupan.
Bisa berpikir lebih luas ya, barangkali outpotnya. Tapi yo mbuhlah, secara teori aku dak gitu bisa merumuskan sebuah teori yang enak. Intine liburan, dari skala terkecil hingga terbesar, sangat amat banget mampu memberikan suasana lain yang kerap merupakan hal baru dalam hidup. Yang mencerahkan dan menjanjikan. Ya, itu sich cuma dari sudut pandang aku yang menganggap bahwa liburan itu adalah jadwal yang tidak boleh terlupakan dalam alur kehidupan seseorang. Heheh…
Well, ngomongin holiday emang selalu bikin inget ma lagunya Scorpion yang uda lawas itu..Sekalian dech, aku mau nyinggung sedikit tentang beberapa hal yang disampaikan dalam lagu itu dan mungkin akan menarik jika dihubungkan dengan apa yang ingin aku tulis. Mmm…
Bait pertama, would me take you far away, you would like a holiday..Konteksnya sich, mungkin emang ingin ngajakin seseorang untuk liburan bareng ato jalan-jalan gitu, tapi buat aku, kalimat keduanya sangat kuat menunjukkan, bahwa semua orang pasti ingin –bahkan membutuhkan—momen-momen liburan dalam hidupnya. You would like, aku artiin dengan kamu pasti lagi ingin berlibur. Mungkin karena sumpek dengan aktivitas yang gitu-gitu aja atau bahkan memang tengah ingin mencari sisi lain yang sudah lama terlupakan dalam kehidupan seseorang.
Ngomong ini, aku jadi inget cerita salah seorang temen kelasku yang pas semster dua ngajakin kami-kami jalan ke Baron. Itu penglaman pertama aku jalan ma anak kelas ke tempat wisata, sebelumnya mungkin cuma ke tempat makan pas buka bareng bulan Ramadhan. Belakangan aku tau kalo temenku yang memprakarsai acara jalan-jalan itu tengah ada masalah karena kekasihnya dinikahin ma lelaki pilihan orang tua kekasihnya tu. Mungkin pikirane saat itu uda sekusut benang yang uda super duper ga jelas arahnya…Dari situ mungkin dia pikir, dia butuh suasana baru yang bisa menyembuhkan luka hatinya atau minimal mencari hal yang bisa membuatnya senang dan kembali bangkit serta berkata, selamat tinggal keterpurukan. Gitu.
Cocok banget jika kemudian disandingkan dengan bait lain dari lagu Holiday-nya Scorpion. Di situ ada EXCHANGE THE COLD DAY FOR THE SUN, EXCHANGE YOUR TROUBLE WITH SOME LOVE…Nah, jadi aku rasa liburan itu memang menawarkan hal-hal baru yang juga lebih mencerahkan dan menggembirakan bagi orang yang menjalaninya. Setidaknya, subjek itu akan berpikir bahwa banyak hal lain yang lebih menarik di luar kesibukannya yang itu-itu aja..Setidaknya ia akan berpikir bahwa liburan itu kemudian menjadi semacam penyeimbang dari rutinitasnya yang lurus-lurus aja. Liburan bisa bikin dia deket ma keluarga, misalnya, nyobain hal-hal baru, ngeliat panorama-panorama baru, dan lain-lain.
Karena itu jugalah liburan terkadang menjadi agenda rutin bagi sebagian orang. Dan aku emang mau niru-niru orang ini, meski dengan level yang tentunya berbeda dan disesuaikan dengan keadaanku. Intine liburan itu dak perlu ke luar kota dan ngabisin budget banyak menurutku. Asal kita uda bisa manfaatin waktu senggang yang kita punya dengan sesuatu yang lebih mencerahkan dan memompa semangat untuk kembali menekuri aktivitas—yang bisa menjadi sangat membosankan—yang menjadi kewajiban kita, itu uda bisa dinamakan liburan. Ya masing-masing orang khan selera dan keadaannya berbeda. Jadi emang harus disesuaikan, sehingga ga ada format liburan yang clear and distinct.
Namun begitu, buat aku, liburan skala gede itu indetik dengan acara jalan-jalan ke sebuah tempat baru yang menarik, bisa jadi tempat wisata atau tempat yang belum pernah aku temui sebelumnya. Biasane nek kayak ini aku lebih suka rame-rame sama temen-temen. Dan biasane juga, ada budget yang cukup harus diperhitungkan untuk menyelenggarakan liburan skala gede ini. Hmmm…Ya karena itu juga, aku jadwalin liburan yang kayak gene ne setaon dua kali ajah..Pas liburan semester. Kalo tiap pekan sich kadang juga liburan, tapi liburane dak harus mengeluarkan banyak budget gitu…heheh…
Well, next..dari tadi aku muter2 ngomong liburan sebener ingin menceritakan bahwa aku sekarang sedang BERLIBUR. Kebetulan sejak taon 2010 dan beberapa pekan sebelumnya, aku sempat berlibur ke beberapa tempat yang sebelumnya belum pernah aku kunjungi dan belum sempat tak simpan dalam bentuk tulisan. Seingatku, aku ke Semarang awal bulan Desember lalu, itu kunjungan pertamaku ke Semarang.. So sweet banget pastinya, meski aku sempat kesasar. Yang jadi kenangan juga pas momen ini adalah karena aku sempat ngerasain gimana jadi orang kaya dalam beberapa menit. Beh…Aku langsung jadi super duper imajinatif untuk urusan yang satu ini. Hehehe..
Selanjutnya, aku ke Kebumen. Kayakanya satu atau dua pekan gitu setelah aku ke Semarang. Nikahan teman tapi aku sempat mampir ke rumah temen kosku dan pada akhirnya benar-benar menyatu dengan alam…Dengan masa kecilku, dengan hijau dan biru, serta dengan hobi lama yang sudah tidak tersalurkan sejak pitnya Bak Eka vacuum di kos; yakni BERSEPEDA. Hm…bener-bener refresh pikiran banget waktu itu, apalagi rute yang aku lewati bener-bener pwool baru tapi ga terlalu melelahkan. Sip…Meski banyak juga hal-hal yang kurang ngenakin, seperti STNK dan SIM yang ketinggalan, konsumsi, dll dll.
Terus ke mana lagi ya? Oya, malam taon baru. Meski pas itu aku dak bisa berpartisipasi aktif dalam pesta Duren, tapi minimal aku sudah bisa memenuhi undangan temen dan rekan kerjaku itu. Abis gitu, semarak taun baru di benteng Malioboro. Rame dan meriah kayak biasanya, meski dak sama dengan taun lalu. Aku inget banget pas setaon lalu, pertama kali ngeryain malam taun baru di luar kos, suasana meriah pwol..pesta kembang api dan tiupan terompet banget meriuhkan suasana malem itu..mungkin faktor bosen, ga mud, ato emang kurang meriah, malam itu aku keroso kurang begitu menikmati malam taun baru. Padahal cemilan dan segala hal sudah aku siapkan. Tapi tetep aja aku lagi jadwalnya badmud malam itu. Terlebih lagi, pas itu aku mati gaya karena ga bisa jeprat jepret, digcam belum punya dan batre hapeku tinggal satu…Hmm…
Dan momen ujian dengan segala rentetannya yang melelahkan kemudian bikin aku mikir banyak hal, kalo aku harus balas dendam setelah berdarah-darah dalam ujian semester lima itu. Aku cukup pesimis nilaiku bakal nae dari smester kemarin, sebab nilai UTSku hampir semuanya mengecewakan. Sayang, abis ujian, aku masih harus muter otak dan lebih meras pikiran saat kejar tayang proyek demi obsesi membeli DIGCAM. Alhamdulillah digcam Sony item metalik itu uda ada di tanganku. Terimakasih, Tuhan..Kau beri inginku dengan perjuangan yang sebenarnya tidak begitu berarti. Dan terimakasih juga untuk mister eksekutor yang pesonanya selalu menguatkan aku,,,
Then, then, aku emang harua berlibur setelah pikiranku keroso keriting banget berhadapan dengan tuts-tuts biibii dan diksi serta kamus yang bikin aku ruwet, meski kadang menyenangkan. Aku ke Glagah ma temen-temen korp, malam mingguan bareng. So sweet banget, uda aku ceritain di posting laen…Nah, abis itu, aku bermalam di Glagah, paginya aku balek ke Jogja, gak sempat tidur pulas, aku sudah berangkat lagi membelah hari ke MAGELANG..KYAI LANGGENG…Kali ni ma temen-temen kelas. Ga nyangka yang ngikut banyak, jadi perjalanane asyik. Terlebih aku uda tau rutenya, jadi dak harus terpaku pada orang di depanku. Aku malah sampai duluan di Kyai Langgeng.
Banyak hal yang menarik di Kyai Langgeng. Buat aku sendiri, juga mungkin bagi temen2. Kerosone tu, kami bener-bener bisa melepas beban di pundak dengan mencoba adrenalin dan ketegangan-ketegangan dalm permainan yang disediakan taman itu. Pwol balek ke masa-masa kecil..Tapi malah asyik, buat aku, jalan-jalan pas itu banyak mengajarkan sesuatu yang selama ini sempat aku remehkan. Konsep belajar sambil bermain, konsep kerjasama, konsep keberanian, dan banyak dech. Aku merasa otakku bener-bener kecuci gitu dengan permainan dan suasana yang ada di sekelilingku. Hmhmhm…
Abis dari Kyai Langgeng, seri liburan terakhir adalah PULANG KE MADURA ALIAS MUDIK. Sayang aku dak bisa berlama-lama di rumah dan hanya bisa berdiam di tempat yang paling banyak mengisi masa kecilku selama + 7ari. Sabtu sore aku nyampe rumah, dan ahad pagi pekan depannya aku uda harus berangkat untuk balek ke Yk, meski masih transit di mana-mana. Hm..Emang tumben banget dan ne adalah momen pertama aku mudik ke Madura pas abis semester ganjil. Biasane aku nang Jogja wae. Tapi banyak alasan lah, napa aku harus memutuskan untuk pulang..Meski dengan durasi yang sangat banget tipis. Hf. Tapi he juga.
Kembali dan tinggal di rumah selama beberapa hari cukup memberikan nuansa yang berbeda dibanding apa yang selama ini aku dapatkan di Jogja. Yang paling jelas, aku merasa dimanjakan dengan keadaan yang terkesan mau bikin aku nyantai njalani idup. Makan uda ada, nyuci uda beres, bersih-bersih kamar uda ada yang handle, dll. Hehe…Ngeroso enak pwol kalo dalam masalah ne. tapi dak enaknya juga ada, misalane aku jadi sulit ke mana-mana. Dak kayak di Yk mungkin..jAdi pas aku ingin ke suatu tempat, aku tinggal melangkah dan atau menancp gas. Sendirian bisa. Di rumah tidak sesimpel itu ternyata. Well, aku mengerti. Dan aku menikmati kepulangan itu.
Nostalgia sudah pasti. Dengan langit dan dinding-dinding kamar, dengan aroma parfum keluargaku, dengan ruas-ruas bangunan rumah yang beranjak senja, dengan suasana kebersamaan, dan juga…dengan segala hal di masa lalu, yang sangat memiliki andil dalam membesarkanku. Lingkungan sekitar, tetangga, famili, sekulku, dan tempat-tempat yang biasa aku kunjungi dahulu. Terasa mengasyikkan memang, kembali pada masa-masa itu..Meski sadar bahwa waktu tidak akan mau berbalik arah, namun nostalgia menjanjikan banyak hal. Aku rasa, aku bisa lebih banyak merenungkan perubahan-perubahan yang menjembatani masa lalu dan masa kini. Sebuah kesnicayaan hidup yang memang harus selalu ada. Sehingga pertanyaan yang bisa aku munculkan adalah WHAT SHOULD BE DONE, dan WHAT HAS BEEN ACHIVED?
Pada akhirnya, jane aku ingin bilang bahwa liburan kadang bahkan kerap mengajarkan bahwa tidak ada singel factor dalam hidup ini. Hidup butuh inovasi, sebab ia adalah sebuah dinamika yang akan tersangkut di putaran waktu jika hanya melakukan suatu tindakan yang tidak pernah berubah. Momen liburan dapat mengajak siapapun bahwa banyak hal lain dalam hidup yang tidak kalah berarti dibanding rutinitas yang uda terschedule. Liburan bikin manusia sadar bahwa kehidupan itu dak hanya di meja kerja, dak hanya di meja kuliah, dak hanya di meja dokter, dak hanya di depan komputer, dak hanya di dalam ruangan berAC, dan lain-lain. Barangkali karena itulah, manusia akan lebih mudah menyadari bahwa ia adalah partikel kecil dari kerajaan agung Tuhan, yang tidak hanya membutuhkan alur tunggal dalam kehidupan.
Bisa berpikir lebih luas ya, barangkali outpotnya. Tapi yo mbuhlah, secara teori aku dak gitu bisa merumuskan sebuah teori yang enak. Intine liburan, dari skala terkecil hingga terbesar, sangat amat banget mampu memberikan suasana lain yang kerap merupakan hal baru dalam hidup. Yang mencerahkan dan menjanjikan. Ya, itu sich cuma dari sudut pandang aku yang menganggap bahwa liburan itu adalah jadwal yang tidak boleh terlupakan dalam alur kehidupan seseorang. Heheh…
Hmhm...
adventure of me..