RSS

Kamis, 29 Juli 2010

26 Juli 2010

Bertemu Mantan Dyan (sbelum tertinggalkan waktu terlalu lama)

Siang itu, di terik yang kemudian menggiring hujan dateng, aku ma Vita maksain diri untuk ikut dolanan bareng Dyan dan Wanda dengan tujuan yang sangat tulus..yakni MENGAJUKAN PROPOSAL. Awalnya, yang punya rencana ini adalah Wanda dan Dyan. Wanda hari itu datang lebih awal dari biasanya (bahkan mendahului aku dan Vita), jadi itu artinya, semua itu bukan tanpa alasan. Abis gitu..Kami berempat meluncur di atas dua sepeda motor. Menantang panas Jogja yang masya Allah banget waktu itu.

Dyan adalah salah satu temenku yang memiliki pedemeter cukup tinggi. Bayangin ajah, sebagai pemimpin rombongan siang itu, Dyan bahkan belum pernah tau APALAGI mengunjungi tempat yang akan kami tuju. Dia mencukupkan pengetahuan dan info yang dikantonginya dengan daerah yang akan kami tuju, yakni daerah Wirobrajan. Siapapun tau, bahwa daerah itu adalah perempatan ketiga arah barat Malioboro. Sayangnya, Dyan apalagi kami sama-sama tidak tau letak tepat RS yang akan dituju.

Alhasil, kami sempat tertesat satu jalur dan sebelum terlalu jauh tersesat, Dyan memutuskan untuk bertanya pada seorang ibu yang saat itu tengah melakukan transaksi pembelian di sebuah toko. Ternyata kami harus memutar arah dan melewati sebuah lampu merah. Wis, kami ikuti arahannya dan ga perlu terlalu menjelalatkan mata untuk menemukan tempat yang kami tuju. Ya secaraaaaaaaaa…tempat itu gede banget, mudah dilihat, tinggi pula. Menjulang, seperti menandakan superioritas dan otoritas.

Well. Ternyata ini bukan kunjungan pertamaku ke tempat ini. aku sempat ke tempat ini beberapa bulan yang lalu demi kepentingan yang berbeda. Usut punya usut, ternyata si Dyan memiliki semacam orang dalam di RS itu yang akan mempermudah jalur trayek kami. Wis abis gitu, setelah memarkir motor di tempat parkiran, kami masih harus mencari-cari kerjaan karena orang dalam yang Dyan punya masih bisa ditemui beberapa menit yang akan datang. Dyan terlihat ngomal-ngomel manja saat berbicara dengan si orang dalam lewat teleponnya.

Kami berempat ga kekurangan akal. Bermula dari—LAGI-LAGI—inisiatif Dyan, kami menyeberang dan menghampiri sederet pedagang kaki lima yang tengan mangkal di depan sebuah SD. Alamaaaaaaaaaaak..Dyan membeli semangkuk bakwan dan Vita mengeluarkan bekal yang ia bawa dari kos. Tiga orang temenku itu saling comot di mana-mana. Aku membesarkan hatiku sendiri bahwa ini hanyalah cobaan awal. Halaaaaaaaaaahhhh..

Ritual makan di TROTOAR JALAN PROTOKOL di siang yang terik itu diimbuhi dengan ritual ngobrol2 dan jeprat-jepret. Pede banget dan banget pede. Lha untuk apa seonggok barang mungil di tasku harus dibawa ke manapun ku pergi jika tak bisa mengoptimalkan setiap momen? Waaaaaaaahhh//Lebaaaaayy…Abis foto2 dan membayar uang bakwan, tu anak bertiga pada keausan. Seperti halnya pertemuan dan kebersamaan yang akan sangaaaat terasa dengan perpisahan dan atau keterpisahan, nikmatnya sehat yang sangat terasa ketika sakit, seperti itulah nikmat makan yang akan menjadi lengkap dan komplit setelah meneguk air. R Tanpa air, makanan yang sempat mampir di lidah, kerongkongan, dan jalur-jalur berikutnya akan terasa kurang taste-nya.

Sebabi itulah, dengan niat tulus untuk melepas dahaga dan menyempurnakan kenikmatan makan, kami berempat masuk ke areal sebuah SD dengan satu tujuan; MEMBELI AIR. Di koperasi sekolah tentunya. Aku memilih duduk di sebuah kursi panjang karena aku memang tidak berkepentingan dengan air yang akan dibeli. Sama sekali tidak terlintas di benakku bahwa orang-orang sekelilingku memerhatikanku, meski tidak memandang sinis. Dalam kebanyakan momen, aku memang kurang bisa PEKA terhadap sindroma-sindroma yang ada di sekitarku.

Dan siang itu, ternyata bukan aku ajah yang memiliki sensitivitas yang kurang bertaring. Tiga temenku juga begitu. Untunglah tidak berapa lama setelah itu, Wanda mendobrak kejumudan itu dan menyadarkan betapa barusan kami telah keluar dari alam kesadaran…Hehehehe..Lebayy..Intine pas itu, kami lagi berada di tengah komunitas yang memiliki sebuah perbedaan dengan kami. Perbedaan yang terlihat jelas dalam salah satu atribut yang tengah kami kenakan. Jane tidak ada yang perlu dipermasalahkan dan diherankan. Tapi andaai aja kami sadar sedari awal, mungkin…kami tidak perlu berbondong-bondong masuk ke area itu. Well, sekadar pengalaman yang pantas menjadi pelajaran. Aku masih tetap memegang teori bahwa tidak ada yang salah dalam perbedaan, kecuali jika perbedaan itu kemudian mendatangkan hal-hal yang kurag tepat (tidak dalam perspektif hitam-putih)

Wis, kami kembali menyerang dan kembali pada tempat awal. Kali ini orang dalam yang dimiliki Dyan juga masih belum bisa ditemui. Untungnya, momen menunggu kala itu bisa dipermak sedemikian rupa..jadinya terkesan tidak terlalu membosankan..Bahkan waktu terasa amat sangat cepat berjalan. Yaaaaaaaaa…karena kami berempat kemudian kembali mengeksploitasi barang kecil yang ada di tasku dengan ritual NARSISME. Bekgrondnya jane ga gitu bagus. Cuma ya karena pemandangan itu adalah new view, maka kelihatannya menyejukkan. Lagian tidak ada yang tidak indah koq, jika kita memakai kacamata filosofis tipe keindahan. Dan dokumentasi-dokumentasi itupun telah menjadi saksi bahwa kami berempat pernah bertemu dan bersama…Hegege

Agenda utama siang itu, bertemu orang dalam yang dikenal Dyan. Sebelum masuk ke gedung itu, aku iseng bertanya pada Dyan perihal jenis kelamin orang itu…Oh..ternyata LAKI-LAKI. Pertanyaan selanjutnya uda bisa aku pastiin, “CAKEP, GA????” dan kali ini Dyan menjawab dengan malu2, “menurutku sich cakeeeeeeeepppp”, dengan gaya yang Dyan bangettttt…Kami masuk dan mendapatkan orang yang kami tunggu sudah duduk manis di situ.

Yuhuuuuuuuuu…ternyata lumayan cukup menjadi penyegar di siang yang terik itu. Apalagi ditambah dengan atribut yang dikenakannya, semakin mengukuhkan dirinya sebagai orang yang berdedikasi dan bermilitansi. Heleeeeeehhh..sampai mana dah, tulisan ini. Ngalor-ngidul ra jelas. Intine tu cowok ternyata SO NOT –BAD—untuk tidak mengatakan cakep—dan dia pun terllihat amat banget profesional dengan jas putih yang dikenakannya. Kami duduk di sofa empuk dalam formasi yang terpisah. Dyan bersama orang itu, dan kami bertiga bersebelehan dengan wanita yang ….mmm…memakai baju putih kombinasi pink. Hehehheehhehe…(Wanda dan Vita pastilah mengerti, bagaimana mb ini adanya..)

0 comMentz: