Sejak selese UAS tanggal 9 Juni kemaren, itulah sebenarnya moment liburan panjang dimulai. Sejak aku jadi mahasiswa, bulan Juni itu adalah start point dari long holiday yang durasinya sekitar 3bulanan. Keren tau dak sich, jadi mahasiswa. Uda masuknya jarang, liburannya puaaanjangg…Hehehehe. Btw, taun ini, sebagai mahasiswa yang akan memasuki masa-masa menjadi mahasiswa semester tua yang akan dipusingkan dengan skripsi, aku tak lagi dapat menikmati liburan seperti tahun-tahun lalu…Why? And What 4? Yap, aku harus mencurahkan perhatianku ke KKN dan segala tetek bengek dan administrasinya.
Dan hingga hari ini, urusan itu belum selesai..Masih dalam tahap persiapan bahkan…Tapi whatever lah…Aku yakin semuanya akan so so aja jika uda dijalani. Walaupun ngebayanginnya uda serem, takut, males, dll,,,tapi aku pasrahin ntar gimana-gimananya. Terus btw-btw, aku ternyata juga kejangkit demam liburann…Sebenere mepet waktunya dan bener-bener curi waktu. Tapi yaa…aku merasa ada seperangkat bagian di otak dan hatiku yang bener-bener harus direfresh,,sebab sementara waktu aku belum ingin merestartnya…
Hahahaha…apa pula tu bahasa…Jadi begini, kemarin, aku maksain diri untuk berlibur..Meski dengan budget pas-pasan dan persiapan yang dak mateng, akhirnya tu rencana terlaksana juga. Ada banyak hal yang berbeda dalam liburan kali ini. Pertama dan yang paling membuatku bener-bener merasa melihat hal yang sama sekali baru adalah karena aku menjalani liburan dengan anak kos. Bukan dengan orang-orang yang biasanya menjadi koloniku dalam hal liburan. Anak korp, anak kelas, keluarga, atau bahkan ksatria. Kali ini aku berlibur dengan tiga anak kos yang sama-sama juga tengah butuh something new buat melewati tantangan di depan yang uda tersaji meski belum utuh..
Hal kedua yang bikin beda, dan ini bener-bener bikin aku amazing mpe ga lelap tidur semalaman, adalah karena dalam momen liburan kali ini, aku merasakan pengalaman pertama nae kereta api….Heboh sendiri dan hebohin anak sekos. Ya mereka semua pada tau, aku, yang sudah setua ini dengan umur 21, ternyata masih belum pernah mencicipi pengalaman nae kereta api. Nah…jadi sekalian liburan, aku juga ingin mencicipi hal baru. Saking senengnya, aku sampe mengabadikan momen pertama kali di kamera itu dengan beberapa jepret kamera dan tiker kereta api pun aku simpen di diaryku…Hehehehe..
Yang selanjutnya yang bikin beda sebenere adalah karena aku banyak kembali pada alam, pada kehidupan, dan segala keadaan yang membuat aku kembali berpikir tentang banyak hal. Sejak pemberangkatan, aku uda sibuk bermonolog dengan pikiran dan perasaanku melihat apapun di sekelilingku. Meski bukan segalanya baru, tapi maknanya sangat sarat di telinga dan di hatiku. Asik lah..Menikmati pemandangan dunia dengan kacamata dan pandanan yang baru…
Dan tentang lokasi, kami memilih lokasi Purwerejo, lebih tepatnya Kutoarjo. HMmm…ada apaka dengan lokasi itu? Sbenere ga ada alasan penting, selain karena ada temen kos yang anak Poerjo dan akan kami sambangi rumahnya terus dari situ kami akan muter-muter berekspresi.. Deket banget ma Yk. Itu artinya tidak akan ada banyak energi, waktu dan finansial yang tersedot…So, when all preparations ready, kemarin pagi…Pas udara dan air masih berlomba untuk menjadi yang paling dingin, kami (aku, Jenghol, dan tink2) uda siap berangkat abis mandi, dandan, dan packing sekenanya. Lagi-lagi aku jadi orang terakhir yang siap dan akhirnya aku menjadi orang yang wanted, atau lebih tepatnya waited. DITUNGGU.
Apes rasanya, kami melangkahkan kaki ke luar kos pas jam setengah 7. Sepuluh menit lagi kereta berangkat…Sedang kami masih harus menikmat perjalanan ke halte bus dengan jalan kaki, nunggu bus, jalan ke stasiun, dan…masih banyak lagi tentunya. Kereta berikutnya masih akan berangkat jam setengah sembilan. Kami bimbang namun akhirnya modal nekat, berangkat dengan penuh semangat. Perlu waktu lima belas menitan untuk sampai di halte bus. Dan ketika itu, setelah membayar ongkos untuk tiga kepala, kami menunggu datanganya bus jalur A1 dari arah timur. Tak berapa lama menunggu, kami uda lihat tu bus nongol semakin lama sekamin gede dan akhirnya…..real di depan mata! Kami berebutan masuk dan mengkondisikan diri untuk mendapatkan good seat and good mind.
Masih pagi..Tak banyak orang yang sudah akan sibuk ke luar rumah, terlebih hari itu adalah hari Ahad, hari libur bersama…Hehehe…Penumpang di bus yang kutumpangi masih sedikit. Pengalaman nae bus trans ini pertama kali aku cicipi saat semester dua. Pas itu trans masi fresh graduate sehingga kami berboncong-bondong pake Trans untuk mencapai museum Sonobudoyo, demi menyelesaikan tugas mata kulia Filologi. Alhamdulillah hingga hari ini, aku kayaknya belum perna berdiri di kendaraan lumayan lux ini. Jarang juga sich, makenya.
Hal pertama yang muncul di kepalaku adalah bahwa…setiap orang punya tujuan dan rute hidup masing-masing. Untuk mencapainya, mereka memilih kendaraan terbaik dan ter-fit bagi mereka. Dan dalam kendaraan tersebut, adakalanya mereka bertemu dengan orang atau keadaan lain yang kemudian banyak mengubah terhadap rute dan tujuan kehidupan mereka selanjutnya. Aku sebenere terinspirasi oleh ucapannya Chatur pada Rancho, saat dia mengatakan, ‘kita pernah naik kereta api yang sama, tapi kita turun di stasiun yang berbeda dan memilih jalur yang juga berbeda’…
Dan di bus itu, ada dua orang yang paling sering mendiami kendaraan ber-AC itu. Yakni si pengemudi dan si kondektur. Yang paling miris adalah saat aku liat dan perhatiin si kondektur. Untunya pas itu masih pagi, jadi dia masih agak segeran sehingga rasa kasihanku sedikit terkurangi. Hehehe. Bayangin aja, dalam banyak keadaan, dia berdiri di situ. Sepanjang rute…Dengan orang berbeda yang berlalu lalang dan terkadang menyakiti perasaannya yang memang uda dilanda lelah. Setiap akan sampai pada sebuah halte, dia harus mengumumkan pada semua penumpang. Tidak ada yang menyahuti ucapannya. Terlebih jika tidak ada penumpang yang akan turun di halte itu, dia akan SERATUS PERSEN DICUEKIN. Ya aku ikut nyuekin juga. Abis mau gimana lagi. Emang bukan porsiku untuk mengajak ne orang berbicara. Sebab jika ia sedikit aja asyik dan terlibat dalam perbincangan dengan seorang penumpang, maka tugasnya bisa terbengkalai.
Aku dak tau berapa penghasilan bulanannya dari bekerja yang demikian. Cuma agaknya ya lumayan. Masalane dia bisa dapet pekerjaan itu juga melalui seleksi. Dia juga harus berpakaian rapi saat menjalankan tugas. Jadi ya…cukup terhormat lah. Uniform..Uniform…Yang kedua adalah…Si supir. Dia akan duduk di tempat yang sama selama beberapa waktu dan dia pun menjalani hal monoton itu dalam jam-jan yang lama dan membosankan. Aku sering meliriku melalaui spion kanan bus. Dia tampak sangat enjoy di tengah konsentrasinya mengemudi dan mendengarkan siaran radio…Padahal aku yakin, dia butuh temen untuk ngomong meski hanya basa-basi.
Next, sampai di halte stasin tugu, kami bertiga turun. Si kondektur sempat mengucapkan terimakasi dan kami hanya membalas sekenanya. Meski uda tugase kayak gitu, tapi dia khan pasti juga punya perasaan ga enak saat dicuekin. Hehehehe..Jadi sok kasian ma si kondektur. Next, dari halte berikutnya, aku langsung melompat ke stasiun tugu…Ne bukan kunjungan pertama sebab aku sudah pernah menginjakkan kaki di tempat ini Desember taun 2008, bareng Ksatria meski tidak untuk naik kereta…sampai stasiun, kami langsung menuju loket tempat pembelian karcis…
Aku bayangin bagaimana kerjanya calo di tempat ini. Di situ aku juga banyak mendapat tulisan-tulisan kecaman tentang calo…meski belum pernah berhadapan langsung, aku pernah mendapat sedikit informasi tentang profesi yang banyak ditemukan ini. Well, kami hanya mendapat satu lembar tiket yang bisa dipakai untuk dua orang…Aku tanyain ma mba cantik penjaga loket, dia bilang kereta Prameks belum berangkat. Bukan main senengnya kami…padahal aku tadi liat di per4an Gramed, uda jam tujuh kurang sepuluh menit. Jadi ne bener-bener wonder dan dewo fortuna banget buat kami yang menyangka bahwa kereta telah lama meninggalkan Jogja…
Seneng bukan maen, kami langsung menuju tempat pemberangkatan kereta. Dan bener juga, dak harus nunggu berapa lama, sebuah kereta dari arah stasiun Lempuyangan uda nongol…Kami cari-cari tempat dari gerbong satu ke gerbong yang lain namun ternyata sudah sangat amat banyak penumpang di masing-masing gerbong itu. Aku uda keki duluan, khawatir pengalaman pertama naek kereta malah menyakitkan dan bukannya menjadi memorable moment. Namun nasib baik masih berpihak pada kami…Kami dapet satu gerbong yang masing diisi sedikit orang…Segerala kami menyambar sebuah tempat duduk berisi empat orang yang sudah didiami seorang lelaki seumuran kami. Jenghol mengambil posisi teraman agar tidak berdampingan dengan lelaki tersebut ataupun berhadapan langsung dengan si lelaki. Sebagai pendatang kedua, aku mengambil posisi teraman kedua. Yakni di sisi laki-laki itu. Aku pikir masih mending dibanding Tink2 yang berhadapan langsung dengan si laki-laki.
Kereta pun berjalan…Lambat-lambat tapi kemudian cepat dan hingga melaju dengan kecepatan stabil. Ya ternyata kayak gitu rasanya naek kereta. Hampir tak ada suspense yang kurasakan saat mengendarai bus. Nek pake bus, aku pasti harus selalu memastikan wajah si supir dari spion kanan bus untuk meyakinkan bahwa wajahnya bisa menjamin dapat membawaku sampai ke tujuan…Hehehe..Aku emang was-was dalam masaah driving dan riding. Bukan karena kecelakaan yang pernah kualami, sebab aku emang—bisa dibilang—tak pernah mengalami kecelakaan serius..Paling mentok ya, jatuh dan terpisah beberapa centimeter dari maut.
Paling takut pas lagi nyalip Takut banget plus banget takut. Apalagi pas kecepatan penuh dan ugal-ugalan. Aku bisa ga lelap tidur dan menikmati perjalananku…Hal terparah yang menjadi sebab was-wasku adalah pada saat aku melihat supir bus Sby-Madura dengan enaknya telpon-telponan, mengemudikan kendaraan dengan kecepatan penuh, nyalip-nyalip sekenanya, dan then…Untungnya selamat!! Naek kereta bisa dikatakan lumayan stabil kecepatannya. Jika laju kereta uda pelan, tu berarti si masinis uda tau bahwa statsiun berikutnya sudah hampir mendarat di hadapan matanya. Cuma ada juga yang bikin ngeri, yakni ketika sebuah kereta tengah berlawanan arah dengan kereta lain. Ya relnya beda, cuma suspensinya jadi naek dan otomatis detak jantungku juga semakin tinggi.
Beberapa kasus nyata yang pernah kutonton dan film-film fiktif yang juga menceritakan kecelakaan kereta (biasane karena relnya ada trouble) cukup bikin aku was-was dan takut untuk nae kereta. Belum lagi isu bahwa kereta adalah sarang empuk pada pengutil untuk beraksi. Tapi keinginan dan rasa penasaranku ternyata lebih besar dari semua ketakutan yang sebenarnya kurang beralasan itu…Hal lain yang membedakan bus sama kereta adalah bahwa aku merasa lebih kembali pada alam saat nae kereta. Barangkali rute yang ditempuh kereta adalah rute-rute yang cukup sepi dilalui kendaraan bermotor, sehingga emang di tempat-tempat sepi yang menjadikan sunyi sebagai rajanya.
Dan yang juga nongol di pikiranku adalah bahwa..selama ini—seingatku dimulai dari perjalanan pulang dari Pare dulu, Ramadhan 2005, aku selalu mengalah pada kereta yang akan melaju. Perjalananku tersita beberapa menit untuk mempersilakan kereta melewati jalurnya. Serasa angkuh dan sok-sokan. Dan kali ini, akulah penumpang kereta yang menerima waktu-waktu privelege dari semua pengendara kendaraan bermotor yang diam sejenak untuk mempersilakan keretaku lewat. Impas kalo gitu. Meski porsinya masih jauh berbeda…Satu lagi tentang kereta, dalam beberapa interval waktu yang kadang kurasa acak, ada suara berdecit dari arah rel. Aku dak tau itu apa…yang jelas aku hanya merasakannya pada perjalanan berangkat, tidak pada perjalanan pulang..
0 comMentz:
Posting Komentar