...Ka Ka eN
Buat aku, KKN itu malah lebih menyeramkan dibanding skripsi. Tapi itu hanya bayangan ternyata. Dan bayangan serta hipotesis itu aku buat ketika aku masih belum menyentuh dua hal itu…Ketika dijalani, ternyata tidak sesulit yang dibayangkan, meski tidak semudah yang dibayangkan. Memang dalam banyak kesempatan hidup, kejadian yang kita lalui kerap berbeda atau bahkan jauh berbeda dibanding bayangan yang sebelumnya kita bingkai…Bayangan yang barangkali lebih tepat dikatakan sebagai prediksi..Halaaaaaaaah…Kayak the Master aja.
Well, sejak tanggal dua belas Juli kemarin, aku resmi berangkat ke lokasi KKN. Hari itu sebenere aku belum begitu siap. Yang pertama, aku masih belum mem-prepare segala sesuatunya. Termasuk mental. Yach,,sejak beberapa hari sebelumnya, aku tengah asyik menikmati liburan bersama dua orang temenku di daerah Sorowajan…Jadi kayak katarsis yang begitu mendadak sehingga suasana hatiku pun masih mau yang santai-santai. Yang selanjutnya, aku sulit beradaptasi dengan orang baru. Apalagi ketika membayangkan bahwa hari-hariku akan banyak tersita dengan kebersamaan bersama orang-orang baru ini.
Sekarang, uda tanggal 16. Tu berarti uda empat ari aku muter-muter di daerah Prawirodirjan RW 10 itu. Berangkat siang atau sore dan balik ke kos ketika malam sudah larut dan jalanan sudah mulai sepi. Rutinitas baru yang buat aku begitu melelahkan dan cukup membosankan. Untungnya, menggunakan kacamata ‘lain’ dalam memandanga segala hal baru di hadapanku kerap membuat aku cooling down dan bersabar menapaki proses dan babak kehidupan ini, babak kehidupan yang suatu saat—dan barangkali—akan aku rindukan. Entah kapan, aku juga kurang yakin.
Hari pertama, dengan berpanas-panas ria—masalane aku salah kostum, pake kaus item—aku dan temwn2 sekelompok sempat berkali-kali nyasar demi menghadiri acara pelepasan dan penyambutan di kantor kecamatan Gondomanan. Kantor kecamatan tu ternyata dekat dengan Altar yang juga berarti dekat dengan lokasi garapane Unyil. Untung aja, walaupu datang terakhir, aku masih bisa dapat gud seat dan bareng dengan temen-temen kelompok. Abis gitu kami ngumpu bareng DPL di teli Altar kemudian berpisah dan bergabung dengan kelompok masing-masing.
Then, kelompokku mutusin untuk kumpul di Alkid. Pas itu uda siang banget…Masih pake acara bingung-bingung dan nyasar-nyasar. Bukannya gimana, aku terbiasa menggunakan jalur tunggal untuk bisa sampai di sebuah tempat tujuan. Meski rada kadang punya keinginan untuk berinovasi dan menemukan jalur-jalur baru, daerah Alkid bisa dibilang adalah daerah yang cukup jarang aku kunjungi. Jadi bener-bener bingung banget siang itu, akan melangkahkan kaki ke mana. Untungnya segera datang bala bantuan yang menunjukkan arah Alkid dari daerah kami berpijak, kalo ga salah namanya Wijilan. First visit dan first listen juga. Aku mulai menduga bahwa KKN ini juga akan menambah wawasan ke-Jogjakarta-anku.
Sampai di Alkid, seorang temen KKN—namnya Zaki—dengan mimik muka yang serius menayaiku, apakah aku pernah ikut Ospek. Sial, dengan polosnya aku mengiyakan dan ia bisa segera melancarkan misinya mengolok-ngolokku. “Uda ikut Ospek, koq belum nguasai materi wawasan ke-Jogjakarta-an?”..ABCD….Aku berapologi sebisanya..Setelah itu, kami mulai ngomog ngalur ngidu wetan lor sambil menikmati uang transportasi 20ribu perkepala yang diberikan pihak LPM. Ga sampe 20ribu lah..Dari Sapen ke Gondomanan. Ya makanya itu kami segera menikmati uang itu..
Pas itu aku kurang begitu bisa menikmati keadaan karena ada sebuah beban pikiran yang tak mungkin aku ceritakan di forum ini. Intine aku gelisah dan beban itu cukup menyita pikiran dan ketenanganku..Tapi yaaaaa…aku lumayan enjoy karena sudah ada banyak logistik di hadapanku. Meski harus lagi-lagi es, tapi tawaran dan iming2 kesejukan tenggorokan dengan guyuran es di panas yang terik itu bener-bener menggoda. Dan aku dak bisa mengelak akan hal itu. Hahahahaha..Lebaaaaaaaaaay…Ada camilan juga, baik by paid maupun yang free.
Namun, alangkah terkejutnya, alangkah mengherankannya, saat aku mengetahui, bahwa…biaya nongkrong di tempat itu hampir mendekati angka 50ribu. OMJ,,,So expenssiiiiiive!! Ketua kelompokku yang mengurusi pembayaran hanya bisa mengelus hatinya dengan mimik wajah pasrah..Hehehe…Di Sapen, biaya ngumpul segitu mungkin ga sampai 20ribu. Tapi yaaaaa..mungkin demi alasan gengsi, membeli suasana, dan pajak penjual di daerah Alkid, maka harga segitu bisa membengkak dengan demikian besar. Mau ga mau, suka ga suka, ingin ga ingin, ya kami harus bayar uang itu…
Breaking noon..Kami balek ke kos masing-masing dan janjian kalo ntar sorenya kami bakal ketemu lagi untuk ketemu Pak RW dan mengurus segala sesuatunya.
Next, sore itu, kami ke Pak RW, bincang2 lumayan lama, terus muter2 dikit ke RT 28, 29, mesjid, dan kemudian juga calon beskemp kami. Aku bener-bener harus maksain diri untuk bisa tersenyum sesulit apapun keadaanku dan sesemraut bagaimanapun pikiranku kala itu. Bagaimanapun, ini medan garapan. Hanya sekali selama menjadi mahasiswa dan mungkin hanya sekali seumur hidup. Aku harus berupaya semaksimal mungkin untuk menseriusinya sesulit apapun keadaan yang aku hadapi. Hehehe..Malem itu, setelah mendapatkan beberapa hal yang harus kami musyawarhkan bersama, kami pamit pulang dan menuju sebuah tempat makan.
Tempat prasmanannya sich ankringan, tapi terkemas menarik dan unik, dan mungkin juga bisa dikatakan mewah. Yaa…secara, menu lauk dan sayurnya cukup komplit dan lux. Aku baru first visit, sebab aku emang—kayaknya—ga pernah lewat di tempat ini. Kalo ga makan di Sapen, Papringan, Gowok, paling mentok aku makan di Gaten dan Sagan. Ga sampai ke daerah ini. Sayang banget pas itu aku uda overhungry alias kelaparan, so aku uda kehilangan selera makan. Uda kupancig dengan cumi-cumi dan udang, tapi tetep aja selera makanku lari entah ke mana.. Tapi ya akhirnya diabisin juga…
Mmmm…Hal baru yang aku dapetin di tempat itu adalah cara penyajian teh. Biasane teh ya gitu-gitu aja. Teh anget ato es teh yang disajikan siap saji dan bisa langsung diseruput. Tapi kali ini lain. Jadi konsumen bisa menentukan kadar gula yang mereka inginkan sesuai dengan selera masing-masing. Selain itu, ada juga porsi cadangan bagi yang akan nambah. Not bad lah, meski aku mulai mengkhawatirkan uang yang harus—kembali—diambil dari uang transport itu..Abis makan kami ngobrol-ngobrol dikit terus langsung pulang..Sebab malam uda beranjak larut dan semuanya sudah pada lelah.
Keterkejutan kedua hari ini, uang makan 12 orang adalah seratus tiga puluh satu ribu. Omj omj omj. Kayaknya kami salah sasaran lagi dalam hari ini. Tapi ya gapapalah, dibuat pelajaran ajah…Sekaligus pengalaman untuk tidak mengulangi hal yang sama pada kesempatan selanjutnya. Then, kami pulang ke tempat kos masing-masing dengan sebuah janji bahwa besok kami akan kembali ke lokasi tepat jam sepuluh.
Esoknya, lusanya, hingga hari ini, semua berjalan dengan natural dan apa adanya. Meski ada beberapa kres dan kecemburuan sosial, show must go on. Aku mulai membiasakan diri dengan rutinitas baruku. Banyak keluhan memang, seperti masalah teknis, masalah temen sekelompok yang sok-sokan, masalah bolak-balek posko-kos yang melelahkan, dan lain sebagainya. Tapi semuanya emang harus dijalani. Ya mau-ga mau.
0 comMentz:
Posting Komentar