Jika kau ditanya, apa saja hal yang paling identik dengan kehidupan? Minimal kehidupan yang kaujalani dan paling dekat dengan hari-harimu? Jawabannya tentu akan beragam…Tapi bukan berarti tidak bisa diprediksi. Bayanganku, jawabannya tidak jauh-jauh dari term yang bernama cita-cita, cinta, mimpi, pertemanan, pekerjaan, keluarga, studi, dinamika, susah-sedih, dan lain sebagainya. Meski tidak bisa mewakili keseluruhan jawaban, seenggaknya beberapa hal yang kuajukan tu representatif kupikir.
Lalu apa yang ada di bayanganmu jika kau bisa mendapat sesuatu—atau katakanlah informasi—mengenai beberpa hal tersebut dalam sebuah kemasan kecil? Menyenangkan tentu..Selain tercerahkan dan memperluas pandangan, merenungi hidup kerap memberikan nuansa 'entertainment' yang kadang menjadi 'pelarian' dari kejenuhan-kejenuhan yang mendera dalam mengarungi hidup…dan tentunya, be a cause to be a wiser one…
Ya, setidaknya itulah yang aku rasakan baru-baru ini. Berawal dari hobiku nonton dan komunitas kos yang juga mendukung, aku tak sengaja bertemu dengan sebuah film yang bagiku cukup mencerahkan, menterperangahkan, dan sekaligus menghibur..Judulnya three idiots. Tiga orang dungu jika diterjemahkan ke dalam bahasaku..Aku cukup impresif dengan film ini karena beberapa hal. Yang pertama, film ini cukup berhasil membawaku bernostalgia dengan masa-masa smp-smaku. Masa-masa yang bagaimana? He,,,masa-masa suka nonton pilem India karena lagi ikut trend. Nah, jadi pilem ini adalah pilem India…Yang kedua, seperti yang kusebut tadi, pilem ini menawarkan perenungan tentang banyak hal. Aku merasa tercerahkan ajah dan mendapatkan hal lain di balik rutinitasku yang itu-itu aja dan luar biasa membosankan…Yang ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya, mungkin sambil jalan ajah,,,heheheh.
Pile mini settingnya di India. Aku ga tau persisnya di mana. Buat aku, pilem ini adalah pilem India kedua yang aku tonton setelah aku jadi mahasiswi. Hehe, berat banget kedengerannya. Mahasiswi gitu loch..Jadi sebelumnya aku uda cukup impresif dengan pilem Slumdog Millionaire yang dapat Oscar itu. Sayang emang, aku masih menjadi penonton yang payah. Penonton yang setia menunggu dirilisnya pilem-pilem baru, berebut untuk bisa nonton paling awal, heboh sendiri, lalu udah…Tak ada tindak lanjut atau perenungan yang menarik untuk bisa dilanjutkan. Bukan tak banyak pilem yang menggugah decak kagumku. Cuma aku masih suka dan betah berhenti pda tahap 'nonton', lalu kemudian tiada. Sekadar menyebutkan di sini, aku pernah getol pwol abis dengan Harry Potter , Kingdom of Heaven, Knowing, Love, Tentang Cinta, Jamila dan Sang Presiden, Virgin 2, Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets, Otomatis Romantis, Merantau, Troy, Pathfinder, Slumdog Millionaore, Pirates of Carribean, Transporter 1-2, Final Destination, dan lain-lain yang mungkin sudah aku lupa krena aku belum sempat merekamnya dalam bentuk tulisan…
Kalo sudah suka sama sebuah filem atau hanya sebuah adegannya, beh..aku bisa gila-gilaan menontonnya more and more. Bahkan kerap, aku mpe hafal ma dialog maupun ekspresi aktor/aktrisnya. Tapi lama-kelamaan, bosan juga. Akhirnya cari pilem lain yang tak kalah menarik dan juga inspiratif. Dialog yang pernah aku hafal—meski sekarang uda rada lupa—adalah saat Miss. Taylor mengajar di kelasnya (Knowing), cara Balyan memanggil Sybilla (Kingdom of Heaven), sambungan telefon terakhir antara Nadia dan Reymond (Virgin 2), dan beberapa mantera serta bagaimana hebohnya Hermiony saat mendukung Harry di Goblet of Fire kompetisi kedua..(Harry Potter).
Namun otw btw, walaupun aku hobi banget sama yang namanya nonton, ada beberapa genre film yang—justeru—dak aku gemari sama sekali, untuk tidak mengatakan phobia. Yang pertama adalah pilem horror. Adan cerita kurang mengenakkan kenapa aku bisa phobia ma pilem horor, sebesar apapun rasa keingintahuanku. Aku juga kadang merasa bahwa aku tidak bole ketinggalan jaman, dalam konteks ini harus sudah nonton pilem yang sedang booming atau tagi hot-hotnya ditonton, khususnya oleh anak kos maupun anak kelas. Kalo lagi heboh di bioskop, ya mana aku peduli. Nunggu ada hacker yang berhasil membobol file tu pilem di internet. Mahasiswa maunya emang yang gratis-gratis thok. Hehehe..Nah, katagori kedua, sejauh ini aku hanya mau menggandrungi filem berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris. Pilem-pilem Taiwan, China, dna Korea yang lagi bikin heboh anak sekos dak cukup jadi alasna aku untuk ikut-ikutan gandrung.
Alasan sakleknya kurang tau juga sich,,mungkin ya…Karena aku belum tertarik dan sama sekali dak tau bahasa yang digunakan. Jadi, abis nonton, aku cuma mungkin dapet pengetahuan ‘alur yang baru’, ‘aktor yang cakep’, ‘gaya hidup dan kebudayaan di t4 itu’, dll tanpa ada input bahasa..(hehehe..mentang-mentang cah bahasa aku ne..). Beda dengan pilem Bahasa Inggris. Aku bisa belajara banyak pronounciation maupun speaking umum dari pilem-pilem Inggris ne. Dan dak tau kenapa, aku ngeroso kreativitas di balik pilem-pilem Inggris ne kuuuuul banget. Kalo alasan napa aku suka pilem Indonesia ya..secara, aku lahir, besar, dan akan mati di negara ini, ya aku harus punya banyak wawasan lah..tentang segala halnya. Jangan sampai status ke-Indonesia-anku masih dipertanyakan. Kecelakaan sejarah terbesar itu…Bisa jadi aku dicap sebagai warga negara yang tidak menyadari kebernegaraannya…Payah..Jangan sampai terjadi..
Leh, malah kebanyakan bikin prolog…jadi sebagai bagian akhir basa-basi ini, aku ingin menutupnya dengan cerita bahwa di luar segala batasan bahasa, kultur, dan kebiasaan masyarakat, aku suka pilem aksi. Ya meski aku bukan seorang karateka ato orang yang menseriusi olahraga fisik, aku suka aja karena biasane imajinasi dan kreativitas pun sangat bermain dalam pilem-pilem aksi ini…Alurnya menakjubkan, apalagi jika tokoh utamanya adalah seorang cowo kece… That’s the reason I like it so much..
Ok, tentang 3 idiots sekarang..Sebenarnya film ini cukup mengingatkanku pada film Mohabatein. Ya, sebab dua film ini sama-sama mengisahkan tiga mahasiswa yang tengah menyelesaikan masa studi di sebuah perguruan tinggi. Bedanya, universitas yang dijadikan setting 3 idiots adalah Imperial College of Engineering, sedangkan Mohabbatein mengambil setting universitas yang namanya Gurukul. Bedanya juga, tiga orang dalam 3idiots hidup dan berevolusi dengan sendirinya, mereka tidak memiliki seorang inspirator dan motivator khusus selayaknya sosok Shahruk Khan (aku lupa nama perannya) di Mohabbatein. Yang bikin beda lagi, hal yang paling identik dengan Mohabbetein adalah pemisahan mahasiswa-mahasiswi. Kayak pondokan ajah..Nah kalo di ICE, iklim kompetisinya yang lebih kental. Konon universitas ini adalah universitas unggulan yang barometer keunggulannya—salah satunya—ditentukan oleh seberapa banyak calon mahasiswa yang DENIED alias tertolak saat akan masuk pada universitas ini.
Satu hal lagi yang menyamakan antara dua film ini adalah karena digambarkannya sosok seoang leader yang—ampuuuuuuuun—killer banget. Di Mohabetein, aku lupa namanya. Cuma diperankan oleh Amitab Bachan. Sedangkan di 3idiots, namanya Viru Shastrabuddhi. Dua rektor ini adalah orang yang sama-sama terlampau idealis dan bikin sengak mahasiswa. Kesamaan nasib pula, karena idealismenya yang terlalu membabi buta, dua rektor ini terpaksa harus kehilangan darah dagingnya yang ‘menolak’ idealismenya dengan cara merenngang nyawa,,Namun kehilangan anak kandungnya ini pun belum cukup membuat dua rektor ini untuk re-examining, seberapa efektifkah idealisme yang mereka miliki.
Mmm…three idiots menghadirkan tiga mahasiswa yang tidak sengaja menjalin pertemanan karena mereka tinggal sekamar, dalam sebuah asrama yang nampak sebagai asrama universitas. Mereka adalah, Ranchhoddas (Shamaldas) Chancad, Raju Rastogi, dan Farhan Qureshi. Aku malah ga tau nama lengkap tiga cowo yang diceritakan di Muhabbetein (taunya cuma Karan—Kiran—Shamir—Shanju—dan Fiki—Ishika). Tiga orang, tiga cita-cita, dan tiga karakter yang berbeda. Jika hal pertama yang paling identik dengan Raju adalah kepercayaannya terhadap dunia mistis yang terlalu pwol, maka Farhan adalah orang yang selalu ingin mendokumentasikan segala hal yang dilihatnya dalam kamera yang selalu ia bawa ke mana-mana. Beda dengan Rancho. Dia adalah orang yang unik dan selalu ingin mendobrak segala hal yang sudah mapan dan dirasa sudah perlu diubah. Sebab itulah Rancho kemudian menjadi inspirator kawan-kawannya yang lain.
Cerita ini sebenere pake alur maju-mundur. Dan jika mau digambarkan dengan satu dua kata, maka alur film ini adalah..kejadian super menjengkelkan yang kemudian membawa cerita paling membahagiakan…Gara-gara si Chatur Ramalingam yang kurang gawean bikin perjanjian-perjanjian ga jelas, akhirnya ketiga sahabat itu kembali bertemu.. Sulit juga jika harus menceritakan pilem ini sesuai dengan skenario alur maju-mundurnya…Tapi, tak coba urutkan paku alur maju ajah, biar mudah…
Jadi dahulu kalaaaaaaaaaaaaaaa…Seorang yang dipanggil Rancho di ICE adalah seorang anak tukang kebun yang biasa dipanggil Chotee. Ayah ibunya meninggal saat ia masih kecil, sehingga anak ini ‘diasuh’ oleh majikan ayah ibunya. Ya bukan diasuh sih..istilane, dia tinggal di situ dan bantu-bantu layaknya anak kecil lah…Mengerjakan apa yang bisa dikerjakannya. Jadi ya…cukup menguntungkan juga. Yang lebih penting, selama masa kecilnya ini, si Chotee suka banget belajar, sampe dia bisa ngerjain soal pelajaran kelas 10 saat dia kelas 6. Sialnya saat itu, si Chotee selalu mengatasnamakan dirinya dengan nama anak majikannya yang males belajar. Penyamaran ini akhirnya ketauan sehingga Chotee kecil harus menerima konsekuensi yang dibebankan oleh si majikan..Ia harus melanjutkan sekolah dengan mengatasnamakah anak majikannya, Rancho.
Ada enak dan ga enaknya buat aku, tapi so Chotee ini tetap menerima dan menjalani semua konsekuensi itu..Yang ada di pikirannya cuma satu, dia ingin belajar dan untuk belajar, ia bisa melakukannya di mana-mana. Termasuk dengan menggunakan nama orang lain. And finally, dia lulus masuk di ICE dan memiliki dua orang teman sekamar yang akhirnya menjadi sahabat sejatinya. Kamar C 24 yang mereka diami menjadi tempat bermulanya segala hal, bermulanya mereka menemukan diri yang sebenarnya.
Ada cerita lucu saat pekan orientasi ato..apalah istilane buat mereka. Yang jelas tu pekan penggemblengan di asrama (ato di universitas?) dan inilah kali pertamanya si Rancho menunjukkan bahwa dia bukanlah mahasiswa biasa. Keren banget pas dia ngerjain si senior yang –ampuuuuuuuuunn—sok-sokan banget di depan para mahasiswa baru. Lha masa dia sampe ngencingin kamar si Rancho karena Rancho dak mau nuruti perintahnya. Untungnya dalam waktu yang tidak lama itu, Rancho segera menemukan ide dan berhasil dengan kesuksesan penuh memberi pelajaran pada senior yang pwol sok-sokan itu..He, dia kesetrum dan penghantarnya adalah kencingnya sendiri..Rasain, moral storynya adalah…JANGAN SOK-SOKAN terhadap JUNIOR, karena bukan tidak mungkin kena batunya. Jadinya bukan hanya senjata makan tuan, tapi senjata membunuh tuan. Kuuuuuuuuullllllllllll…
Keajaiban kedua yang ditunjukkan Rancho pada hari-hari pertamanya di universitas adalah saat ia mendapatkan semi-kuliah umum dari sang rektor (yang belakangan menjadi mertuanya). Pagi itu, dengan gaya yang juga sok-sokan, si rektor mengucapkan salam selamat datang pada mahasiwa baru sekaligus memberikan motivasi agar mereka bisa berkompetisi dan menseriusi studinya di ICE. Pas itu si rektor juga sempat menunjukkan pena yang diterimanya sebagai hadiah penghargaan dari sang dosennya dahulu kala. Dan dia juga bilang, akan memberikan pena itu kepada mahasiswanya yang bisa menyamai dirinya. Meski sudah 33 tahun ia menunggu kedatangan mahasiswa itu namun tak kunjung dateng. Kalo di kampusku, tu pena mungkin bisa disamain dengan pin emas kali yeeeeee…Cuma prosedur dan kualifikasinya berbeda kaleeeeeee….
Keajaiban ketiga, si Rancho berhasil bikin seorang dosen malu setengah mampus saat dosen normatif tersebut ga mau menerima penjelasan Rancho yang coba menggunakan new theory yang lebih simplified. Pas itu si Rancho lagi disuruh jelasin definisi mesin, tapi dia memberikan penjelasan yang dak sama dengan buku meski esensinya sama. Akhirnya si Rancho dikeluarin—mungkin ini adalah senjata dosen saat tidak mau mengaku bahwa mahasiswanya, dalam satu moment saja, ternyata punya sesuatu baru yang bahkan belum pernah dipikirkannya—dari kelas dan di momen ini dia menunjukkan kehebatannya yang lain…Menjelaskan definsi buku. Aku masih inget bagaimana dengan wajah charmingnya dia mengatakan yang demikian…INSTRUMENT AND RECORD, ANALYSE, SUMMARISE, ORGANIZE, DEBATE AND EXPLAINED INFORMATION THAT ARE ELASTATIVE AND NON-ELASTATIVE HARD BOUND PAPER BAG-JACKETED NON-JACKETED WITH FORWARD INTRODUCTION, TABLE OF CONTENT INDEX THAT ARE INTENDED FOR THE ENLIGHTMENT UNDERSTANDING ENHANCEMENT AND EDUCATION HUMAN BRAINS OF SENSE IN ROOT OF VISION SOMETIMES TOUCH! Dan inilah salah satu momen saat aku melihat tawa si Farhan lepas banget..Natural seakan bukan di depan kamera, tapi di alam nyata. Lepass..Lepas banget…
Berbeda dengan si Raju yag karakternya –bisa dibilang—jauh lebih melow dibanding Farhan maupun Rancho. Raju maupun Farhan sebenere sama-sama memiliki masalah dengan keluarga mereka, yang ujung-ujungnya adalah masalah ekonomi. Mereka berdua menjadi tumpuan harapan keluarga dan sebab itulah, semua materi pun dilimpahkan agar mereka bisa menjadi insinyur…Dan harapan ini cukup ‘terancam’ saat mereka berkali-kali bermasalah dengan rektor maupun universitas…Hmm…Back to Raju. Dalam film ini, Raju pernah berkali-kali menitikkan aer mata dalam adegan yang emang cukup mengharukan. Tapi kupikir orang ini memang lebih cengeng dibanding dua temennya yang lain. Pertama kali aku melihat air mata Raju adalah pas dia panik ayahnya sakit namun akhirnya bahagia karena ternyata ayahnya berhasil diselamatkan dengan perantara Rancho. Kebetulah saat itu mereka masih renggang, sehingga air mata tersebut juga menjadi ucapan terimakasih dan janji bahwa mereka akan kembali bersama seperti semula. So swiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittt…Air mata Ranju kembali menggenang saat dia dihadapkan pada pilihan yang sulit di kantor Virus (sebutan bagi rektor, Viru Shastrabuddhi). Pilihane simalakama bener..Dia atau Rancho yang dikeluarkan. Uda, abis itu dia ambil shortcut dengan bunuh diri..Untungnya ga sampe mati…
Raju hospitalized dan aku sangat terkesan dengan adegan saat aku liat Rancho (dengan mengendarai skuter Phia) heboh banget mendahului laju ambulan untuk bisa segera sampai di rumah sakit, meski malah kesane kayak petugas parkir ato penertib lalu lintas jalan…Bajunya penuh dengan darah Raju yang mengucur deras setelah dia melompat dari lantai –kalo ga salah—empat kantor Virus. Dan beginilah, air mata Raju kembali menggenang pada momen lain, saat ia berhasil mendapatkan pekerjaan, sesaat sesudah dia keluar dari rumah sakit dan bahagia pwol mendapati si Farhan juga telah berhasil menjadi diri sendiri dan menemukan hidupnya –serta telah berhasil meyakinkan orang taunya—bahwa ia adalah fotografer, tidak bisa dipaksa menjadi insinyur…
Cerita ini juga tak akan heboh jika tak ada tokoh yang bernama Chatur Ramalingam. Tokoh yang super duper oon dan culun (karena kancing teratas kemejanya selalu dipasang) ini adalah seorang yang sebenere pinter tapi cukup licik. Lha dia selalu mencari kesalahan orang lain (terutama Rancho dkk) dan berpandangan bahwa untuk mendapatkan nilai yang tinggi, dia tidak hanya harus belajar dengan giat, namun juga menjatuhkan nilai temannya. Secara otak, sebenere anak ini bisa disejajarkan dengan Rancho (terbukti salah satunya dengan posisinya yang pas di bawah Rancho), cuma karena dia terlalu oon, culun, licik, plus ga cerdas, jadinya dia seriiiing banget terbodohkan dengan kepintarannya sendiri. Aku inget pas masa orientasi mahasiswa baru, si Chatur ne dipermainin abis-abisan ma senior. Lha suruh siapa dia oon banget dan mau ajah disuruh ngelakuin hal yang sebenere bisa menjatuhkan derajat dia sebagai orang yang pinter…jadinya pinter tapi goblok orang ini, ceroboh lebih tepatnya…
Yang bikin si Chatur juga mudah dioon-in adalah karena dia kurang gitu ngerti Bahasa India…Dak salah juga jika kemudian ada adagium yang menyatakan bahwa, jika ingin selamat dari tipu daya suatu kaum, maka terlebih dahulu kau harus menguasai bahasa kaum tersebut. Bener banget! Andai ajah Chatur dak terlalu oon dan terlalu berpegangan saklek pada teks, dia tidak akan sukses malu-maluin kampusnya dalam TEACHER’S DAY. Hehehe…ne juga karena dikerjain ma Rancho yang ingin ngasih pelajaran pada si curang ‘Chatur’ sekaligus menyadarkan teman yang begitu dikasihinya, yakni Raju—pas itu Raju uda pindah lokomotif, sekamar ma Chatur-. Rancho mengubah KEAJAIBAN (chatmakar) menjadi CABUL (batatkar). Dan pidato itu pun dibawakan dengan penuh wibawa oleh Chatur. Ga kebayang gimana suksesnya dia bikin malu kampus di depan perdana menteri, Shri RD Tripati Ji. Pak rektor mpe harus mengkonsumsi obat penenang untuk merenggangkan syaraf-syarafnya…heheheh..
Dan peristiwa ini pulalah yang menjadi awal dan sebab dari reuni tiga sahabat ini setelah mereka berpisah dalam waktu lumayan lama. Saat itu Chatur tau kalo dia dikerjain ma Rancho dan Farhan (berhubung saat itu si Raju sedang ‘in gap’ dengan keduanya)..Dia marah banget dan menemui Rancho plus Farhan yang tengah ketawa penuh kemenangan di atas atap kampus. Nah…saat ini pulalah si Chatur dengan sok-sokan bikin perjanjian ga jelas, bahwa mereka akan bertemu sepuluh tahun mendatang di tempat dan tanggal yang sama, meski pastinya dalam tahun yang tidak sama. Perjanjian yang sebenere ndak disetujui secara legal dan meyakinkan inilah yang pad akhirnya menjadi awal sebuah kausalitas besar…
Jadi agaknya bagian ini emang harus aku penggal dulu, sebab jika harus diceritain sampe selese, waktunya jadi ga efektif dan akupun uda capek. Tak lanjutin lain waktu jika sempet. Bagian dua masih menyumpan cerita tentang banyak hal. Tentang hukuman-hukuman yang mendera 3 idiots, FARHANitrate, preRAJUlisation, ALL IZZ WELL, Joy Lobo, tentang orang tua, teori-teori guru besar Ranchoddas, cerita cinta, EVERYTHING IS FAIR IN LOVE AND WAR,
kesuksesan studi, arah hidup dna jati diri, Phunsuk Wangdu, dan terungkapnya siapa Rancho sebenernya…Hmm…
Namun satu hal lagi, sebelum kututup bagian ini, mungkin satu hal yang sangat melekat di ingatanku adalah karena…Karakter tiap orang bisa dilihat dengan busana yang paling sering dipakainya. Hm, you wanna know? Cekidot in the next one..Epilognya, there’s nothing to be skipped in this valuable life…
1 comMentz:
sbnrnya ta... antara mohabbatein dan 3 idiots ni g smuanya sama... dan ada bedanya.. secara kasat mata kedua film ini mempunyai cerita yang kurang lebih sama, seperti yang kmu katakan... namun perbedaanya terletak pada pesan dari kedua film tersebut..
Mohabbatein: mengisahkan ttg persahabatn juga namun terlalu banyak berbicara mengenai cinta dan ini merupakan alur cerita klasik dari film2 india..
3idiots: tdk dipungkiri disini juga terdapat crta percintaan namun dari film ini yang sangat menonjol adalah mengenai pesan2 yang bermakna,,, seperti betapa indahnya persahabatan, bagaimana seharusnya seorang mahasiswa dalam menuntut ilmu...
mgkn aq g akan bilang semuanya disini dari pesan2 tersebut..
tp tggu ja ulasannya di blog ku y...
hahahhaha...
Posting Komentar