RSS

Senin, 23 November 2009

Suasana Baru di KampuZ..

Sejak beberapa hari yang lalu, di kampus ada pemandangan baru. Hm..Sekadar deskripsiku, jadi kampusku itu lokalnya terpisah jalan raya. Sehingga ada kampus barat dan kampuis timur. Nah, karena fakultasku ada di kampus timur, jadi aku paling sering jejakin kaki ke situ. Selain fakultasku, di sayap ini juga ada perpustakaan, multi purpose, student centre, GOR, rektorat lama, kantin, fakultas dakwah, dan ATM. Selain itu, semuanya (lima fakultas, rektorat, pusba, maskamp, dll) ada di kampus barat. Jadi dak ada tu istilahnya kampus I, kampus II, dan seterusnya seperti yang kerap aku lihat di PT laen. Ya, meski hotel kampusku adanya ndak di Sapen, tapi di Maguwo.

Nah,,terus, karena alasan lokal itulah, aku berani memprediksikan bahwa ada lebih banyak orang yang berkunjung ke kampus barat dibanding ke kampus timur. Jadi minoritas gitu aku. Tapi ndak apa-apa. Yang ingin aku ceritain bukan minoritas dan mayoritas itu. Jadi sejak beberapa pekan yang lalu, di kampusku ada pemandangan baru berupa satpam yang nongkrong di areal taman yang nyambung ke parkiran samping fakultas dakwah. Jadi lucu juga ngeliatnya. Pasalnya sebelum itu ga ada. Yang tambah bikin lucu adalah karena satpam yang bertugas di situ tampak sangat kelelahan dan over kepanasan karena tidak adanya tempat yang representatif untuk mereka. Yang juga bikin aku lucu sekaligus kasian sama mereka adalah karena mereka serasa kewalahan ngelayani pengendara kendaraan.

Idealnya khan seorang penjaga parkir dan ato satpam itu ngehandle satu areal parkir ajah. Nah kalo diitung-itung, ada sekitar empat parkiran yang harus dihandle ma seorang satpam malang itu. Aku kadang dak tega ngeliat dia kewalahan meriksa STNK dan ato karcis parkir bagi yang dak bawa atau dak punya STNK. Yang ngantri juga ga kalah kewalahan. Kadang jadi panjaaaaaaaaaaaaaaang banget. Nach yang mau keluar dari kampus banyak banget, mulai dari birokrat dan mahasiswa, yang ngurus cuma satu orang. Ketimpangan ini tak jarang membuat pak satpam menyuruh pengendara kendaraa ngeloyor pergi tanpa terlebih dahulu memeriksan kelengkapan administrasinya (ih, lebay) namun tak pernah lupa menyelipkan sebuah senyuman. Aku dewe pernah ngalami pas lagi bonceng ma umi. STNKnya ada dalam dompet yang dompetnya juga nyellet di bagian tas yang paling dalam. Akhinya tu satpam dak mau ambil pusing dan segera nyuruh kami ngeloyor.

Aku sich, inginnya tukang parkir yang ada di masing-masing areal parkir juga dapat tugas seperti pak satpam. Jadi wilayah kekuasaanya lebih kecil tukang parkir, sebab ia hanya meng-handle semua kendaraan yang ada di arealnya. Di gerbang depan, pak satpam hanya bertugas merecheck ulang kendaraan. Jadi tugasnya ringan namun yang diurusnya banyak. Hal ini adil lah, dengan petugas parkir di areal yang kerjanya lumayan berat namun yang jadi tanggungawabnya secara kuantitas lebih sedikit. Hal ini buat aku dapat meminimalisir terjadinya kriminalitas di kampus, khususnya di area parkir. Ya, aku mungkin masih sakit hti karena helm MDSku pernah menelan dan tertelan luka di area parkir.

Ya aku sich dak tau apa dan bagaimana alasan pihak elit kampus bikin kebijakan yang demikian. Jadi ya, tulisan ini hanya lahir dari subjetivitasku dan atas ketidaktahuanku. Hehehe. Tapi aku ancungi empat jempol dech, atas inovasi dan kemajuan ini. Khan dak enak juga kalo misalnya para pelaku kriminal (pencuri sepeda ontel, kendaraan bermotor, atau helm) dibiarkan bebas bernafas di kampus aku tercinta. Tapi ya itu, kasian satpamnya aku. Aku mah jarang ngampus pake motor, jadi dak gitu terganggu dengan keadaaan itu.

Pemandangan baru yang kedua aku lihat di jalan menuju kampus dari arah TPI. Jadi sebelah kanan jalan menuju kosku (kalo jalan dari timur) itu adalah trotoar yang biasa dilewati mahasiswa, biasanya ya emang mau ke kampus timur. Tapi dak banyak yang lewat di situ. Rawan kecelakaan sich, selain jalan di sebelah kanan (yang berarti ngelawan arus), ada tikungan tajem, dan jalan itu termasuk jalan yang disemuti pengendara. Jadi emang dak banyak yang lewat situ. Pengendara motor atau bahkan ontel pun sering lewat di depan minhaj demi menghindari kemacetan di situ.

Nach, jadi sejak beberapa hari yang lalu juga, jalan di sebelah kanan itu dibantai abis-abisan ma petugas BM (Building Management) kampusku. Emang bagus sich, ada trotoar khusus. Dipagar lagi. Aku bisa memanfaatkannya kalo abis dari tempat rental. Tapi aku malah kasian ma pedagang kaki lima yang biasa mangkal di sana. Beh…Yakin. Aku uda hafal wajah-wajah, gerobak, dan apa yang mereka jual. Dari mulai bengkel (kalo ndak salah namanya SINYO), konter mini, tempat buat stempel dan afdruk foto, agen koran, hingga kalo malem yo…pedagang lalapan di situ. Secara otomatis mereka tergusur dan harus segera mencari tampat lain. Bayangin aku berada di posisi mereka bikin aku miris banget.

Aku sering ngisi angin di bengkel SINYO. Sekarang lokasinya uda pindah ke sebelah selatan warung padang. Penjual koran, stempel, dan afdruk gantiin tempat dan gerobaknya pedagang roti bakar, penjual lalapan entah ke mana, dan U Cell masih di situ. Dua pemandangan yang, sebenarnya buat aku memberikan sebuah paradoksa yang sangat dilematis. Di satu sisi kita tidak bisa lantas mengabaikan nurani namun di sisi lain kita juga harus patuh pada aturan sosial.

Ya, hidup memang seringkali menyajikan paradoksa-paradoksa yang tak berkesesudahan. Dan juga beberapa hal yang ironis. Termasuk jembatan layang yang menghubungan kampus barat dan kampus timur. Megah namun tak ramah. Sudah jadi dan kuat namun belum ada yang bisa melewatinya. Penyelesainnya uda sempurna beberapa bulan yang lalu. Nama kampuskupun dengan bangga dicantumkan di situ, dengan font gede dan lighting yang tak kalah gemerlap. Membuat siapain terperangah saat melewati jalan Adisucipto atopun jalan Solo. Sayang aku dan siapapun belum dapat idzin untuk menggunakan fasilitas itu. Hm..sampai kapan ya? Jangan nunggu aku wisuda lah..Kelamaan. kasian akunya juga…Hehe…Well, kembali lagi pada subjektivitas dan ketidaktahuanku.

Ngur serngutan, 24 Nove, 2009. 09.26.

0 comMentz: