RSS

Jumat, 20 November 2009

My Mother

Who should I give my love to?
My respect, and my honor to?
Who should I pay good mind to?
After Allah and Rasulullah?
Comes your mother, who next? your mother, who next? your mother
And then your father

Kepada siapakah harus kuberikan cintaku?
Harus kutunjukkan rasa hormat dan ketulusanku?
Dan harus pada siapa aku berpikiran positif?
Setelah pada Allah dan Rasullah?
Pada Ibumu. Lalu pada siapa? Pada Ibumu. Lalu pada siapa? Pada ibumu. Kemudian, pada siapa? Barulah pada ayahmu

Coz who used to hold you?
And clean you dan clothe you?
Who used to feed you and always be with you?
When you were sick, stay up allnight
Holding you tight, that’s right, no other
My mother

Sebab siapakah yang biasa memelukmu?
Memandikan dan memakaikan baju padamu?
Siapa yang biasa menyuapimu dan selalu ada di sampingmu?
Dan saat kamu sakit, siapa yang begadang menjagamu?
Memelukmu erat?
Ya, benar..Ibumulah yang melakukannya..Bukan siapa-siapa.

Who should I take good care of?
Giving of my love..
Who should I think the most of?
After Allah and Rasulullah
Comes your mother, who next? your mother, who next? your mother
And then your father

Aku harus memberikan perhatian penuh pada siapa?
Memberikan sepenuh cintaku?
Siapakah yang harus berada di urutan terpenting,
Setelah Allah dan rasulullah?
Ya, pada ibumulah kau harus memberikan semuanya. Lalu pada siapa? Pada ibumu. Kemudian pada siapa? Pada ibumu. Lantas, pada siapa? Barulah pada ayahmu.

Coz who used to hear you, before you could talk?
Who used to hold you, before you could walk?
And when u fell, who picked up
Clean your cut, no one but your mother
My mother…

Sebab siapakah yang terbiasa mendengar gumammu sebelum engkau bisa bicara?
Siapa yang biasa menggendongmu sebelum kamu bisa berjalan?
Dan membangkitkanmusaat kamu terjatuh?
Kemudian membersihkan lukamu?
Tak ada seorangpun yang melakukannya..
Selain ibumu…

Who sholud I stay right close to?
Listen most to? Never say no to?
After Allah and Rasulullah
Comes your mother, who next? your mother, who next? your mother
And te\hen your father

Pada siapakah aku harus senantiasa mendekat?
Selalu mampu mendengarkan ucapnya, dan tidak pernah berkata tidak?
Setelah pada Allah dan Rasulullah?
Ibumulah orang itu. Lalu siapa? Ibumu. Kemudian? Ibumu. Barulah kemudian ayahmu.

Coz who used to hug you, and buy you new clothes
Comb your hair and blow your nose
And whe you cry who wipe yout tears
Knowa your fears
Who really cares?
My mothers..
Say Alhamdulillah..Thank you, Allah, for my mother,,,

Siapakah yang biasa memelukmu, dan membelikanmu baju baru
Menyisir rambutmu dan memainkan hidungmu
Dan saat kau menangis, siapa yang selalu menghapus air matamu
Memahami rasa takutmu?
Dan siapa yang benar-benar peduli padamu?
Ya, orang itu hanya ibumu.
Ucapkanlah Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, kau telah mengirimkan ibuku untukku.

Lagu ini uda lama aku tau dan aku denger. Gak pasti kapan, tapi masih aku saat di Annuqayah yang jelas. Lagu ini juga mungkin adalah salah satu di antara sekian banyak surat cinta yang ditulis dan dikirimkan pada sosok-sosok ibu di seluruh penjuru dunia. Alasan pertama aku suka lagu ini adalah karena penyanyinya anak-anak..jadi suara polosnya bener-bener jadi nilai yang dak terbandingkan dalam lagu ini.

Alasan kedua, liriknya menyentuh dan menggenangkan semua penjuru hati. Ah lebay. Artine lagu ini buat aku sedikit banyak menceritakan betapa seorang ibu adalah mahluk super setia terhadap putra-putrinya; yang selalu ada dalam semua keadaan, yang selalu siap dalam semua kebutuhan, dan selalu peduli dalam semua permasalahan. Emang bayanginnya aja uda bikin mellow. Dari capeknya hamil, pertaruhan nyawa saat melahirkan, malam-malam panjang yang diberikan sepenuhnya, dan perjuangan lain dech…Hingga kemudian sang anak dewasa. Sampai akhir idupnya pun, seorang ibu tetap tak pernah kehilangan dan kekurangan stock cinta yang akan diberikan pada putra-putrinya. Ya, bicara tentang jasa dan cinta ibu ini emang ibarat ngomongin aliran samudera; dak akan pernah putus dan dak akan pernah ada habisnya…

Alasan ketiga adalah karena lagu ini adalah salah satu perwujudan living hadist. Beh, mentang2 anak TH. Tapi bener, lagu ini memang diilhami dari sebuah hadist Nabi. Aku belum pernah menelusuri seluk beluk matan dan sanadnya, yang jelas hadist ini pertama kali tersave di otakku pas aku kelas I MTs dari kitab akhlak. Aku lupa nama kitabnya, yang jelas terdiri dari dua kata, sama-sama mashdar wazan taf’il. Jadi untuk memasyaratkan hadist ini pada anak-anak, si pencipta memilih opsi untuk mengemasnya dalam bentuk lagu, biar nyantolnya lebih cepat, juga mungkin lebih bertahan lama…

Jadi di sini itu ada improvisasi dari pertanyaan sahabat pada Nabi saat itu. Intine waktu itu sahabat tu (aku juga lupa sapa namanya) bertanya pada Nabi, siapakah manusia yang patut ia jadikan top of the top precious thing dan jadi the most of the most dalam kehidupannya. Mungkin ada hubungannya dengan asbabul wurud, Nabi kemudian memberikan taukid mpe tiga kali demi mengukuhkan bahwa ibunda adalah orang yang harus jadi prioritas…

Banyak juga kalimat-kalimat yang jadi indah banget. Semisal when you were sick, stay up allnight. Bener banget tuch. Aku liatnya pas adik2ku sakit, terutama saat mereka kecil, umik tuch biasanya standby sepanjang malem…kalo pagi biasanya mata umik memerah karena kecapean. Itu hanya beban fisik. Mana lagi beban psikologis. Umik biasanya keliatan morang maring murung pas ada salah satu anaknya yang sakit dan selalu cemas. Belum lagi kalo giliran diimunisasi, umik dapet bagian begadang lagi. Hal yang sama juga terjadi saat anak sulungnya yang uda gede dak mau diopname karena takut ma jarum suntik. Hehehehe…

Nach, kalimat yang juga membiusku adalah SHE USE D TO HEAR ME BEFORE I COULD TALK. Ya, nyambungnya malah bukan hanya ke umik..Tapi juga kepada orang-orang yang cukup terbebani dan terepotkan dengan masalah-masalah yang menderaku, orang-orang yang selalu bisa melihat bahwa senyumku menyimpan tangis, dan orang-orang yang selalu mau bersedia menjadi pendengar kesah bahkan tangisku…jadi tanpa harus ngomong pun, mereka uda faham bahwa ada trouble dalam diriku. Ayah misalnya. Great banget dia mahamin aku. Nyaris tanpa cela. Sikapnya yang tegas namun lembut telah bikin aku dak bisa untuk tidak berbagi segalanya dengan sosok ini. Oya, saat aku kecil, umik mungkin juga sangat bahagia saat pertama kali aku bisa bergumam, saat pertama kali aku bisa mengucapkan bahasa manusia..dan mungkin memanggil namanya. (Alasan yang paling logis napa umik sebahagia itu, karena aku anak pertama). Jadi sebelum momen kemampuan itu datang, suara-suara ancur dan gumaman sunyiku menjadi lagu yang paling nentramin buat umik. Mungkin sich gitu. Aku mah hanya menduga-duga saja.

Terus juga tentang, ALWAYS BE WITH YOU, WHO PICKED YOU UP WHEN YOU FELT, CLEAN YOUR CUT, WIPE YOUR TEAR WHEN YOU CRY, USED TO HUG, dan KNOWS YOUR FEARS, bagi aku lebih menggambarkan kedekatan emosional dan romantisme antara ibu dan anak. Sayang saat uda segede ini, aku merasa kurang begitu merasakan romantisme itu dengan umik. Mungkin karakter umik yang jauh berbeda denganku ato gimana. Perhatian umik lebih bersifat kongkret, seperti puasa diniatin untuk aku, cuciin baju aku, dan ngusahain aku agar tetap selalu modis semodis umik. Hehehe. Kalo romantisme2 itu hampir sepenuhnya aku dapat dari ayah. Karakterku kayaknya banyak ngdopsi dari ayah. Ayah demokratis dan fleksibel, meski tidak jarang fanatik. Jadi aku merasa comfort cerita hal segila apapun sama dia, diskusi tema apapun…Pokoknya he is my best…

Kalo kalimat COMB YOUR HAIR, BLOW YOUR NOSE, FEED YOU, CLEAN AND CLOTHES YOU, AND BUY NEW CLOTHES, tu menurutku baru sifatnya material gitu. Kalo masalah baju aku emang umik masternya. Aku bahkan bisa dibilang dak pernah beli sandang sendiri. Pasti umik yang ngurus, karena umik juga punya komunitas yang mungkin cukup intens ngomong masalah mode. Jadi aku tinggal terima jadi. Meski ya, aku juga sering iri-irian ma umik. Abiz umik kadang seleranya masih dak jauh beda ma aku, sehingga kami sering terlibar dalam aksi saling rebutan jilbab. Kalo masalah nyisirin rambut dan ngutilin idung, aku dak inget umik pernah melakukannya padaku. Ngutilin idung paling sering ayah..tentang nyisir rambut, pas aku masih SD, kayaknya bukan umik yang sisir rambutku. Ga tau sapa, aku lupa. Tapi kalo mandiin dan memakaikan bajuku, aku inget …biasanya pas aku mau berangkat SD. Dak tau sapa. Bisa umik, bisa mbah, bisa buk yah, bisa juga orang laen. Banyak opsi. Dan karena aku dak bisa kembali pada masa itu plus emoh investigasi, jadi aku ambil yang inget2 ajah. Btw kalo masalah nyuapin, kayaknya banyak yang pernah nyuapin aku. Hingga saat ini pun. Hehehe. Tapi momen yang paling aku inget adalah saat umik melahirkan Elton, aku TK saat itu, Pak Mink yang nyuapin aku.

Aspek ketiga yang aku dapat dalam lagu ini adalah adanya unsur etika dan atau kewajiban seorang anak terhadap ibu (baca: orangtuanya), yang tergambar dalam I SHOULD GIVE MY LOVE AND RESPECT TO, I SHOULD PAY GOOD MIND TO, LISTEN MOST TO, NEVER SAY NO TO, I SHOULD THINK THE MOST OF, dan I SHOULD STAY RIGHT CLOSE TO. Nach, kasarnya nich, bales apa yang uda dikorbankan dan diberikan Ibu kita. Emang dak mungkin ada bandingannya…Namun ketika kita sudah berusaha membahagiakan dan membuat ibu kita bangga terhadap kita, (dalam skala terkecil sekalipun) maka pada saat itu niat tulus yang kita punya juga bisa berarti sebuah balasan. Kalo ada hasil konkretnya, lebih bagus tu. Lha masa kita dak mau berbuat baik pada orang yang darahnya mengalir dalam tubuh kita dan mengorbankan hampir segala yang dia punya untuk kita?

Well, paragraf sebelumnya itu hanya buah dari kontemplasiku yang belum sempurna dan sifatnya teoretis. Aku selesein tulisan ini juga sepotong2, jadi konsentrasiku mau ga mau terpecah dalam beberapa fragmen itu. Ya ada telpon lah, aku yang ngantuk lah, listrik yang padam lah, ada teman ke kamarku, ada jeritan tanda ada sms di hpkudan hambatan lain…Tapi aku bener2 nargetin ne tulisan kelar. Itung2 kasian blogku kalo kesepian..

Aku sich sebenernya ga gitu supportif ma hadist ne. Tau kenapa? Ya karena aku serasa ga terima sosok ayah dinomorduakan. Jadi sebelum tau asbabul wurudnya, aku belum gitu ngeh gitu untuk kemudian mahami hadist ini secara tekstual. Jadi buat aku ayah itu adalah sosok best of the best dalam hidupku. Emang ayah dak pas selalu ada dalam semua keadaan, terutama pas aku kecil, tapi aku ngeroso comfort banget kalo bareng ayahku saat ini, utamanya saat ada masalah. Aku juga ngerasa ayah enak kalo bareng aku. Kami kompak gitu. Mungkin karena aku sedikit banyak mewarisi karakter ayah. Berusaha tenang dalam keadaan genting, berusaha menanam harapan saat putus asa lebih dulu tersemai, dan satu hal lagi; MENIKMATI KEADAAN!!!

Ya pada intinya, aku pikir dak ada yang perlu dibedain secara stratifikatif. Ibu nomor satu dan ayah nomor dua. Ato ayah nomor satu dan ibu nomor dua. Bicara perjuangan, keduanya sama-sama berjuang. Cuma bidangnya memang berbeda. Jika Ibu uda susah-susah hamil dan melahirkan, ayah khan juga banting tulang cari nafkah. Everything and everyone has their place and their role. Jadi keduanya kudu sama-sama dihormati. Tapi cara mendekati dan menghormati mereka juga harus disesuaikan dengan karakter dan pembawaan masing-masing. Aku misalnya, harus bisa mengetahui hal apa yang paling bikin umik bahagia. Misalnya prestasi akademik, pola hidup yang bersih, dan pola pikir yang dewasa. Beda ma ayah, ayah tu lebih bahagia jika aku bisa tegar dan luwes, bisa bersikap sewajarnya dan bisa memandang hidup dengan bijaksana.

Jadi ya gitu…aku berharap asbabul wurud ini adalah karena ada seorang anak yang durhaka ma ibundanya. Mungkin karena sang ibu uda tua sedang dia masih kuat dan sehat, maka si anak sering membentak si ibu ato gimana lah, yang deket2 ma itu. Jadi brulah nabi ngasih warning demikian. Ya, itu hanya sebatas dugaan. Eh, tunggu dulu..aku termasuk anak yang durhaka ndak ya, ma umik? Ndak dech…dak sampe separah itu. Beh. Apologinya tak berkesesudahan…konflik itu khan biasa, yang penting sekarang aku uda banyak belajar dari kejadian itu dan emoh mau mengulangi lagi…

Tapi kenapa surat cinta dan puisi rindu itu kebanyakan dilamatkan pada sosok ibu? Hampir tak kutemukan ada syair untuk ayah…Hanya dikit kalopun ada. Mm…Aku memang merasa sosok ayah ternomorduakan dalam hal ini.. ada dak terimanya juga Asumsiku, karena ibu cenderung lebih dekat secara emosional. Lebih halus dan lebih mau berbaur dengan anaknya dibanding ayah yang sosoknya berwibawa dan bersahaja. Tapi itu dak dialami oleh semua orang koq. Ya termasuk aku. Wah, pengalaman pribadi lage yang diceritain…

Epilog tulisan ini,, adalah bahwa kita harus mau menyelami karakter seseorang untuk bisa memahami dia kalo kita juga mau dimengerti olehnya. Penyelaman karakter itu dak sulit koq. Kita hanya tinggal membangun komunikasi dan belajar berdamai dengan keadaan dan ego kita. Mengalah kadang menjadi sebuah keharusan. Ya, gampang teorinya sulit praktiknya. Tapi yang pasti, penyelaman karakter itu menjadi sebuah keniscayaan yang harus kita lakukan demi membina hubungan baik dengan semua orang, terutama orang-orang tersekat kita.

Jogja Mendung, 21 Nove, 2009. 07.03

0 comMentz: