Buat aku dulu, weekend atau akhir pekan yang amat sangat ditunggu adalah hari Kamis dan Jumat. Pada dua hari itu, kegiatan di pondok biasanya tidak akan semembosankan hari-hari biasa. Ga da sekolah, ga ada jam belajar, ga ada jadwal kursus dan les, ga ada pengajian, dan semuanya free-free. Bebas mau ngapain ajaaaaaaaaaahhh…Ya, meski memang, di akhir pekan itu, aku biasane sulit untuk bisa bebas dari apa yang bernama piketan. Hmmmmm….Ya karena memang begitulah porsinya.
Naaaaaaaaaaahhh, sejak kuliah, ada shifting paradigm di sini. Hehehe. Maksudnya adalah pergantian atau pergeseran jadwal weekend. Hari yang kutunggu-tunggu semenjak menjadi mahasiswa adalah hari Sabtu dan Ahad, tidak lagi hari Kamis dan Jumat. Sabtu-Ahad kuliah libur, jadi aku bisa sesuka hatiku membuat skejul dan berselancar ke mana-mana tanpa harus berkompromi dengan jadwal kuliah. Dan lagi-lagi hal yang sama terulang, weekend kerap banyak kuhabiskan dengan aktivitas nyuci-nyetrika-bersih-bersih; tugas yang sering terbengkalai karena padatnya jadwal perkuliahan.
Namun kali ini ada yang beda. Weekend pertama di bulan Oktober ini benar-benar bikin hepi..Sabtu-Ahad aku aktif di jalan alias jalan-jalan dan tidak mendekam di kos, seperti yang biasa kulakukan. Pas hari Sabtu, aku ikutan temenku (namnya Unyil) dan mbak-mbaknya untuk attending international seminat at Muhammadiyah university of Yogyakarta. Hohohohoo..Maksude untuk ikutan seminar internasional di UMY. Cerita berawal ketika pas hari Kamis, di siang yang terik, aku lagi kebagian shift untuk jemput Unyil di rumahnya, sebab jam setengah 1 pas itu kami berdua ada kuliah. Setelah menghubungi dosen yang bersagkutan dan beliau bilang tengah berada di Jakarta, kami berdua pun kegirangan dan menghabiskan spare time itu dengan rujak party; bertiga ma mba’e Unyi, mba Intan. Dari forum itu, Unyil ngajak aku untuk ikutan acara yang akan digelar hari Sabtu itu. Aku belum berani mengiyakan, cuma emang pas denger kata ‘internasional’, aku sudah tertarik.
Mengapa begitu? Alasan yang paling utama dan terdepan adalah karena aku belum pernah mengikuti seminar internasional. Jadi, penasaran ajah kayak apa format acarane. Samakah dengan seminar-seminar yang biasa aku ikuti di teat perpus? Atau ada yang berbeda? Kalo ada, terus bedanya apa? Hmmmmm….Trus, ini lagiiiii…alasan pragmatis. Dapet sertifikat. Beeeeeh..Akan sangat ok tu, namaku terpampang di sertifikat seminar internasional. Event pertama pulaaaaaaaa…Transport gratis pula…Hehehehehe…
Ok, berangkat dari beberapa alasan itu dan keadaan yang tengah berbaik hati padaku, siang yang cerah itu, Unyil datang menjemputku ke kos setelah aku makan dan mandi seadanya. Hehehehe. Sempat keburu-buru juga, tapi ternyata sampae tempate Unyil, aku masih bisa berleha-leha melewatkan waktu dengan bersantai. Mba’e Unyil yang pertama, Mb Dhian, pas itu lagi sibuk ngubungi beberapa nomor di hapenya untuk menangani masalah akomodasi alias penjemputan bernama kendaraan taksi. Namun, hambatan pertama hari itu, tak ada taksi yang bisa menjemput penumpang di daerah Banguntapan barat (daerah rumane Unyil) dalam waktu tidak lebih dari 1 X 30 menit. Pas itu uda jam setengah sepuluan, dan acara mau dimulai jam sepuluh. Aku bisa baca pas itu Mba Dhian cukup panik, biasalah dikejar waktu. Tapi akhirnya dia tersenyum dan segera mengistruksikan aku, unyil, dan bk intan untuk segera bersiap berangkat. TAPI PAKE MOTOR, MASIH BUKAN TAKSI…
Seperti biasa aku bonceng Unyil. Di perjalanan itulah aku baru faham mengapa kami berempat masih terlebih dahulu harus make motor, mau ke mana kami, dan hal-hal lain yang lima menit sebelumnya masih membingungkanku. Namun sayangnya, tak sempat aku berpikir banyak hal dan menikmati jalan di Sabtu yang indah itu, hujan datang ga pake permisi ga paket peluit petir, SAMA SEKALI. Langsung deras mengguyur. Mau ndak mau kami berempat dan beberapa pengguna sepeda motor masih harus berteduh di pinggir jalan. Ada yang mau mengenakan jas hujan terlebih dahulu dan kemudian melanjutkan perjalanan atau sekadar menunggu hujan reda karena emang ga bawa jas hujan. Sayangnya, aku tak bawa jas hujan. Jadiiiii,,,di tengah kesialan itu, aku masih berlindung pada aji kemujuran minimalis. Mengenakan setelah celanan jas ujan unyil yang berwarna kuning ngejreeeeeeeeeng dan difitkan dengan dua lenganku. Minimal, tak basah terlalu komplit laaaaaaaaaahhh..Mb dhian dan mb Intan juga tidak jauh berbeda. Mereka berdua hanya menggunakan satu jas ujan yang dibuat berdua…Kami berangkat kembali…
Di jalan, ujan masih turun dikit-dikit meski tak sederas pas pertama tadi. Tapi ya tetep ajah, kami semua basah kuyup. But show must go on, kaidah ini terutama berlaku pada bk Dhian yang jadi sahibul bait acara yang akan kami hadiri itu. Proctive belt-nya adalah…KAMI HARUS MENGGANTI KOSTUM YANG UDA BASAH DENGAN KOSTUM YANG MASIH KERING. Andai aja aku ga bareng sama mereka, aku pasti ga akan susah-susah ganti kostum. Toh ntar juga nae mobil dan akan digaringkan oleh waktu dan angin. Tapi keadaannya berbeda. Karena pas itu aku berada dalam sebuah rombongan yang semua anggotanya pada mau ganti kostum, akhirnya aku manut juga. Tapi, kostumnya siapa????
Aku juga ga habis pikir dan ga pernah bisa membayangkan, kalo aku akan meminjam pakaian orang yang bener-bener fresh know alias BARU PERTAMA KENAL, dalam keadaan yang super duper darurat lagi. Tapi memang, kenyataan tidak bisa disimetriskan dengan bayangkan. Setingnya di tempat kose Unyil yang dulu, yang juga bersebelahan dengan kediaman si nara sumber seminat. Dan saat itu, aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi dan bersungkan-sungkan. Mantan kosmate Unyil yang juga akan ikut di acara itu dengan sigap dan tanpa ragu mengeluarkan seperangkat pakaiannya dari dalam lemari bajunya dan menyuruh kami berempat untuk segera memilih kostum baru. Bener-bener tak da waktu untuk berbasa-basi. Wis tumpek blek, semuanya pada ganti pakaian, dandan, pake jilbab, dan akhirnyaa…semua beres. Tinggal berangkat. Taksi yang sedari tadi menunggu di luar pager juga mungkin uda kesemutan nungguin kami kelamaan, bahkan sebelum aku dkk dateng. Aku bahkan tak sempat bercermin dan menertawai diri sendiri, betapa oonnya aku saat itu, dengan kostum itu, dengan kelelahan itu, dan dengan semua yang berujung pada tajuk, HARI YANG ANEH.
Wis, lunga. Di depan, si sopir bersanding dengan si narasumber mantan tetangga kose Unyil yang bernama M.A.B.E.L , bule asal Amerika Latin. Aku merasa sulit untuk mengingat nama bule ini. MABEL, MABEL, entah tulisannya bener apa ngga. Yang jelas, aku menggunakan kata FABEL (cerita binatang) untuk mengingat nama bule ini. Fabel lebih akrab di telingaku, sehingga kemungkinan besar aku akan lebih mudah mengingat nama ni bule dengan wasilah fabel. Tapi dasar akunya yang lola, di akhir acara seminar, saat aku kembali mengingat-ingat nama bule ini, yang keluar dari otak dan mulutku malah BAWEL. Hahahaha. Bk Intan cekikian sambil memberitauku nama si bule yang bener. MABEL, bukan BAWEL. Abis ampir sama seiiiiiiiii…(Nyambung lagi ke yang di atas), dan di belakang, tumpek blek, aku, unyil, mb ient, mb dhie, dan si mantan kosmate unyil yang ternyata bernama mb ncet.
Dan di acara, semua berlangsung seperti biasa. Meski sempat berkecil hati karena ga dapat gud seat (baca: ga kebagian kursi karena terlambat), akhirnyaaaaaaaaa…I got a good seat. Yauda, dengerin ajah..sambil sesekali ketawa dan mengerutkan alis. Jadi tema seminar pagi itu adalah perbandingan kultur Mesir dan Columbia. Abis presentasi, forum langsung ditutup tanpa ada sesi dialog. Mungkin formatnya memang begitu, atauuuuu..karena diburu waktu. Entahlah, yang jelas dan pasti kebenarannya, aku dapat privelege tiket free dengan hanya menggunakan password, “adknya mb Dhian”. Hohohoho..So swiiiiiiiiiiiiit…Tak perlu identifikasi sidik jari. Cukup dengan kalimat singkat yang bertuah..
Ya, itulah cerita singkat tentang seminar internasional pertama yang aku ikuti, plus juga tentang kunjungan pertama ke UMY. Hehehehe. Jane aku sering muter2 di wilayah Gamping ne, tapi baru ini ada takdir untuk masuk ke PT yang—kata Mada—adalah PT dengan biaya termahal se-Jogja. Wallahu a’lam laaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh…Kesannya gado-gado lah, tapi aku banyak mendapatkan pengalaman dan input baru laaahh..meski tak harus aku tulis di sini. Dari dua pembicara, aku lebih ngeh terhadap pembicara pertama, karena dia adalah native Mesir yang bukan Englishmen asli. Dalam arti, bahasa Inggrisnya masih amat banget bisa dimenegerti. Cukup berbeda dengan si Mabel yang logat Spanyolnya masih amat banget kental. Aku berulang kali cekikian saat mendengar Mabel mengucapakan A LOT [Inggris, banyak] (dengan bacaan Indonesia, sehingga kedengeren seperti dia bilang alot). Waaaaaaahhh..aku malah uda lupa ma nama si pembicara pertama. Intine dia tu orang Mesir yang idungnya mancung plus merasa sangat bangga sekali karena bisa berbahasa Jawa kromo injil. Hohohoho, seperti itu pula juga mungkin, rasanya, saat aku bisa ngomong ma bule dengan bahasa mereka. Hehehehe. Tapi yaaaaa…gradasinya beda. English khan international languange, kalo Pall Mall, another international languangeeeeee…Eh, jaka sembuuuuuuunggg
Dari kejadian ganti kostum dadakan yang serba spontanitas itu, aku belajar satu hal. Bahwa dalam keadaan apapun dan situasi bagaimanapun, satu-satunya hal yang bisa menjadi senjata manusia adalah KEBESARAN HATI; kebesaran hati untuk berkompromi dengan keadan yang tidak diinginkan, untuk menerima hal yang tidak diharapkan, untuk mencoba suatu hal yang belum sama sekali terpikirkan, dan untuk menghadapi jalan di depan, seberapapun sulit dan menyeramkannya. Hehehe. Sok iyes.
Buat Mb Dhie, Mb Ient, Unyil, Mb Ncet, Mabel, Supir taksi (Pak Rudi), dan semua kejadian plus pelajaran hari itu, thanks a lot…
0 comMentz:
Posting Komentar