RSS

Senin, 13 September 2010

GARA-GARA KKN

Tulisan dengan tajuk itu jane uda dulu banget ingin aku kerjakan. Tapi aku selalu merasa belum menemukan waktu yang tepat. Khawatir ada yang masih tercecer dan akhirnya ga terkover hingga kemudian menjadi GA ASYIK. Hehehehehehehe. Tapi, kalo terlalu disemedikan, aku juga kuatir bakal ada lebih banyak terkover. Jadi..Cari jalan aman saja. TULIS sekarang atau tidak sama sekali. Kalimat bernada ancaman semacam itu kerap cukup sukses membuat aku tidak lagi duduk dengan kemalasan dan apologiku yang kadang berlebihan.
Well, tulisan ini jane ingin aku khususkan untuk menuliskan perkembangan dan perubahan—dengan titik signifikansinya sendiri-sendiri—yang kurasakan setelah mlewati masa-masa KKN yang bener-bener gado. Semuanya ada di sana. Seneng, sebel, males, ketawa, jalan-jalan, marah-marahan, dapet cerita baru, dapet temen baru, dapet apalah banyak. Meskipun sebelumnya aku pernah memberikan statamen (whaaaaaaa…Gatau di mana, mungkin di pikiranku sendiri) bahwa KKN tak banyak mengubah aku yang BEFORE dan AFTER, namun ada banyak hal yang berubah dan perubahan itu terjadi dalam momen KKN.
Apa saja? Lets cekidot…
Yang pertama dan utama, aku punya banyak temen baru dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Temen-temen yang awalnya ga sama sekali aku kenal tiba-tiba harus menjadi orang-orang yang mewarnai hariku selama dua bulanan. Meski tidak semuanya akrab dan deket, akan tetapi sebagian besar di antara temen-temen baru itu ternyata asyik dan nyenengin, sehingga mereka tak lagi menjadi temen biasa, namun sudah lebih dari itu..Ya, bisa dikatakan SAHABAT dan atau SAUDARA (meski kakakku hanya akan tetep satu). Intensitas pertemanan ini khususnya terjadi antara aku, Dyan, Pita, Wanda, Bunda, Jojo, Huda, dan Robie. Sama yang laen bukan ga deket, cuma kalo mau dibikin perbandingan superlatif, jadinya ya gitu.
Masing-masing temen baru itu menorehkan kenangan tersendiri buat aku. Kenapa Dyan yang kusebut pertama adalah karenaaa..(hm, semoga dia tidak GR), Dyan adalah temen akrab yang asyik plus tidak sombong dan selalu mengobarkan jiwa patriotnya. (Apa pula nech, bahasa)..Aku banyak belajar dari Dyan. Dari sikapnya yang jauh dari kesan eksklusif apalagi sok-sokan, dari cerita keluarganya yang menterperangahkan, dari kesetiakawanannya yang patut diacungi jempol, wis pokoe aku ga pernah rugi kenal ma anak ini. Meski bukan berarti tidak pernah nyebelin, tapi buat aku, Dyan adalah temen untuk gila-gilaan, untuk serius juga, untuk menangis, untuk berbagi, dan untuk semuanya. Dyan bae banget dan banget bae.
Yang kedua adalah Pita. Anak Solo ini jane memiliki intensitas kedekatan paling tinggi ma aku. Jadi entah bagaimana, aku merasakan ada kecocokan dengan anak ini, selain karena kami sama-sama anak Sapen dan suka males bawa motor tiap hari. Setelah makan malam di suatu tempat—tempat capcaynya Pak Itik-Itik—di situlah episode pertemananku dengan Pita dimulai. Hampir tiap ari aku selalu berangkat dan pulang bersamanya..Overall, Pita adalah orang yang asyik, karakternya tidak jauh berbeda denganku. Jadi kami cukup mudah untuk berteman. Aku pernah nginep di kos dan kontrakan Pita dan Pita pun berkali-kali nginep di tempatku. Dari situ aku mulai dan semakin deket dengan anak ini.
Satu hal yang barangkali menjadi ciri khas Pita adalah bahwa anak ini selalu berusaha untuk mengerti aku. Sebab itulah aku merasa, aku juga harus mengerti keadaannya, seberapa aku juga ingin dimengerti akan keadaanku. Aku pernah melewatkan momen2 berdua dengan Pita. Ya ke tempat belanja, tempat makan, jalan-jalan, dan lain sebagainya di atas dua motor kami yang dibawa selang-seling tiap ari. Karena alasan teknis inilah, aku ma Pita tak ubahnya kembar siam yang ke mana-mana hampir selalu bareng. Tertawa, bercerita, bahkan takut-takut pun berdua, lagi-lagi juga di atas motor (Aku bahkan inget, di suatu pagi, kami nyerobot lampu merah karena terlalu asyik ngobrol. Dooooooooooar). Jika pada akhir KKN aku ma Pita tidak begitu intens bersama, hal tersebut lebih disebabkan alasan teknis, dan bukan alasan konflik. Meski ada potensi konflik, alhamdulillah tamengnya lebih kuat. Hohohohoho…
Wanda adalah sosok yang paling pendiem di antara para cewe. Tapi tipikal-tipikal demikian biasane akan bisa ngomong banyak jika diomongin duluan. Makanya di awal-awal pertemanan, aku selalu sok cerewet di hadapan Wanda. Dan ternyata bener juga, Wanda dikit demi dikit mulai mengurangi sikapnya yang pendiem. Aku bahkan dak nyangka kalo di akhir kebersamaan KKN, Wanda akan curhat banyak tentang kehidupannya, seperti juga yang laen. Wanda sebenare bukan tipe pendiam, ia hanya lebih suka memberi respon atas perkataan orang lain dan tidak berbicara jika tidak terlalu penting. Satu kalimat Wanda yang luar biasa bikin aku terharu adalah demikian, “Ta, kalo butuh apa-apa, jemputan atau bantuan apa gitu, jangan sungkan-sungkan kasih tau aku yaaaaaa”, suer pas itu aku terenyuh banget. Orang sependiam Wanda bisa bikin aku ngilu gile. Hahahaha.
Untuk urusan antar dan nebeng, aku memang pernah merepotkan banyak orang. Orang yang paling kurepotkan adalah..DYAN, lalu PITA, dan WANDA. Tapi satu hal yang mesti diketahui, yakni walaupun Wanda sudah memberi peluang sebesar-besarnya padaku, aku tidak ingin terlalu merepotkan dia. Mengapa begitu? Ya, sebab rumah Wanda dan kostku berlawanan arah, juga dengan lokasi KKN. Jadi, jika aku terlalu merepotkan anak ini, aku yang tidak berperikemanusiaan. Terlebih aku tau, selain KKN dan kuliah, Wanda punya banyak kesibukan laen, yakni di radio dan bantu-bantu ortu (maklum, anak rumahan). Kenangan bersama Wanda yang paling memorable barangkali adalah kenangan di Malbor saat kami ngomong ama tourist.
Yang laeeeeeeeeeeeen, pokoe berkesan juga dech…Hehehehehe. Sama-sama memberikan pelajaran dan perenungan hidup…
Perubahan yang kedua adalah, bahwa setelah KKN, pola pikirku dalam beberapa hal mengalami perubahan. Yang pertama, dalam menilai orang. Aku bener-bener telah berulang kali ditipu oleh pandangan dan kesan pertama. Dan pada momen ini juga begitu. Banyak hal yang tertopengi saat perkenalan dan kesan pertama. Yang kedua adala teori bahwa Kisah Kasih Nyata di KKN tidaklah hanya sekadar wacana. Witing trisne jalaran suko kulino bener-bener bukan teori yang mengawang-awang dan mengada-ngada. Dan kesimpulan ini aku miliki tidak hanya dari satu-dua sampel, akan tetapi dengan sampel yang sudah representatif. Hehehehehehe.
Perubahan ketiga, dan ini yang merupakan perubahan cukup membahagiakan, adalah bahwa, sejak KKN, aku tidak lagi hanya dan selalu mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan urusan-urusanku. Tak ada yang akan selalu setia dan ada untukku selain AKU SENDIRI. Jadinya ya begeto. Aku tidak bisa selalu minta anter/jemput/nebeng orla. Momen ini mengajarkan aku untuk mengandalkan diri sendiri, khususnya dalam berkendara dan menancap gas. Awalnya aku memang tidak sama sekali memiliki modal keberanian, tapi keadaan jualah yang memaksaku. Temen-temenku dan suasana yang melingkupiku juga banyak memberikan dukungan untuk itu. Lagian kasian jika motorku selalu saja hanya diam di kos, seperti barang tak bertuan. Hehehe. Dan dia pun pasti bahagia jika aku selalu membawanya ke mana-mana.
Perubahan keempat, dan ini juga masih menyenangkan, adalah karena selama KKN, aku telah menunaikan hajat dan keinginanku utuk mengunjungi salah satu air terjun yang amat banget indah di Solo. Hehehehehe. Selama ini, Tawangmangu memang menjadi destination trip yang amat kudamabakan, selain Borbud dan Baturaden. Dengan kunjunan ke Tawangmangu kemarin, berarti listku sudah bersisa satu. Hehehehe. Untuk urusan jalan dan dolan, aku memang tergolong orang yang PHORIA banget…
Perubahan kelima, aku banyak menemukan hal baru yang selama ini jarang kutemukan di dunia akademik. Yang pertama mungkin adalah bergaul dengan anak-anak SD dalam forum bimbel dan TPA. Rutinitas ini banyak mengingatkanku pada masa-masa kecil dan ujung-ujungnya aku akan berpikir banyak hal tentang babakan idup, proses, orang-orang yang berjasa, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah interaksi dengan masyarakat yang cukup heterogen. Baru dari momen ini aku mengetahui dan mengalami langsung aplikais dari teori kerukunan antarumat beragama yang sudah sejak dahulu kupelajari di bangku sekolah. Dan ternyata, kerukunan itu memang bukan sekadar wacana.
Perubahan keenam, aku baru menyadari bahwa kakak TH ternyata ada juga yang bae dan ngayomi adek kelasnya. Hehehehe, point ini spesial for Mas Sabil (Smga dia tidak GR). Sebelum KKN, aku terbilng orang yang paling kuper ma kakak kelas di kampus. Meski banyak terlibat dalam mata kuliah yang sama, tapi sikapku yang moody dan kadang terlalu jaim untuk berakrab-akrab ma kakak angkatan cukup menjadi alasan kenapa aku tidak punya banyak link ke kakak angkatan. Sehingga, dalam bayanganku, kakak kakak TH tu dak ok dan dak ngayomi adek angkata. Hehehe, alhamdulillah, setelah KKN, pikiran itu sedikit banyak akan kurenungkan ulang. Ya, overall, Mas Sabil terbilang baik padaku, sebagai adek kelasnya. Hehehe. Aku inget pernah beberapa kali nebeng Mas Sabil, pinjem motornya, dan kebaikannya yan lain—termasuk sebungkus roti bakar—hohohoho…
Perubahan ketujuh, dan ini khusus tentang Bunda adalah, aku kerap diingatkan bahwa masa-masa yang dilewati Bunda saat ini juga akan aku lalui pada saatnya entah kapan. Aku melihat Bunda selalu bisa tersenyum dan berdamai dengan keadaan, seberapa rumit keadaan yang tengah dihadapinya. Aku juga lihat Bunda selalu menseriusi KKNnya, meski ia juga memiliki hal lain yang juga harus diseriusi…Dari situ aku berpikir banyak hal, bahwa kehidupanku tidak berhenti sampai di sini dan masih banyak hal yang harus aku hadapi esok. Dan paling tidak, saat melihat senyum Bunda dan terkadang mendengar tutur ceritanya, aku banyak tercerahkan. Betapa mengasyikkannya keadaan jika kita mau mensyukurinya.
Yang selanjutnya, dari Robie. Robie banyak memberikan pelajaran dari sikapnya untuk menseriusi KKN. Bagi Robie, aku lihat, hidup itu sederhana. Tinggal dijalani apa yang ada di depannya dan maksimalin. Itu aja. Aku tak bisa bayangkan jika aku berada di posisi Robie. Menunggui posko dua puluh empat jam, kerja bakti saat yang laen masih santae2 di kos masing-masing, nimbo berkali-kali sedangkan yang laen tinggal menikmati aer yang diambilnya, dan lain sebagainya yang senyatanya bisa dikatagorikan ketimpangan sosial. Tapi Robie terlihat menikmati hidupnya, meski kerap ia juga menunjukkan emosinya yang udah ga bisa ditahan.
The next, perubahan kecil yang sebenarnya tidak bisa diremehkan dan diskip begitu aja adalah bahwa semenjak KKN, aku banyak keluyuran ke tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Dalam momen dan suasana yang berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Dan hal demikian membuatku merasa, ada banyak file baru yang masuk dalam folder di otakku mengenai tema ke-Jogja-an. Ya tempat kuliner baru lah, jalan-jalan dan rute baru, tempat maen baru, tempat tongkrong baru, tempat belanja baru, dan lain sebagainya.
KKN juga banyak memperkenalkanku dengan orang-orang baru yang membuatku merenung banyak hal. Mbah Hadi yang baik hati dan penyayang, Pak Sugeng yang sabar dan ikhlas, Pak Agus yang luar biasa dermawan, Bu Sudarmadji yang ternyata impressed di akhir cerita, Bu Is Daryono yang supportif, dan semuanya yang mungkin akan membingkai cerita dan kenangan tersendiri. What a beautiful the moment is…Aku cukup surprised dan dak nyangka bahwa momen dua bulan yang kujalani bisa menciptakan ikatan yang demikian erat.
Hmmmm…Satu lagi dan mungkin ini yang terakhir, semenjak KKN, aku banyak tidur sendirian di kamar. Sesuatu yang amat banget aku suka, sebab aku bebas menjadi diri sendiri dan berkespresi sekehendak hati. Hehehehehehe. Well, semuanya berkesan dan membekas…Dan meski tidak semuanya, sebagian besar dari cerita KKN memang menyenangkan!! 

0 comMentz: