Sekadar untuk tidak mengosongkan catatan pada hari ini,
aku sisipkan rombongan kata yang telah sukses menumbangkanku...
Entah siapa yang menggubahnya...
Sapardi mungkin, atau entah siapa...
SAJAK CINTA PADA USIA 57
Setiap ruang yang tertutup akan retak
karena mengandung waktu yang selalu bimbang
dan akhirnya akan mereda
bila tenaga waktu terus terhadang
Cntaku kepadamu, Juwitaku..
ikhlas dan sebenanya
ia terjadi sendiri
aku tak tahu kenapa
aku sekadar menyadari
bahwa teranyata, ia ada
Cintaku kepadamu, Juwitaku..
kemudian meruang dan mewkatu
dalam hidupku yang sekadar insan
Ruang cinta aku budayakan
tapi waktunya lepas dari jangkauan
sekarang aku menyadari
usia cinta lebih panjang
dari usia percintaan
khazanah budaya percintaan
pacaran, perpisahan, perkawinan
tak bisa merumuskan tenaga waktu dari cinta
tapi kini
syairku ini,
apakah mungkin,
merumuskan cintaku kepadamu?
Syair bermula dari kata
dan kata-kata dalam syair juga meruang dan mewaktu
lepas dari kamus, lepas dari sejarah, lepas dari daya korupsi manusia
Demikianlah,
maka syairku ini berani mewakili cintaku kepadamu
Juwitaku,
belum pernah aku puas menciumi kamu
kamu bagaikan buku yang tak pernah tamat aku baca
kamu adalah lumut di dalam tempurung kepalaku
kamu tidak sempurna,
gampang sakit perut
gampang sakit kepala
dan tempramenmu sering tinggi
kamu sulit menghadapi diri sendiri
dan di balik keanggunan dan keluwesanmu
kamu takut kepada dunia
Juwitaku,
lepas dari kotak2 analisa
cintaku kepadamu ternyata ada
kamu tidak molek, tetapi cantik..
dan Juwita.,
jelas tidak dimabuk harta
tetapi menjadi mitos di dalam kalbuku
sampai di sini,
aku akhiri renungan cintaku
kalau dturuti toh tak akan ada akhirnya
dengan ikhlas aku persembahkan kepadamu
Cintaku kepadamu telah mewaktu
syairku juga akan mewaktu
yang jelas, usianya akan lebih panjang
dari usiaku, dan usiamu
Setiap ruang yang tertutup akan retak
karena mengandung waktu yang selalu bimbang
dan akhirnya akan mereda
bila tenaga waktu terus terhadang
Cntaku kepadamu, Juwitaku..
ikhlas dan sebenanya
ia terjadi sendiri
aku tak tahu kenapa
aku sekadar menyadari
bahwa teranyata, ia ada
Cintaku kepadamu, Juwitaku..
kemudian meruang dan mewkatu
dalam hidupku yang sekadar insan
Ruang cinta aku budayakan
tapi waktunya lepas dari jangkauan
sekarang aku menyadari
usia cinta lebih panjang
dari usia percintaan
khazanah budaya percintaan
pacaran, perpisahan, perkawinan
tak bisa merumuskan tenaga waktu dari cinta
tapi kini
syairku ini,
apakah mungkin,
merumuskan cintaku kepadamu?
Syair bermula dari kata
dan kata-kata dalam syair juga meruang dan mewaktu
lepas dari kamus, lepas dari sejarah, lepas dari daya korupsi manusia
Demikianlah,
maka syairku ini berani mewakili cintaku kepadamu
Juwitaku,
belum pernah aku puas menciumi kamu
kamu bagaikan buku yang tak pernah tamat aku baca
kamu adalah lumut di dalam tempurung kepalaku
kamu tidak sempurna,
gampang sakit perut
gampang sakit kepala
dan tempramenmu sering tinggi
kamu sulit menghadapi diri sendiri
dan di balik keanggunan dan keluwesanmu
kamu takut kepada dunia
Juwitaku,
lepas dari kotak2 analisa
cintaku kepadamu ternyata ada
kamu tidak molek, tetapi cantik..
dan Juwita.,
jelas tidak dimabuk harta
tetapi menjadi mitos di dalam kalbuku
sampai di sini,
aku akhiri renungan cintaku
kalau dturuti toh tak akan ada akhirnya
dengan ikhlas aku persembahkan kepadamu
Cintaku kepadamu telah mewaktu
syairku juga akan mewaktu
yang jelas, usianya akan lebih panjang
dari usiaku, dan usiamu