Pagi ini aku bertemu dengan seorang sahabat berkat kecanggihan jaringan seluler. Lama tak berbincang dengannya, namun belum ada banyak hal yang berubah darinya. Mungkin dia juga merasakan tak ada yang mengherankan dalam diriku. Ritual kami tetep sama, membincangkan kehidupan masing-masing; kuliah dan asmara. Selalu tak jauh dari kedua terma itu.
Dan akupun tau, dia tengah tersenyum di seberang sana..Mendapati ceritanya tak jauh berbeda dengan hikayatku...Aku tak berniat mengatakan banyak hal, karena yakin dia sudah tahu jalan pikiran dan solusi yang mungkin sudah bosan ia dengar dariku tiap kali mengadukan gelisahnya...Namun ia selalu menghargaiku, sebagai temannya, tempat ia berbagi. Seperti aku juga selalu memuarakan kesah lelahku padanya...
Kadang aku menyimpan dan membungkam iri padanya, sejak dulu hingga kini, karena dia punya keadaan yang –dalam pandanganku- lebih baik dariku. Dia bisa konsentrasi kuliah tanpa harus memikirkan trik-trik bagaimana bisa bertahan hidup di negeri orang. Bagaimana agar masih bisa makan esok hari. Bagaimana mensiasti kekurangan referensi pribadi. Keinginannya bisa segera terpenuhi oleh orangtuanya dan dia tidak perlu terlalu lama bermimpi, dalam masalah materi..
Namun aku juga tahu, perjalanan setiap manusia berbeda, begitu juga dengan dinamika dan proses kedewasaan mereka. Dan di sini, bersyukur adalah suatu solusi yang meski klasik, namun esensinya tidak tergerus zaman. Bersyukur, dalam pandanganku, bisa mencerahkan pikiran dan membukakan hati kita bahwa keadilan Tuhan bukanlah tidak (atau belum) ada, hanya mata manusia terlalu kotor untuk bisa melihatnya.
Jadi kadang, aku memaksakan hatiku untuk bersyukur dan tetap tersenyum, saat hidup kadang hampir mencekik dan melumpuhkanku...Aku membuat, bahkan hingga mendaftar hal-hal yang baik dari keadannku agar aku tidak hanya melihat sisi gelap dalam hidupku...Dari sini yang paling penting adalah tidak malu mengakui kelebihan kita; asal proporsiona dan bisa dipertanggngjawabkan...Atau jika tidak begitu, aku akan membayangkan dan mendaftar kejutan-kejutan Tuhan yang akan diperlihatanNya padaku...dengan itu aku tak lagi merasa ringkihku semakin pengap. Namun ajaibnya, segala keterpaksaan dan rekayasa itu membawaku pada sebuah hal yang tidak artifisial, suatu hal yang tak pernah aku bayangkan.
Akhirnya aku berkesimpulan bahwa tak ada yang perlu disesali; apapun kekurangan yang dimiliki. Yang etis untuk dilakukan adalah memperbaiki kekurangan tersebut...Dan ketika mulai teringkihkan oleh serbuan-dakwaan hati tentang kekurangan kita, ingatlah beberapa hal indah yang pernah tuhan berikan...Ingatlah orang lain yang tidak memiliki dan pontang-panting mendapatkananugerah yang sudah tergenggam..Kalo perlu bermonologlah dengan kertas atau pada kesepian...
Dan satu hal yang pasti, jangan biarkan angerah itu lari...
Untuk Ryleea
;yang memberiku satu pelajaran lagi...
hari ini..
dan untuk temen2 MAK firzt generation...
Mizz u all...
Dan akupun tau, dia tengah tersenyum di seberang sana..Mendapati ceritanya tak jauh berbeda dengan hikayatku...Aku tak berniat mengatakan banyak hal, karena yakin dia sudah tahu jalan pikiran dan solusi yang mungkin sudah bosan ia dengar dariku tiap kali mengadukan gelisahnya...Namun ia selalu menghargaiku, sebagai temannya, tempat ia berbagi. Seperti aku juga selalu memuarakan kesah lelahku padanya...
Kadang aku menyimpan dan membungkam iri padanya, sejak dulu hingga kini, karena dia punya keadaan yang –dalam pandanganku- lebih baik dariku. Dia bisa konsentrasi kuliah tanpa harus memikirkan trik-trik bagaimana bisa bertahan hidup di negeri orang. Bagaimana agar masih bisa makan esok hari. Bagaimana mensiasti kekurangan referensi pribadi. Keinginannya bisa segera terpenuhi oleh orangtuanya dan dia tidak perlu terlalu lama bermimpi, dalam masalah materi..
Namun aku juga tahu, perjalanan setiap manusia berbeda, begitu juga dengan dinamika dan proses kedewasaan mereka. Dan di sini, bersyukur adalah suatu solusi yang meski klasik, namun esensinya tidak tergerus zaman. Bersyukur, dalam pandanganku, bisa mencerahkan pikiran dan membukakan hati kita bahwa keadilan Tuhan bukanlah tidak (atau belum) ada, hanya mata manusia terlalu kotor untuk bisa melihatnya.
Jadi kadang, aku memaksakan hatiku untuk bersyukur dan tetap tersenyum, saat hidup kadang hampir mencekik dan melumpuhkanku...Aku membuat, bahkan hingga mendaftar hal-hal yang baik dari keadannku agar aku tidak hanya melihat sisi gelap dalam hidupku...Dari sini yang paling penting adalah tidak malu mengakui kelebihan kita; asal proporsiona dan bisa dipertanggngjawabkan...Atau jika tidak begitu, aku akan membayangkan dan mendaftar kejutan-kejutan Tuhan yang akan diperlihatanNya padaku...dengan itu aku tak lagi merasa ringkihku semakin pengap. Namun ajaibnya, segala keterpaksaan dan rekayasa itu membawaku pada sebuah hal yang tidak artifisial, suatu hal yang tak pernah aku bayangkan.
Akhirnya aku berkesimpulan bahwa tak ada yang perlu disesali; apapun kekurangan yang dimiliki. Yang etis untuk dilakukan adalah memperbaiki kekurangan tersebut...Dan ketika mulai teringkihkan oleh serbuan-dakwaan hati tentang kekurangan kita, ingatlah beberapa hal indah yang pernah tuhan berikan...Ingatlah orang lain yang tidak memiliki dan pontang-panting mendapatkananugerah yang sudah tergenggam..Kalo perlu bermonologlah dengan kertas atau pada kesepian...
Dan satu hal yang pasti, jangan biarkan angerah itu lari...
Untuk Ryleea
;yang memberiku satu pelajaran lagi...
hari ini..
dan untuk temen2 MAK firzt generation...
Mizz u all...