RSS

Jumat, 21 Agustus 2009

CAPTURING PICTURE

Uda lama banget aku dak blogging…Itu juga berarti aku uda lama dak nulis-nulis..brainstorming lewat monolog-monolog pikiran dan batin yang kadang terkesan riuh dan rame banget dalam diriku. Well, aku dak boleh membiarkan keadaan ini terus dan tetap seperti ini…Sebab jika tidak diasah, bisa-bisa pisau analisisku ga bisa digunain lagi. Khan aku yang rugi..

Ok, hal pertama yang ingin aku tulis malam ini adalah…Ya, lagi-lagi berangkat dari pengalaman pribadi dan metamorfosaku…Mmm…aku lagi demam ma yang namanya CAPTURING PICTURE,,,bahasa kasarnya narsisme dan logosentrisme diri. Awalnya aku sering mencibir beberapa temanku yang punya hobi serupa dan suka kehabisan gaya—saking lamanya—di depan kamera. Namun tiba-tiba kebiasaan itu malah menyerangku tanpa ampun…

Capturing picture sebenarnya bukan hal yang kelewat amat baru buat aku. Sejak kecil, lingkungan sudah cukup intens mengajariku kebiasaan ini…Buktinya, ada banyak foto masa kecilku yang hingga kini masih terpajang da terpampang di beberapa sudut rumahku…mungkin karena aku adalah anak pertama dari dua orang dan cucu pertama dari empat orang, maka kehadiranku cukup sering diabadikan dalam bidikan kamera…

Pas itu kamera masih analog, kamera yang pake klise dan harus dicucicetak ke Sumenep. Jadi harus nunggu ada orang yang kebetulan beli klise, baru dech daftar. Mau capture sekali misalnya. Tar kalo jadi, perlembarnya dituker dengan biaya beli klise plus biaya cuci cetak. Repot banget emang jika dibandingin dengan jaman sekarang. Yap, kamera analog jadul itu termasuk barang yang cukup sophisticated…Biasanya hanya dipake pas ada event-event gitu,,

Aku inget dulu, pas kakek dan mbah ke tanah suci, mereka pulang bawa oleh-oleh sebuah kamera analog…Merknya YASHICA. Aku ga tau spesialnya buat siapa. Namun semenjak ada kamera itu, aku ma keluarga jadi cukup tidak direpotkan untuk mencari pinjaman kamera. Umik menjaganya dengan proteksi yang amat banget ekstra, jadi aku dak bisa make sembarangan…kalopun diidzinin make, aku harus mentaati beberapa peraturan penjagaan kamera itu,,,,

Pas aku uda lumayan gede, uda SD waktu itu, utamanya kelas VI, aku sering patungan sama temen-temen untuk beli klise kemudian cuci cetak. Kami berpose-pose sok imut layaknya anak SD waktu itu. Aku inget, aku harus menemui staff ahli untuk memasang dan membuka klise itu. Hanya sedikit orang yang bisa…jadi kalo bukan ahlinya, aku dak berani…karena itu berarti aku uda menggugurkan harapan adanya 24 ato 36 lembar foto yang sudah terlanjur ada di anganku dan temen-temen yang ikut joinan..

Waktu itu bapak juga lumayan manjain aku…pas bapak ke Sumenep, aku selalu nitip cuci cetak ato beliin klise. Jadi aktivitas CP (capturing picture) itu tambah lancar. Dan aku mulai bermimpi untuk menjadi seorang fotografer. Untuk sedikit mewujudkannya, aku mulai menambah sensitifitasku pada lingkungan…Aku mulai berani mengambil gambar benda mati di depanku…Tempat yang mungkin bersejarah dan aku rindukan…dan semua objek selain orang. Tak pelak aku kena marah umik karena dianggap melakukan hal yang GA DA GUNANYA..

Aku MTs dan MA di pondok…masih sering berpose di depan kamera juga..Biasanya numpang pas rame-rame ato lagi ada event. Sayang kemudian di pondok diberlakukan aturan yang cukup ketat dan tegas mengenai urusan ini..GA BOLEH PAKE KAMERA KECUALI ADA IDZIN PIHAK BERWAJIB…jadi ruang gerakku ga sebebas di rumah…Bagus juga sich sebenernya, buat pengiritan uang…soale aku paling dak tahan untuk tidak berpose di depan kamera pas uda ada yang jadi bandar klise. Aku inget kayakanya pas aku III MTs, peraturan itu diberlakukan..

Tak ada yang berubah dari ceritaku tentang kamera dan CP. Hampir bisa dikatakan sama…ada aku yang menaruh harapan terlalu tinggi pada foto yang belum dicetak (biasanya karena dak ada orang yang mau ke Sumenep ataupun karena isi filmnya ga habis-habis), membayangkan bagaimana jadinya foto itu, gembira setelah selesai dicetak, kecewa karena pengambilan gambarny dak ok, plus kecewa karena ternyata filem itu KOBENG alias kebakaran…Aku juga sempat beberapa kali jadi juru kamera (seksi dekdok legal maupun ilegal) dalam event2 di sekul maupun pondokku,,

Baru kelas III akhir, untuk sebuah keperluan, aku pertama kali memegang yang namanya kamera digital. Om Caturnya Erwin mungkin adalah orang pertama yang ngenalin aku ke barang itu dan memberitahu cara dan langkah penggunaannya..Gile, gapteknya aku. Tapi aku enjoy dan seneng juga karena merasa uda dikit tau hal yang sebelumnya dak aku tau…pas aku acara perpisahan MAK, aku juga sempat direpotkan dengan urusan kamera digital pinjeman itu…Masalane ga banyak temen-temen yang bisa ngoperasiin benda itu…
Dan beberapa tahun setelah hari itu…

Aku tengah terpekur di depan laptop untuk menceritakan apa yang sedang aku alami saat ini…aku benar-benar kecanduan virus itu,virus berpose di depan kamera. Bisa karena aku uda ketularan temen, bisa karena daya narsisme dan egosentrismeku bertambah, namun yang pasti ini terjadi setelah momen ulang tahunku yang keduapuluh kemaren…Paz itu aku dapet hadiah hp kamera dari ksatria. 6600 klasik. Aku da tau napa ksatria milihin barang itu untuk hadiah ultah..Aku punya sarana yang mempermudah aku menyalurkan hobbi yang lama terpendam ini..selain itu, pas masih momen aku ultah, aku sempat ngerayainnya kecil-kecilan di tiga tempat wisata Jogja..dan aku juga sempat minjem camdig milik salah seorang teman…

Akibat yang paling jelas, aku jadi kebangetan ingin beli camdig juga. Hohoho…
Perbedaan (kamera analog dan dgital) yang cukup berpengaruh buat aku adalah..kamera digital tentu jauh lebih mahal dibanding kamera analog. Meski gitu, kamera digital cenderung lebih hemat karena ga pake uang untuk beli klise atau untuk cuci cetak. Kamera digital juga bisa menyelamatkan siapapun dari inferioritas diri. Maksudnya, jika fotonya ga ok, tinggal didelet. Beda banget khan, denga kamera analog yang masih memberikan kesempatan mimpi untuk angkat suara? Lebay…Dan yang terpenting, foto dari kamera digital lebih mudah dipreserv karena bisa lagsung dipindahim ke PC ato laptop…

Aku sebenarnya adalah tipe orang yang ingin selalu mengabadikan momen-momen yang kulalui dalam hidup…Dulu aku adalah diarymania yang hobbinya nulis dan menuin diary. Aku ceritakan semuanya di sana….aku curahkan semuanya…Saat ini intensitas menulisku di diary mulai menyusut dan perlahan hilang…Aku kurang tau alasannya mengapa…Banyak hal yang menggantikannya. Minimal, aku tidak harus menulis diary seformal dulu…Dan, CP merupakan salah satu pengganti itu…

Kalo pas lagi ada di sebuah momen, aku tak akan lupa mengandalkan kamera 1.2 MP itu..kecil banget emang, tapi lumayan bisa mengabadikan waktu yang uda aku lalui. Yap, karena waktu memang tidak mungkin kembali. Jadi selain narsisme diri, kehadiran sarana itu juga aku gunakan untuk menyalurkan hobi lamaku yang mungkin sudah berubah wajah…Hmmm..

Epilognya dari aku, kenangan dan kejadian apapun yang sudah kita lalui, tidak akan ada salahnya untuk diabadikan. Sebab, selain harus banyak belajar dari orang lain, otak dan hati kita juga bisa mengadakan monolog-monolog riuh yang tidak kalah mengajarkan banyak hal. Kenangan lalu bisa membuat kita berpikir banyak hal, tanpa ada yang membatasi…Berpikir tentang ketidakabadian, berpikir tentang proses metamorfosa, berpikir tentang tujan hidup, dan semuanya…semua yang bahkan tak pernah kita bayangkan akan serta merat muncul manakala kita mampu merenung dan berpikir…
Well,finally, today must be better than yesterday. That`s our life` goal!!!

0 comMentz: